Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Cinta Perbedaan Usia

18 Juli 2024   07:59 Diperbarui: 18 Juli 2024   08:03 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : pixabay.com

Syafa mengangguk. "Aku setuju denganmu. Karena itu, aku ingin meminta bantuanmu. Aku ingin kamu berbicara lagi dengan Davi. Mungkin jika dia mendengar langsung darimu bahwa kamu masih mencintainya dan bersedia berjuang bersama, dia akan berubah pikiran."

Iradah merasa hatinya kembali berdebar. Ia tahu bahwa perasaannya pada Davi masih sama kuatnya seperti dulu. "Baiklah, aku akan mencobanya," kata Iradah dengan penuh harap.

Beberapa hari kemudian, Iradah mengatur pertemuan dengan Davi di taman kota tempat mereka sering berbicara tentang mimpi dan harapan mereka. Ketika Davi tiba, Iradah bisa melihat bahwa pria itu tampak lebih letih dan gelisah dari biasanya. Mereka duduk di bangku taman yang menghadap danau, dan Iradah memulai percakapan.

"Davi, aku mendengar dari Syafa bahwa kamu mengalami masa-masa sulit setelah pertemuan kita terakhir. Aku tidak pernah bermaksud membuatmu merasa seperti itu. Aku hanya ingin kita berdua bahagia, apa pun yang terjadi," kata Iradah dengan lembut.

Davi menghela napas panjang. "Iradah, aku juga merasa sangat bersalah telah melukai perasaanmu. Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu, tapi aku terlalu takut untuk melangkah lebih jauh. Aku khawatir kita akan menghadapi banyak masalah karena perbedaan usia kita."

Iradah menggenggam tangan Davi. "Davi, cinta itu tentang keberanian untuk melawan ketakutan. Aku masih mencintaimu dan aku bersedia berjuang bersama untuk cinta kita. Kita tidak perlu memikirkan apa kata orang lain. Yang penting adalah kita tahu apa yang kita rasakan dan berusaha untuk membuatnya berhasil."

Davi terdiam, matanya mulai berkaca-kaca. "Iradah, aku sangat mencintaimu. Aku hanya takut bahwa aku tidak akan cukup baik untukmu."

Iradah tersenyum, menghapus air mata di pipi Davi. "Kamu adalah yang terbaik untukku, Davi. Tidak ada yang lain. Jika kita bersama, aku yakin kita bisa menghadapi segala hal."

Mendengar kata-kata Iradah, hati Davi perlahan luluh. Dia merasakan kehangatan dan ketulusan dalam setiap kata yang diucapkan Iradah. Dia menyadari bahwa perasaannya selama ini benar dan bahwa dia tidak bisa terus hidup dalam ketakutan.

"Aku mencintaimu, Iradah," kata Davi dengan suara penuh emosi. "Mari kita berjuang bersama."

Iradah tersenyum lebar, hatinya penuh kebahagiaan. Mereka berpelukan erat, merasakan kekuatan cinta yang tulus dan mendalam. Di bawah sinar matahari senja yang indah, Iradah dan Davi berjanji untuk saling mendukung dan mencintai, apa pun yang terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun