Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Saya yang Kelaparan Saat Kuliah Selama 3 Hari, Pentingnya Rasa Empati dan Peduli dengan Sesama

15 Agustus 2024   10:02 Diperbarui: 15 Agustus 2024   10:24 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar:https://seriau.com)

Ketika hari kedua tiba, rasa lapar mulai menjadi siksaan yang tidak tertahankan. Kepala saya mulai pusing, dan tubuh terasa lemas. Kuliah yang biasanya saya ikuti dengan penuh semangat kini terasa seperti beban berat yang harus saya pikul. Saya duduk di kelas, mendengarkan dosen, tetapi sulit untuk benar-benar memahami apa yang disampaikan. Fokus saya terus-menerus teralihkan oleh rasa lapar yang semakin menggila.

Di sekitar saya, teman-teman sekelas tampak begitu normal, mereka bercanda, tertawa, dan berbicara tentang hal-hal ringan. Mereka tidak menyadari bahwa di tengah-tengah mereka ada seorang teman yang sedang berjuang hanya untuk tetap sadar. Saya mulai merasa terasing, seperti berada di dunia yang berbeda dengan mereka. Ironisnya, saya merasa begitu dekat dengan mereka, tetapi sekaligus begitu jauh.

Hari Ketiga: Puncak Kesengsaraan

Pada hari ketiga, saya mencapai titik di mana tubuh saya hampir tidak mampu berfungsi lagi. Bangun dari tempat tidur di pagi hari adalah tantangan besar. Saya merasa sangat lemas dan hampir tidak bisa berdiri. Setiap langkah yang saya ambil terasa berat, dan saya mulai merasa pingsan.

Meski begitu, saya masih berusaha untuk tetap hadir di kampus. Saya tidak ingin absen, karena khawatir hal itu akan berdampak pada nilai saya. Namun, di tengah-tengah kuliah, saya mulai merasa sangat pusing dan penglihatan saya mulai kabur. Saya tahu bahwa jika saya tidak makan segera, saya mungkin akan jatuh pingsan. Tapi tetap saja, saya tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun.

Sepanjang hari, saya berusaha menghindari kontak mata dengan orang lain, karena saya takut mereka akan melihat keadaan saya yang menyedihkan. Pada saat itu, saya merasa benar-benar sendirian. Saya mulai meragukan eksistensi saya sendiri, bertanya-tanya apakah ada yang peduli jika saya tiba-tiba menghilang.

Hari Keempat: Bertemu dengan Orang Baik.

Kebetulan hari itu hari Minggu, semalaman saya tidak tidur karena kelaparan. Saya hanya minum air putih, Selesai shalat shubuh saya berjalan-jalan di jalan utama menuju ke arah pusat kota Banda Aceh. Hari ini saya bertekad harus dapat pekerjaan. 

Sepanjang jalan, saya memeriksa tong sampah demi melihat nasi sisa orang semalam. Setelah memeriksa beberapa tong sampah, terlihat satu kotak nasi, nampaknya memang sengaja di buang oleh seseorang semalam. Tanpa pikir panjang, saya duduk di trotoar jalan langsung saya santap, walaupun nasi agak sudah basi.

Selesai makan, saya melanjutkan perjalanan ke arah kota. Setelah berjalan kurang lebih 2 Jam, saya melihat sebuah Doorsmeer yang baru di buka pagi itu. Saya memberanikan untuk meminta pekerjaan. Alhamdulillah, saya diterima untuk bekerja, dan sejak saat itu masalah kelaparan teratasi.

Refleksi: Ketidakpedulian atau Ketidaktahuan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun