Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Misteri Meninggalnya Seorang Guru # Part 3

21 Juli 2024   10:00 Diperbarui: 21 Juli 2024   16:29 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi (sumber gambar: Dokumen Pribadi)

Milik Siapa Sapu Tangan Merah Ini?

 Sementara itu Azhari terus mengendarai kendaraannya secara hati-hati, Tanpa diketahui Azhari, dibelakangnya lewat dua buah sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Satu kendaraan dia sendiri, sedangkan satu kendaraan lagi dengan membonceng seorang wanita. Wanita tersebut membawa kayu, ketika mereka sudah dekat dengan Azhari yang kebetulan lagi melintas diatas jembatan, sang wanita memukul belakang Azhari, sehingga Azhari terjatuh dari motornya

Kedua sepeda motor asing tersebut berhenti melihat Azhari terjatuh. Dua orang laki-laki langsung menghajar Azhari tanpa ampun. Salah seorang diantara mereka mengeluarkan pisau dan menghunus ke perut Azhari. Sang guru itu pun tewas seketika. Mereka bertiga langsung memasukan mayat Azhari didalam karung dan meletakannya dibawah kolong jembatan.

Sementara itu, Lestari yang cemas menunggu kedatangan suaminya yang belum juga pulang, padahal hujan masih turun dengan lebatnya, dalam hati Lestari berdoa

"Selamatkanlah suami saya ya Allah"

Lestari tertidur diruang tamu dan menjelang subuh dia terbangun. Hatinya mulai panik ketika mengetahui suaminya belum pulang juga. Dia menelepon suaminya, tetapi handphone suaminya mati. Lalu dia bergegas pergi kerumah mertuanya. Rumah mertuanya itu hanya berjarak 10 meter dari rumahnya. Setelah membangunkan isi rumah tersebut, Ali, Ayah mertuanya membukakan pintu,

"Ada apa Lestari?"

"Bang Azhari belum pulang ayah sejak kemaren pergi dengan mantan siswa-siswanya"

"Jangan panik, mungkin saja dia tidur di salah seorang rumah siswanya tersebut. Kan tadi malam hujan"

"Iya ayah, tapi saya telepon bang Azhari, Hp nya juga mati. Lestari takut terjadi apa-apa dengan dirinya ayah"

"Mungkin saja habis batere" kata ayah mertuanya lagi, lalu ayah mertuanya itu mengusulkan

"Coba kamu telepon salah seorang mantan siswa suami kamu, mungkin ada yang sudah bangun jam segini?"

"Tidak ada nomor hp mereka di hp saya ayah"

"Kita tunggu saja sampai pagi"

"Hatiku tidak tenang ayah, pergi saja kita ke rumah salah seorang mantan siswanya ayah. Saya tahu salah seorang dari mereka"

Sang ayah mertua pun tidak sanggup menolak keinginan menantunya itu, terlebih istrinya juga memaksa.

"Pergilah terus ayah dengan Lestari kerumah siswa itu, hati ibu pun tidak tenang" kata Widya, ibu Azhari. Setelah membangunkan Razak, adiknya Azhari, mereka bertiga pergi kerumah Salmi, salah seorang mantan siswi Azhari. Setelah sampai di halaman rumah Salmi, Lestari segera turun dari boncengan ayah mertuanya dan mengetuk rumah Salmi dengan agak keras.

Sang tuan rumah bergegas membuka pintu rumah tersebut,

"Anda Lestari kan, Istrinya Pak Azhari" tanya ayah Salmi

"Iya pak, Salmi ada pak?"

"Ada, tunggu sebentar. Biar saya panggil. Silahkan masuk" kata ayah Salmi kepada para tamunya dengan ramah dan segera dia memanggil anaknya. Tidak lama kemudian, Salmi tiba di hadapan mereka

"Salmi, pak Azhari tidak pulang semalaman, kemana kira-kira? Apa dia tidur dirumah salah seorang teman laki-laki kamu?" Tanya Lestari tak sabar

"Oh tidak bu, kami serombongan duluan pulang. Pak Azhari dibelakang karena sepeda motornya mogok. Saya pikir dia sudah pulang bu"

"Itu kan ayah" kata Lestari mulai menangis.

"Tenang, biar Razak pergi melihat suamimu. Razak, cepat kamu cari abangmu di tempat tamasya mereka kemaren"

"Iya ayah" kata Razak sambil pergi. Dibelakang Razak pergi, Lestari pingsan.

###

Matahari mulai menampakan sinarnya. Seorang nelayan mendayung sampannya pelan-pelan ingin pergi memancing di bawah jembatan. Sesampai dibawah jembatan, dia melihat karung yang mencurigakan karena berwarna merah darah. Dia dayung sampannya ke tepi, lalu dia turun dan membuka karung tersebut. Dia melihat mayat orang.

"Tolong...Tolong... ada mayat" teriaknya spontan.

Lalu ada beberapa nelayan yang lain mendengar teriakan itu, segera mendekatinya. Tidak lama kemudian mereka berkumpul dengan ramainya. Salah seorang diantara nelayan itu berkata

"Jangan disentuh dulu. Mungkin dia korban pembunuhan. Cepat telepon polisi, kita tunggu polisi datang."

Salah seorang nelayan yang lain segera menelepon saudara yang polisi. Tidak lama kemudian datang beberapa orang polisi dengan mobil patroli mereka diiringi dengan mobil ambulan. Sang komandan berpangkat Iptu meminta anak buahnya mencatat dan memeriksa kondisi mayat termasuk barang-barang yang dikenakan mayat sebagi barang bukti. Sang komandan sendiri memperhatikan di atas jembatan. Dia terkejut melihat ada sepeda motor yang tergeletak. Langsung meminta salah seorang anggotanya untuk memasang garis polisi ditempat tergeletaknya motor itu.

Anggotanya tersebut segera melaksanakan perintah komandan mereka. Polisi yang lain segera turun ke bawah jembatan, memeriksa mayat termasuk barang-barang yang dikenakannya. Mereka juga membuka dompet korban dan mencatat identitasnya. Polisi juga mendapatkan selembar sapu tangan berwarna merah di dalam karung yang mereka yakini itu punya korban. Lalu mayat itu dibawa kerumah sakit terdekat untuk di otopsi.

Ketika para polisi lagi menaiki mayat ke dalam mobil ambulan, Razak sampai ditempat itu. karena banyak orang ditempat itu, dia pun berhenti sejenak dan melihat apa yang terjadi. Dia terkejut melihat kendaraan abangnya tergeletak dan telah dipasang garis polisi.

"Pak, tunggu sebentar pak" kata Razak kepada salah seorang polisi.

"Itu kendaraan punya abang saya" kata Razak kemudian. Boleh saya melihat mayat di mobil ambulan itu pak?" pinta Razak

Sang komandan mengizinkan Razak melihat mayat yang ditemukan itu. Alangkah terkejutnya Razak, ternyata betul abangnya.

"Itu abang saya pak" kata Razak sambal menangis

"Berarti ini abang anda?" tanya komandan memastikan

"Iya pak. Apa abang saya kecelakaan pak?"

"Dugaan sementara tidak, karena perut abang anda ditusuk benda tajam. Kemungkinan pisau"

"Berarti dibunuh pak?" tanya Razak memastikan

"Iya, kami juga menemukan sapu tangan merah di dalam karung bersama korban. Apa itu punya abang saudara"

"Tidak pak, dia tidak pernah pakai kain sapu tangan"

"Jadi, sapu tangan merah ini milik siapa?" Tanya komandan didalam hatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun