Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Minggu Pagi yang Gerimis

11 Agustus 2024   08:41 Diperbarui: 11 Agustus 2024   08:44 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu pagi itu, di bawah hujan gerimis yang terus menetes, Davi belajar tentang rasa cinta dan tanggung jawab. Meskipun hari itu dimulai dengan kepanikan dan kesedihan, akhirnya Davi menyadari betapa pentingnya keberanian dan kasih sayang dalam menghadapi setiap tantangan. Dan di dalam pelukan ibunya, Davi tahu bahwa selama ia berusaha dan tidak menyerah, segala sesuatunya akan baik-baik saja.

Setelah kejadian di Minggu pagi itu, Davi menjadi semakin sayang kepada Kuning dan anak-anak ayam lainnya. Setiap hari, ia memastikan bahwa kandang mereka aman dan kering, terutama ketika hujan turun. Meskipun usianya masih enam tahun, Davi belajar banyak hal dari pengalaman itu tentang keberanian, tanggung jawab, dan pentingnya menjaga apa yang ia cintai.

Beberapa minggu berlalu, dan hujan terus mengguyur kampung mereka. Musim hujan tahun ini tampak lebih panjang dari biasanya. Genangan air di sekitar rumah Davi semakin sering muncul, membuatnya harus lebih berhati-hati setiap kali ia bermain di luar rumah. Namun, Davi tidak pernah mengeluh. Setiap kali hujan turun, ia segera memeriksa kandang ayam dan memastikan Kuning serta anak-anak ayam lainnya tetap aman.

Suatu sore, hujan deras kembali mengguyur kampung. Langit tampak gelap, seakan-akan malam tiba lebih cepat dari biasanya. Davi yang sedang bermain di dalam rumah, merasakan getaran di jendela kaca saat angin kencang mulai berhembus. Ia bergegas ke dapur, tempat ibunya sedang menyiapkan makan malam.

"Ibu, apakah kita harus memindahkan ayam-ayam ke tempat yang lebih aman lagi?" tanya Davi dengan nada cemas.

Ibu Davi yang sedang mengaduk sup di atas kompor menoleh dan tersenyum lembut kepada Davi. "Ibu pikir itu ide yang bagus, Davi. Hujan kali ini sepertinya akan berlangsung lama. Ayo, kita bawa mereka ke teras rumah. Di sana lebih hangat dan aman dari air."

Dengan cepat, Davi dan ibunya mengambil sebuah kotak besar dan beberapa kain untuk melapisi dasar kotak tersebut. Mereka kemudian berjalan ke belakang rumah, menerobos hujan yang semakin deras. Kandang ayam tampak basah oleh percikan air hujan, dan genangan air di sekitar kandang sudah mulai naik lagi.

"Kuning, ayo ke sini," panggil Davi dengan penuh perhatian sambil membuka pintu kandang. Kuning, yang seakan mengenali suara tuannya, dengan cepat mendekati Davi. Satu per satu, Davi memindahkan anak-anak ayam ke dalam kotak besar yang mereka bawa. Meskipun dingin dan basah, Davi merasa tenang karena tahu ayam-ayamnya akan aman di tempat yang lebih kering.

Setelah semua ayam berada di dalam kotak, ibu Davi dan Davi membawa mereka ke teras depan rumah. Di sana, mereka meletakkan kotak itu di sudut yang terlindung dari hujan dan angin. Davi menutupi kotak itu dengan kain yang hangat, memastikan Kuning dan yang lainnya merasa nyaman.

Setelah semuanya aman, mereka berdua kembali ke dalam rumah. Davi duduk di dekat jendela, memandangi hujan yang semakin deras. Meskipun sudah hampir malam, ia masih memikirkan ayam-ayamnya. Perasaan cemas masih menggelayut di hatinya, meskipun ia tahu mereka sudah aman.

"Ibu, apakah hujan ini akan terus turun sampai besok?" tanya Davi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun