Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Azab dan Sengsara, Karya Klasik yang Menggugah Kesadaran Sosial

21 Juli 2024   15:46 Diperbarui: 21 Juli 2024   15:59 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar : perpustakaan.jakarta.go.id

"Azab dan Sengsara" adalah novel karya Merari Siregar yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1920. Buku ini merupakan salah satu karya sastra klasik Indonesia yang masih relevan hingga kini. Melalui ceritanya, Merari Siregar berhasil menggambarkan berbagai isu sosial dan budaya yang dihadapi masyarakat pada masa kolonial Belanda, sekaligus menyajikan kritik tajam terhadap norma-norma dan tradisi yang kerap menindas.

Latar Belakang Penulis dan Novel

Merari Siregar lahir di Sipirok, Sumatera Utara, pada tahun 1896. Ia adalah salah satu sastrawan awal Indonesia yang menggunakan sastra sebagai alat untuk menyuarakan kritik sosial. "Azab dan Sengsara" menjadi karya penting dalam karirnya, karena melalui novel ini, Merari berhasil mengangkat isu-isu yang dekat dengan kehidupan masyarakat, terutama yang terkait dengan adat istiadat yang kaku dan diskriminatif.

Alur Cerita dan Tema Utama

Cerita "Azab dan Sengsara" berpusat pada tokoh Mariamin, seorang gadis muda yang mengalami penderitaan akibat tekanan adat dan ketidakadilan sosial. Mariamin adalah putri dari keluarga yang sederhana, dan ia jatuh cinta pada seorang pemuda bernama Aminuddin. Namun, karena perbedaan status sosial dan tekanan adat, hubungan mereka tidak direstui. Aminuddin akhirnya dipaksa menikah dengan gadis lain pilihan orang tuanya, dan Mariamin pun harus menerima kenyataan pahit ini.

Melalui kisah Mariamin, Merari Siregar menggambarkan berbagai tema penting seperti ketidakadilan sosial, penindasan terhadap perempuan, dan kekecewaan yang dihadapi individu ketika dihadapkan pada norma-norma yang kaku. Novel ini juga mengkritik keras praktik perjodohan paksa dan ketidakmampuan individu untuk menentukan nasibnya sendiri.

Kritik Sosial dan Pesan Moral

"Azab dan Sengsara" tidak hanya merupakan cerita tentang cinta yang tragis, tetapi juga sebuah kritik tajam terhadap norma dan adat yang kerap kali menindas. Merari Siregar secara gamblang menunjukkan bagaimana adat yang tidak fleksibel dapat menghancurkan kehidupan individu. Kisah Mariamin adalah cerminan dari banyak perempuan pada masa itu yang harus tunduk pada keputusan keluarga dan masyarakat tanpa mempertimbangkan kebahagiaan pribadi mereka.

Selain itu, novel ini juga mengangkat isu tentang ketidakadilan sosial yang dihadapi oleh kelas bawah. Keluarga Mariamin yang sederhana tidak memiliki kekuatan untuk melawan keputusan yang dibuat oleh keluarga Aminuddin yang lebih kaya dan berpengaruh. Ketidakmampuan untuk melawan ini menambah lapisan penderitaan bagi Mariamin dan keluarganya.

Gaya Penulisan dan Pengaruh Sastra

Gaya penulisan Merari Siregar dalam "Azab dan Sengsara" sederhana namun kuat. Ia menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sehingga pesan-pesan sosial yang ingin disampaikannya dapat diterima dengan baik oleh pembaca. Deskripsi yang detail dan dialog yang realistis membuat cerita ini terasa hidup dan menyentuh hati.

"Azab dan Sengsara" juga memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan sastra Indonesia. Sebagai salah satu novel awal yang berani mengkritik adat dan tradisi, karya ini membuka jalan bagi penulis-penulis lain untuk mengeksplorasi tema-tema serupa. Novel ini juga menjadi salah satu karya yang memperkaya khazanah sastra Indonesia dengan menyajikan perspektif kritis terhadap isu-isu sosial.

Relevansi dan Pengaruh Saat Ini

Meskipun "Azab dan Sengsara" ditulis hampir seabad yang lalu, relevansinya masih terasa hingga kini. Isu-isu yang diangkat dalam novel ini, seperti penindasan terhadap perempuan, ketidakadilan sosial, dan tekanan adat, masih menjadi masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dan masyarakat di berbagai belahan dunia. 

Terkhusus di Indonesia, terkhususnya lagi di daerah-daerah pelosok terutama masalah perjodohan. Terkadang perempuan tidak biasa menjawab di saat dia tidak mau dijodohkan, tetapi demi bakti kepada orang tua, terpaksa perempuan bersedia untuk di jodohkan dengan terpaksa. 

Novel ini mengingatkan kita bahwa perubahan sosial dan kebebasan individu adalah sesuatu yang harus terus diperjuangkan. Meskipun sudah banyak kemajuan yang dicapai, masih banyak yang harus dilakukan untuk mencapai keadilan dan kebebasan yang sejati.

Kesimpulan

"Azab dan Sengsara" adalah karya klasik yang tidak hanya mengisahkan cerita cinta yang tragis, tetapi juga menyajikan kritik sosial yang tajam. Merari Siregar melalui karyanya berhasil menggugah kesadaran kita akan pentingnya kebebasan individu dan keadilan sosial. Novel ini tetap relevan dan menginspirasi pembaca untuk terus memperjuangkan perubahan positif dalam masyarakat. Dengan gaya penulisan yang sederhana namun kuat, "Azab dan Sengsara" menjadi salah satu karya penting dalam sejarah sastra Indonesia yang layak untuk terus dibaca dan direnungkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun