Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cermin di Loteng, Rahasia yang Terlupakan

10 Agustus 2024   09:57 Diperbarui: 10 Agustus 2024   10:16 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di malam hari setelah semua itu, Selvia kembali ke loteng. Cermin yang dulu menakutkan kini tampak lebih bersih dan berkilau. Dia merasa ada perubahan di atmosfer rumah tersebut. Sosok wanita yang pernah menghantui rumah itu tampak tidak lagi ada. Selvia merasa lega dan puas, seolah beban berat telah terangkat dari pundaknya.

Namun, saat Selvia akan meninggalkan loteng, dia melihat sesuatu di sudut ruangan sebuah pesan yang tertulis di dinding dengan goresan yang tampak kuno. Pesan itu berbunyi, "Terima kasih telah membebaskanku, tetapi ingatlah, tidak semua yang terlihat seperti kebenaran adalah kebenaran."

Setelah meninggalkan rumah tua, Selvia merasa berat hati. Ia telah membantu sosok wanita yang terjebak, namun pesan terakhir di dinding masih menghantui pikirannya. Apa yang dimaksud dengan pesan tersebut? Apakah ada sesuatu yang lebih dalam atau lebih gelap dari yang dia ketahui?

Keesokan harinya, Selvia kembali ke kehidupan sehari-harinya, namun rumah lama itu terus menerus menghampirinya dalam mimpi buruk. Setiap malam, dia terbangun dengan keringat dingin, merasa seolah sesuatu mengikutinya. Dia mencoba untuk fokus pada pekerjaannya dan kehidupan sosialnya, tetapi ketenangan yang dia cari sulit didapat.

Beberapa minggu kemudian, Selvia menerima surat tak bertanda pengirim di kotak posnya. Surat itu berisi hanya satu kalimat yang ditulis dengan tinta merah, "Aku belum selesai." Selvia merasa ketakutan dan bingung, namun dia berusaha untuk tidak panik.

Dia memutuskan untuk kembali ke rumah lama untuk mencari petunjuk lebih lanjut. Setibanya di sana, dia merasa ada sesuatu yang berubah rumah itu tampak lebih suram dan dingin dibandingkan sebelumnya. Ketika dia memasuki rumah, suasana terasa tegang dan menekan. Dia kembali ke loteng dan menemukan cermin yang sebelumnya dia bersihkan. Cermin itu kini tampak berbeda; bayangan yang dipantulkan tampak bergerak, seolah hidup.

Selvia memeriksa kembali dokumen dan barang-barang yang dia temukan sebelumnya. Di bawah tumpukan kertas lama, dia menemukan sebuah buku catatan yang sebelumnya tidak terlihat. Buku catatan itu tampak usang dan sobek-sobek, tetapi masih dapat dibaca. Di dalamnya, dia menemukan halaman-halaman yang ditulis dengan tangan, mengisahkan tentang eksperimen mistis dan ritual-ritual yang dilakukan oleh pemilik rumah sebelumnya.

Di salah satu halaman, Selvia menemukan informasi tentang sebuah ritual untuk memanggil roh dan mengikatnya ke dunia ini dengan harapan mendapatkan kekuatan atau pengetahuan gaib. Ternyata, wanita yang hantu tersebut adalah korban dari ritual yang gagal, dan jiwa-jiwa yang tidak dapat tenang akan mengikat roh mereka di dunia ini selamanya.

Selvia menyadari bahwa dengan mengungkapkan cerita wanita itu, dia mungkin hanya memecahkan bagian dari misteri. Ada kekuatan gelap yang masih mengganggu rumah tersebut. Untuk mengakhiri masalah ini, Selvia harus melakukan ritual yang tepat untuk mengirimkan roh-roh yang terjebak ke tempat yang layak.

Dia kembali ke loteng dengan buku catatan di tangannya, siap untuk melakukan ritual yang dijelaskan. Malam itu, dia menyalakan lilin, meletakkan garam di sekelilingnya, dan mulai membaca mantra-mantra yang tertulis dalam buku tersebut. Saat dia membaca, ruangan itu terasa semakin dingin dan suasana semakin tegang.

Tiba-tiba, lampu-lampu berkedip dan sebuah suara berteriak dari kegelapan, "Jangan lakukan ini!" Namun, Selvia tidak berhenti. Dia terus membaca mantra dengan tekad. Suara-suara menjerit dan berteriak semakin keras, tetapi Selvia tetap fokus. Tiba-tiba, cermin yang sebelumnya tampak bergerak hancur berkeping-keping, dan suasana menjadi tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun