"Tetapi kamu tanggapi, itu kesalahan dirimu"
"Jadi bagaimana caranya Zahra?"
"Sementara ini, kalau masuk chat dari Pak Azhari, jangan kamu balas. Kalau kita lagi berkumpul dengannya, jangan kamu duduk dekat dengannya"
"Baiklah, akan saya coba mengikuti saran darimu,"
Sejak mendapat saran dari Zahra, dia tidak membalas chat dari Azhari selama 3 hari. Azhari menjadi heran. Azhari menanyakan apa salahnya, tidak ada jawaban. Walaupun demikian Azhari tetap mengirimkan kata-kata romantis kepada Una, namun tidak ada respon. Terkadang disekolah, Una terlihat menghindar dari dirinya.
Bahkan saat dia mendekati geng tersebut sedang berkumpul, Una akan mengajak salah seorang sahabatnya untuk pergi. Atau dikala geng tersebut menjumpainya, Una tidak ikut serta. Azhari merasa dijauhkan Una.
Una sendiri merasakan sakit saat melakukan itu kepada gurunya tersebut disekolah, tapi mau bagaimana lagi. Una juga selalu membaca chat-caht gurunya tersebut, tidak dia balas. Disaat dia tidak membalaskan, malah dia semakin rindu dan sayang kepada gurunya tersebut, malah dia teringat chat guru nya pada suatu hari
"Bapak dan Una tahu kalau perasaan bapak ke Una salah, tetapi bapak juga tidak ingin perasaan cinta dan sayang kepada Una sebagai wanita tumbuh. Tetapi harus bapak apakan, semoga Una mengerti"
Una terenyuh membaca kembali chat tersebut, dia berfikir Azhari tidak salah. Dia pun merasa hampa tanpa membalas chat gurunya tersebut. Dia merindukan chat-chat manja dan sayang dari gurunya itu, chat-caht itu akan timbul kembali apabila Una membalas chat sebelumnya.
Maka mulai malam itu dia kembali membalas chat gurunya tersebut, tetapi tingkahnya diolah tetap sama agar Zahra tidak curiga, tetapi beberapa hari kemudian Zahra kembali curiga dan kembali menasehati Una, tetapi Una hanya mendengarkan saja sehingga suatu hari Zahra berkata
"Terserah kamu lah, kalau kamu main api, jangan lupa pasti terbakar,"