Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Cinta Perbedaan Usia

18 Juli 2024   07:59 Diperbarui: 18 Juli 2024   08:03 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : pixabay.com

Iradah menahan air matanya. Dia tahu bahwa dia tidak bisa memaksakan perasaan Davi. Dengan suara yang bergetar, dia berkata, "Aku mengerti, Davi. Aku hanya ingin kamu bahagia, apa pun yang terjadi."

Mereka berdua terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Waktu seolah berhenti, dan kesunyian mengisi ruang di antara mereka. Setelah beberapa saat, Davi berdiri dan memeluk Iradah dengan lembut. "Terima kasih sudah mengerti, Iradah. Kamu akan selalu menjadi teman baik bagiku," katanya sebelum pergi.

Iradah duduk di sana, menatap secangkir kopi yang kini telah dingin. Hatinya perih, tapi dia tahu bahwa dia harus merelakan Davi. Dia tahu bahwa cinta tidak selalu bisa dimiliki, dan terkadang, melepaskan adalah bentuk cinta yang paling tulus.

Hari-hari berlalu, dan Iradah perlahan belajar menerima kenyataan. Dia tetap menjadi wanita yang kuat dan penuh semangat. Meski cintanya ditolak, dia tidak menyesali perasaannya. Iradah tahu bahwa cinta adalah bagian dari hidup, dan setiap pengalaman, baik manis maupun pahit, membuatnya menjadi pribadi yang lebih bijaksana.

Di senja yang indah itu, Iradah menyadari bahwa hidup adalah tentang belajar menerima dan terus melangkah maju. Dia menatap matahari yang perlahan tenggelam, menyadari bahwa setiap akhir adalah awal dari sesuatu yang baru. Dengan senyum tipis di bibirnya, Iradah siap menyambut hari esok dengan hati yang lapang.

Beberapa bulan berlalu sejak pertemuan terakhir Iradah dan Davi di kafe itu. Iradah tetap menjalani hidupnya dengan penuh semangat dan dedikasi. Ia kembali fokus pada pekerjaannya sebagai desainer interior, mencurahkan kreativitasnya untuk membuat ruang-ruang indah yang menginspirasi banyak orang. Namun, di hatinya masih tersimpan kenangan tentang Davi, seorang pria yang pernah membuatnya merasakan cinta yang begitu dalam.

Suatu hari, ketika Iradah sedang merapikan studio desainnya, pintu terbuka dan seorang wanita muda masuk. Wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Syafa, saudara perempuan Davi. "Iradah, aku tahu ini mungkin mengejutkanmu, tapi aku ingin berbicara denganmu tentang Davi," kata Syafa dengan nada serius.

Iradah merasa sedikit gugup, tetapi ia menyambut Syafa dengan ramah. Mereka duduk di ruang tamu yang nyaman, dan Syafa mulai bercerita. "Setelah pertemuan terakhir kalian, Davi banyak berubah. Dia merasa bersalah telah melukai perasaanmu, dan itu membuatnya tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya. Dia bahkan mempertimbangkan untuk meninggalkan kota ini."

Iradah terkejut mendengar hal itu. "Aku tidak pernah ingin membuatnya merasa seperti itu. Aku hanya ingin dia bahagia, meskipun bukan dengan aku," kata Iradah dengan tulus.

Syafa tersenyum lembut. "Aku tahu. Dan itulah sebabnya aku di sini. Davi sebenarnya sangat mencintaimu, tapi dia terlalu takut untuk mengakui itu karena perbedaan usia kalian. Dia terlalu memikirkan pandangan orang lain dan takut kalian akan terluka."

Iradah terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Syafa. "Aku mengerti ketakutannya, tapi cinta tidak seharusnya diukur dengan usia atau apa kata orang lain. Aku percaya bahwa jika kita saling mencintai, kita bisa mengatasi segala rintangan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun