Di sebuah desa kecil yang terpencil, hidup seorang pemuda bernama Razaq. Setiap akhir pekan, Razaq menghabiskan malam minggunya bersama teman-temannya di warung kopi dekat rumah. Malam minggu itu tidak berbeda, kecuali bahwa suasana terasa lebih dingin dari biasanya. Angin bertiup kencang, membawa kabut tebal yang menyelimuti desa.
Di warung, Razaq dan teman-temannya sedang asyik berbincang tentang cerita-cerita horor yang pernah mereka dengar. Suasana semakin mencekam ketika Pak Slamet, pemilik warung, mulai bercerita tentang kejadian aneh yang sering terjadi di sekitar desa saat malam minggu.
"Dulu, ada seorang wanita bernama Ratih yang sering menunggu kekasihnya di persimpangan jalan desa ini. Mereka berjanji untuk bertemu setiap malam minggu. Namun, pada suatu malam yang berkabut seperti ini, Ratih ditemukan tewas di persimpangan jalan itu. Tubuhnya tergeletak kaku dengan wajah yang penuh ketakutan," cerita Pak Slamet dengan nada serius.
Teman-teman Razaq mendengarkan dengan seksama, sementara Razaq merasa cerita itu hanya mitos belaka. "Ah, itu cuma cerita lama, Pak Slamet. Jangan bikin kita takut," ujar Razaq sambil tertawa kecil.
Pak Slamet hanya tersenyum tipis dan berkata, "Hati-hati, Nak. Jangan pernah meremehkan hal-hal yang tak terlihat."
Setelah mendengar cerita itu, suasana menjadi sedikit tegang. Beberapa teman Razaq mulai merasa tak nyaman dan memutuskan untuk pulang lebih awal. Razaq, yang tidak percaya pada cerita-cerita semacam itu, memilih untuk tinggal lebih lama. Namun, ketika warung hampir tutup, Razaq pun akhirnya memutuskan untuk pulang.
Razaq berjalan sendirian melewati jalan setapak yang gelap dan sepi. Kabut semakin tebal, membuat pandangannya terbatas. Suara angin yang berdesir di antara pepohonan menambah kesan menyeramkan. Meskipun merasa ada yang tidak beres, Razaq terus berjalan dengan santai.
Tiba-tiba, di tengah jalan, Razaq merasa ada yang mengikuti dari belakang. Dia menoleh, tetapi tidak melihat apa-apa selain kabut tebal. "Mungkin cuma perasaanku saja," pikir Razaq, berusaha menenangkan diri.
Namun, semakin jauh dia berjalan, semakin jelas suara langkah kaki yang mengikuti. Langkah itu terdengar berat dan menyeret, seolah seseorang atau sesuatu berjalan tepat di belakangnya. Jantung Razaq mulai berdetak lebih cepat. Dia mencoba mempercepat langkahnya, tetapi suara langkah itu tetap mengikuti dengan irama yang sama.
Razaq memberanikan diri menoleh lagi, dan kali ini dia melihat bayangan samar-samar dari sosok perempuan di tengah kabut. Wajahnya pucat dengan mata yang menatap tajam ke arahnya. Tubuh Razaq membeku seketika. Dia mengenali wajah itu sebagai sosok Ratih, wanita yang diceritakan Pak Slamet tadi.