Matahari sudah hampir tenggelam ketika Busri pulang dari tempat kerjanya. Ia bekerja sebagai seorang buruh pabrik, pekerjaan yang cukup berat dengan upah yang pas-pasan. Di rumah kecilnya, istrinya, Ratna, sedang menyiapkan makan malam. Mereka hidup sederhana, tapi cukup bahagia dengan apa yang mereka miliki.
Namun, kebahagiaan itu mulai terRatnas beberapa bulan yang lalu ketika Ratna jatuh sakit. Biaya pengobatan yang tinggi membuat tabungan mereka terkuras habis. Dalam keputusasaan, Busri mencari berbagai cara untuk mendapatkan uang cepat. Seorang teman di tempat kerja memperkenalkannya pada aplikasi pinjaman online (pinjol).
"Aman kok, Man. Prosesnya cepat, bunganya juga rendah," kata temannya, Toni.
Busri pun tertarik. Ia mengunduh aplikasi tersebut dan meminjam sejumlah uang untuk biaya pengobatan Ratna. Benar saja, prosesnya cepat dan uang segera cair ke rekeningnya. Busri merasa lega, berpikir masalahnya telah teratasi.
Namun, bulan demi bulan berlalu, dan Busri mulai kesulitan membayar cicilan pinjaman tersebut. Bunga yang awalnya terlihat rendah, ternyata terus bertambah setiap bulan. Hutang yang harus ia bayar menjadi semakin besar, dan penghasilan sebagai buruh tidak cukup untuk menutupi semuanya.
Pihak pinjol mulai mengirim pesan-pesan ancaman. Mereka tidak hanya menghubungi Busri, tapi juga keluarganya, bahkan teman-temannya. Busri merasa malu dan tertekan. Ia mulai menghindari teman-temannya di tempat kerja dan jarang pulang tepat waktu.
Suatu malam, Busri pulang dengan wajah kusut. Ia duduk di meja makan, memegang kepalanya. Ratna yang masih lemah melihat suaminya dalam kondisi seperti itu merasa khawatir.
"Ada apa, Mas?" tanya Ratna dengan suara pelan.
Busri hanya menggeleng, tak mampu berkata-kata. Ia tahu bahwa Ratna sudah cukup menderita dengan sakitnya, ia tak ingin menambah beban istrinya.
Hari-hari berlalu dengan beban yang semakin berat di pundaknya. Suatu pagi, saat Busri hendak berangkat kerja, ia menerima telepon dari pihak pinjol.