Devina terdiam, merasakan campuran antara kesedihan yang mendalam dan rasa lega bahwa penderitaan ibunya telah berakhir. Ia menangis sepanjang malam, mengingat semua kenangan manis bersama ibunya, dukungan tanpa henti, dan kata-kata penyemangat yang selalu menguatkannya.
Keesokan harinya, Devina pulang ke Jakarta untuk menghadiri pemakaman ibunya. Meskipun ibunya sudah tiada, ia merasa bahwa semangat dan cinta ibunya akan selalu ada di dalam hatinya, menjadi cahaya yang menuntunnya dalam setiap langkah dan tarian.
Beberapa bulan kemudian, Devina kembali ke panggung, membawa semangat baru dan keyakinan yang tak tergoyahkan. Ia menari dengan penuh dedikasi, mempersembahkan setiap gerakan untuk mengenang ibunya. Setiap kali ia melangkah di atas karpet merah, ia tahu bahwa ibunya ada di sana, mendukung dan memeluknya dengan cinta yang abadi.
Karpet merah itu kini bukan hanya simbol kesuksesan bagi Devina, tetapi juga simbol cinta dan pengorbanan seorang ibu yang akan selalu hidup dalam setiap tarian dan langkahnya. Dengan semangat ibunya yang terus menyala dalam dirinya, Devina tahu bahwa ia akan terus menari, membawa warisan cinta dan impian ibunya ke seluruh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H