Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kemerdekaan Lahir Batin

18 Agustus 2024   08:32 Diperbarui: 18 Agustus 2024   08:34 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa kecil yang tersembunyi di antara pepohonan dan ladang hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Aji. Sejak kecil, Aji dikenal sebagai anak yang cerdas dan berbakat. Namun, di balik senyumnya yang hangat dan wajahnya yang tampan, Aji menyimpan beban yang tak terlihat oleh siapa pun. Beban itu adalah ketidakmampuannya untuk merasa benar-benar merdeka, baik secara lahir maupun batin.

Aji lahir dari keluarga petani miskin. Ayahnya, Pak Dirman, adalah seorang petani keras yang bekerja dari pagi hingga petang di ladang. Ibunya, Bu Mirah, adalah seorang perempuan yang tak pernah lelah bekerja mengurus rumah tangga dan membantu suaminya di ladang. Mereka selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Aji, meski dengan keterbatasan yang ada.

Sejak kecil, Aji selalu diajarkan untuk bekerja keras dan bersikap rendah hati. Ayahnya selalu berkata, "Hidup ini adalah perjuangan, Nak. Kita harus berusaha sekuat tenaga agar bisa meraih kemerdekaan sejati." Namun, bagi Aji, kata-kata itu justru terasa seperti rantai yang membelenggunya. Ia merasa terjebak dalam rutinitas yang melelahkan dan tak pernah benar-benar merasakan apa arti kebebasan.

Setiap hari, setelah pulang sekolah, Aji harus membantu orang tuanya di ladang. Ia tak pernah punya waktu untuk bermain atau bersenang-senang seperti teman-temannya. Meski demikian, Aji selalu berusaha melakukan yang terbaik. Ia sadar bahwa keluarganya sangat bergantung padanya, dan ia tak ingin mengecewakan mereka.

Namun, semakin lama, Aji merasa semakin tertekan. Ia merasa hidupnya hanya berputar di sekitar ladang dan sekolah, tanpa ada ruang untuk dirinya sendiri. Ia merindukan kebebasan yang sejati, kebebasan untuk melakukan apa yang ia inginkan dan menjadi dirinya sendiri.

Suatu hari, ketika sedang bekerja di ladang, Aji bertemu dengan seorang pria tua bernama Pak Karman. Pak Karman adalah seorang veteran perang yang kini hidup menyendiri di desa tersebut. Meski usianya sudah tua, semangat hidup Pak Karman masih sangat kuat. Ia sering bercerita tentang masa-masa perjuangan kemerdekaan, tentang bagaimana ia dan rekan-rekannya berjuang melawan penjajah demi meraih kebebasan bagi bangsa ini.

Aji sering mendengarkan cerita-cerita Pak Karman dengan penuh antusias. Baginya, kisah-kisah itu seperti jendela yang membuka mata dan hatinya. Ia mulai menyadari bahwa kemerdekaan bukanlah sesuatu yang bisa diraih dengan mudah. Butuh perjuangan, pengorbanan, dan keberanian untuk meraihnya.

Suatu sore, ketika mereka sedang duduk di bawah pohon besar, Aji memberanikan diri untuk bertanya kepada Pak Karman, "Pak, bagaimana caranya agar kita bisa merasakan kemerdekaan sejati? Bukan hanya kemerdekaan dari penjajah, tapi juga kemerdekaan dalam diri kita sendiri?"

Pak Karman tersenyum bijak mendengar pertanyaan itu. "Aji, kemerdekaan sejati bukan hanya tentang bebas dari penjajah atau bebas dari aturan yang mengekang. Kemerdekaan sejati adalah ketika kita bisa menerima diri kita apa adanya, menjalani hidup dengan penuh kesadaran, dan tidak terikat oleh keinginan atau ketakutan. Itulah kemerdekaan lahir batin."

Kata-kata Pak Karman menggetarkan hati Aji. Ia mulai merenungkan arti dari kemerdekaan lahir batin itu. Selama ini, ia selalu merasa terbelenggu oleh kewajiban dan tuntutan hidup, namun ia tak pernah benar-benar melihat ke dalam dirinya sendiri. Ia tak pernah bertanya pada dirinya sendiri apa yang sebenarnya ia inginkan, apa yang membuatnya bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun