"Kapten terluka!" seru Sadril, berlari ke arah Ade dan mencoba menahan pendarahan. "Bertahanlah, Kapten!"
"Jangan khawatirkan aku, Sadril. Kau harus memimpin pasukan sekarang," desis Ade dengan suara yang lemah tapi penuh tekad. "Pastikan misi ini berhasil dan lindungi warga desa."
Sadril menatap Ade dengan air mata yang menggenang di matanya, tapi dia tahu bahwa ini adalah saat di mana dia harus menunjukkan bahwa dia bisa diandalkan. "Baik, Kapten. Aku tidak akan mengecewakanmu."
Dengan semangat baru, Sadril mengambil alih komando. Di bawah bimbingan Ade yang tetap memberikan arahan meski terluka, mereka berhasil memukul mundur musuh. Pertempuran yang berlangsung berjam-jam akhirnya mencapai titik akhir ketika musuh memutuskan untuk mundur.
Sadril dan beberapa prajurit lainnya segera membawa Ade ke pos medis. Dokter militer dengan cepat bekerja untuk menyelamatkan nyawanya. Meskipun Ade kehilangan banyak darah, tekadnya yang kuat membuatnya bertahan.
Beberapa hari kemudian, di tenda perawatan, Ade terbangun dan melihat Sadril duduk di sampingnya, wajahnya penuh dengan rasa lega.
"Kau berhasil, Sadril," kata Ade dengan suara serak. "Kau telah menunjukkan jiwa seorang pemimpin sejati."
Sadril menggenggam tangan Ade erat-erat. "Aku hanya mengikuti jejakmu, Kapten. Kau yang mengajarkan kami apa artinya menjadi pemimpin. Kami semua bersyukur punya seorang pemimpin seperti dirimu."
Ade tersenyum lemah, tetapi matanya penuh dengan kebanggaan dan rasa syukur. Di saat-saat itu, dia menyadari bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang keberanian di medan perang, tetapi juga tentang memberikan kepercayaan dan harapan kepada mereka yang mengikuti. Di tengah kegelapan, seorang pemimpin adalah cahaya yang tak pernah padam, menerangi jalan bagi yang lain.
Di balik segala kekuatan dan strategi militer, ada jiwa seorang pemimpin yang selalu siap berkorban demi keselamatan dan kesejahteraan banyak orang. Dan itulah yang membuat Kapten Ade dan pasukannya tak terkalahkan semangat yang tak pernah padam dan kepercayaan yang tak pernah goyah.
Beberapa minggu berlalu, Kapten Ade perlahan pulih dari luka-lukanya. Meski tubuhnya masih lemah, semangatnya tetap berkobar. Ia terus memantau perkembangan situasi dari tenda perawatannya, memberikan arahan strategis kepada Letnan Sadril dan prajurit lainnya. Musuh belum sepenuhnya mundur dari wilayah perbatasan, dan ancaman masih mengintai.