Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maka Nikmat Tuhan Manakah yang Engkau Dustakan

22 Agustus 2024   12:35 Diperbarui: 22 Agustus 2024   12:38 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa berpikir panjang, Jaka mengambil emas tersebut dan segera pulang ke rumah. Setibanya di rumah, ia menunjukkan harta tersebut kepada Siti. Siti terkejut melihat kekayaan yang tiba-tiba ada di depan matanya.

"Mas Jaka, dari mana semua ini?" tanya Siti dengan wajah cemas.

"Ini adalah hadiah dari Tuhan," jawab Jaka sambil tersenyum. "Akhirnya, kita akan hidup seperti Pak Wiryo!"

Sejak saat itu, kehidupan Jaka berubah. Ia mulai membangun rumah yang lebih besar, membeli sawah-sawah milik tetangga, dan hidup dengan kemewahan. Namun, di balik semua itu, ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Jaka mulai kehilangan kesederhanaan dan kerendahan hati yang dulu ia miliki. Ia menjadi serakah, ingin lebih dan lebih lagi.

Suatu hari, ketika Jaka sedang duduk di beranda rumahnya yang baru, seorang pengemis tua datang menghampirinya. "Tuan, tolonglah saya. Saya lapar dan tidak punya apa-apa," kata pengemis itu dengan suara lirih.

Jaka menatap pengemis itu dengan mata sinis. "Pergilah dari sini! Aku tidak punya apa-apa untukmu," katanya dengan kasar.

Pengemis itu mengangguk lemah dan pergi dengan langkah tertatih. Namun, sebelum pergi, ia menoleh ke arah Jaka dan berkata, "Tuan, ingatlah bahwa nikmat Tuhan yang kau terima bisa diambil kembali kapan saja."

Malamnya, Jaka kembali bermimpi. Ia melihat lelaki tua bijaksana yang pernah ditemuinya. "Jaka, apakah kau merasa bahagia sekarang?"

Jaka mengangguk ragu. "Aku punya segalanya yang aku inginkan, tapi... mengapa aku merasa ada yang hilang?"

Lelaki tua itu tersenyum. "Karena kau lupa bersyukur, Jaka. Kekayaan dan kemewahan bisa memberikan kebahagiaan sementara, tapi tanpa rasa syukur, hatimu akan selalu merasa kurang."

Pagi harinya, Jaka terbangun dengan perasaan gelisah. Ia menyadari bahwa meskipun ia memiliki segala yang ia inginkan, hatinya tidak pernah merasa puas. Ia selalu merasa ada yang kurang, ada yang hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun