Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kematian Keluarga Pak Joko

15 Agustus 2024   07:43 Diperbarui: 15 Agustus 2024   07:47 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: tribun-maluku.com)

Suatu pagi, ketika matahari belum sepenuhnya terbit, Pak Joko bangun dengan perasaan tidak enak. Dia merasakan ada yang tidak beres di dalam rumahnya. Dengan hati-hati, dia mendekati tempat tidur anak-anaknya. Di sana, dia menemukan tubuh kecil mereka sudah dingin dan kaku. Ketiga anaknya telah meninggalkan dunia ini dalam keheningan.

Tangis Pak Joko pecah. Dia memeluk tubuh anak-anaknya, berharap bisa memberikan mereka sedikit kehangatan yang sudah lama hilang. Bu Lina yang mendengar suara tangis suaminya, hanya bisa menatap dengan mata berkaca-kaca. Tidak lama setelah itu, Bu Lina pun menghembuskan napas terakhirnya, menyusul anak-anaknya ke tempat yang lebih damai.

Pak Joko kini sendirian. Kehilangan orang-orang yang paling dicintainya dalam hidupnya membuatnya merasa kosong. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi. Di dalam rumah kecil itu, Pak Joko hanya bisa menangis, meratapi nasib buruk yang menimpa keluarganya.

Berita tentang kematian keluarga Pak Joko dengan cepat menyebar ke seluruh desa. Warga desa yang selama ini juga bergulat dengan kelaparan dan kemiskinan merasa sangat terpukul. Mereka sadar bahwa apa yang terjadi pada Pak Joko dan keluarganya bisa menimpa siapa saja. Dalam suasana duka, mereka datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Namun, mereka hanya bisa memberikan doa dan air mata, karena mereka sendiri tak mampu memberikan lebih dari itu.

Pak Joko, yang tak lagi memiliki alasan untuk hidup, memutuskan untuk meninggalkan desa. Dengan langkah-langkah berat, dia berjalan menuju bukit di luar desa, tempat di mana dia bisa melihat seluruh desanya yang kini tak lebih dari tanah gersang. Di sana, dia duduk di bawah pohon yang masih tersisa, memandang ke arah desa untuk terakhir kalinya.

Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, menandakan berakhirnya satu hari lagi yang penuh penderitaan. Pak Joko menutup matanya, dan dalam keheningan senja, dia menghembuskan napas terakhirnya, menyusul keluarganya ke dunia yang lebih damai.

Cerita tentang keluarga Pak Joko menjadi pengingat bagi desa itu dan sekitarnya tentang kejamnya alam dan betapa rapuhnya kehidupan manusia. Mereka yang masih bertahan hidup hanya bisa berdoa agar kekeringan ini segera berakhir dan bahwa tidak ada lagi keluarga yang harus mengalami nasib yang sama.

Setelah kepergian Pak Joko, desa itu tampak semakin sunyi. Kisah tentang keluarganya terus bergema di setiap sudut, meninggalkan jejak yang tak mudah dilupakan. Desa yang tadinya penuh dengan canda tawa dan keceriaan kini berubah menjadi tempat yang diliputi kesedihan dan keputusasaan. Setiap warga hidup dengan bayang-bayang kematian yang mengintai, takut bahwa mereka akan mengalami nasib serupa.

Namun, di tengah kesuraman itu, muncul seorang pemuda bernama Risman. Dia adalah seorang perantau yang baru saja kembali ke desa setelah bertahun-tahun merantau di kota. Mendengar kisah tragis Pak Joko, Risman merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu. Dia tidak bisa tinggal diam melihat desanya perlahan-lahan mati karena kekeringan dan kelaparan.

Risman tahu bahwa desa itu membutuhkan perubahan, dan dia memiliki sebuah ide. Saat berada di kota, dia sempat belajar tentang teknologi pertanian yang bisa membantu mengatasi masalah kekeringan. Dia tahu bahwa dengan sedikit bantuan dan kerja keras, mereka bisa mengubah nasib desa mereka.

Risman mulai dengan mengumpulkan para pemuda desa yang masih memiliki tenaga dan semangat. Dia mengajak mereka untuk bekerja bersama, membangun sistem irigasi sederhana dengan memanfaatkan sungai yang terletak di hulu desa. Meskipun airnya mulai mengering, Risman percaya bahwa dengan pengelolaan yang tepat, mereka bisa mendapatkan cukup air untuk menyelamatkan sawah dan ladang yang tersisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun