Waktu berlalu, dan kehidupan mereka semakin stabil. Meri menikmati pekerjaannya sebagai dosen, sementara Reza berhasil naik pangkat di kantornya. Mereka juga merencanakan untuk memiliki anak, berharap bisa melengkapi kebahagiaan keluarga kecil mereka.
Namun, takdir berkata lain. Meri mengalami kesulitan untuk hamil. Setelah beberapa kali mencoba, mereka memutuskan untuk berkonsultasi ke dokter. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Meri memiliki masalah kesehatan yang membuatnya sulit untuk hamil.
Kabar itu menghancurkan hati mereka berdua. Meri merasa bersalah dan tak berdaya. "Reza, aku takut kita tidak akan bisa memiliki anak," katanya dengan air mata mengalir.
Reza memeluk Meri erat. "Meri, jangan berpikir seperti itu. Kita masih bisa berusaha, dan jika memang tidak bisa, kita punya banyak cara lain untuk membangun keluarga. Yang terpenting, kita tetap bersama."
Dengan dukungan dan cinta Reza, Meri perlahan bangkit dari kesedihannya. Mereka memutuskan untuk menjalani program fertilitas, meski tahu itu tidak mudah. Mereka menghadapi setiap tantangan dengan tekad dan cinta yang kuat.
Tahun-tahun berlalu, dan akhirnya usaha mereka membuahkan hasil. Meri hamil. Kabar itu disambut dengan kebahagiaan yang luar biasa. Selama masa kehamilan, Reza selalu berada di samping Meri, memastikan semua berjalan dengan baik.
Pada hari yang cerah, Meri melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik. Mereka menamai putri mereka Cahaya, simbol dari harapan dan cinta yang selalu menerangi hidup mereka. Cahaya menjadi pusat kebahagiaan baru bagi Meri dan Reza.
Kini, mereka hidup dengan penuh rasa syukur. Meri dan Reza belajar bahwa cinta sejati adalah tentang saling mendukung, menghadapi tantangan bersama, dan tidak pernah menyerah. Kisah mereka adalah bukti bahwa cinta yang tulus dan kuat dapat mengatasi segala rintangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H