Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Ada Apa di Rumah Tua?

15 Juli 2024   05:38 Diperbarui: 15 Juli 2024   06:50 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Di sebuah desa terpencil, terdapat sebuah rumah tua yang sudah lama ditinggalkan. Rumah itu berdiri kokoh namun terlihat angker, dengan jendela-jendela yang pecah dan dinding-dinding yang sudah berlumut. Penduduk desa seringkali mendengar cerita-cerita seram tentang rumah tersebut, namun tidak ada yang berani mendekatinya, terutama setelah matahari terbenam.

Suatu hari, Sekelompok pemuda KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa itu yang dipimpin oleh Roby dan bersama dengan tiga temannya, Dika, Toni, dan Nisa, Roby memutuskan untuk menjelajahi rumah tua itu pada malam hari.

"Jadi, siapa yang siap untuk petualangan malam ini?" tanya Roby sambil tersenyum.

"Aku siap," jawab Dika dengan semangat. "Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumah itu."

Toni dan Nisa hanya mengangguk, meskipun wajah mereka menunjukkan sedikit ketakutan. Mereka berempat pun mempersiapkan senter, kamera, dan alat rekam lainnya untuk mendokumentasikan petualangan mereka.

Malam itu, ketika jam menunjukkan pukul 11 malam, mereka berempat tiba di depan rumah tua tersebut. Pintu depan rumah itu terlihat seperti sudah lama tidak dibuka, berderit ketika Roby mendorongnya perlahan.

"Ayo masuk," kata Roby sambil menyalakan senter dan melangkah masuk.

Bagian dalam rumah itu sangat gelap dan berdebu. Laba-laba membuat sarangnya di sudut-sudut ruangan, dan bau apek menyengat hidung mereka. Namun, mereka tetap melangkah lebih dalam, menelusuri setiap sudut rumah tersebut.

Di ruang tamu, mereka menemukan perabotan tua yang sudah rusak dan hancur. Foto-foto lama yang menggambarkan keluarga yang pernah tinggal di sana tergantung miring di dinding. Mata-mata di foto itu seolah-olah mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi.

"Mungkin keluarga ini yang menghantui rumah ini," gumam Toni dengan nada setengah bercanda.

Nisa, yang sejak awal sudah merasa tidak nyaman, tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang mengawasi mereka. "Roby, aku merasa ada yang tidak beres di sini. Kita harus pergi sekarang," bisiknya dengan suara gemetar.

Roby hanya tertawa kecil. "Tenang saja, Nisa. Tidak ada apa-apa di sini. Ini semua hanya cerita."

Namun, saat mereka melangkah lebih jauh, lampu senter mereka mulai berkedip-kedip. Suara aneh mulai terdengar dari lantai atas, seperti langkah kaki yang berat. Mereka saling berpandangan dengan cemas.

"Kita periksa ke atas?" tanya Dika, mencoba menyembunyikan rasa takutnya.

Dengan hati-hati, mereka naik ke lantai dua. Tangga kayu berderit di bawah kaki mereka, membuat suasana semakin mencekam. Di lantai dua, mereka menemukan sebuah kamar dengan pintu yang sedikit terbuka.

"Kita masuk?" tanya Toni dengan suara bergetar.

Roby mengangguk dan membuka pintu itu perlahan. Di dalam kamar, mereka melihat sebuah cermin besar yang tergantung di dinding. Di depan cermin, ada sebuah kursi kayu yang tampak seperti sering digunakan.

Namun, yang paling mengejutkan adalah bayangan yang tampak di cermin. Bayangan seorang wanita dengan rambut panjang dan pakaian putih, berdiri di belakang mereka. Roby berbalik dengan cepat, tetapi tidak ada siapa pun di sana.

"Kalian lihat itu?" tanya Roby dengan suara bergetar.

Dika, Toni, dan Nisa hanya mengangguk, wajah mereka pucat pasi. Tiba-tiba, cermin itu retak dengan suara keras, membuat mereka terlonjak mundur. Kursi kayu di depan cermin bergerak sendiri dan terlempar ke arah mereka.

"Kita harus keluar dari sini!" teriak Nisa dengan panik.

Mereka berempat berlari turun dengan cepat, namun saat mereka mencapai lantai bawah, pintu depan yang tadi mereka masuki kini tertutup rapat. Roby mencoba membukanya dengan sekuat tenaga, namun pintu itu seakan terkunci dari luar.

"Kita terjebak!" teriak Dika.

Suara langkah kaki dari lantai atas semakin keras, seolah-olah ada seseorang yang berlari mengejar mereka. Mereka mencoba mencari jalan keluar lain, namun semua jendela terkunci dan sulit dibuka.

Di tengah kepanikan, mereka mendengar suara lembut namun menyeramkan dari lantai atas. "Kalian tidak seharusnya berada di sini..."

Roby berbalik dan melihat bayangan wanita itu mendekati mereka dari tangga. Wanita itu melayang dengan cepat, wajahnya terlihat hancur dan penuh darah. Matanya kosong, menatap mereka dengan tajam.

"Lari!" teriak Roby, menarik tangan Nisa dan berlari menuju dapur. Di dapur, mereka menemukan sebuah pintu kecil yang menuju ke gudang bawah tanah. Tanpa berpikir panjang, mereka membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya.

Di dalam gudang, suasana lebih gelap dan pengap. Mereka mencoba menenangkan diri, namun suara langkah kaki wanita itu semakin mendekat. Roby melihat sebuah pintu lain di ujung gudang dan segera berlari ke arahnya. Namun, saat dia membuka pintu itu, dia hanya menemukan tembok bata.

"Kita terjebak..." bisik Toni dengan putus asa.

Wanita itu kini berada di pintu gudang, menatap mereka dengan senyum menyeramkan. "Kalian tidak akan pernah keluar dari sini," katanya dengan suara yang memecah keheningan.

Dalam kepanikan, Roby melihat ke sekeliling dan menemukan sebuah kapak tua. Dia mengangkat kapak itu dan bersiap melawan. Namun, sebelum dia bisa bergerak, wanita itu melayang ke arahnya dengan kecepatan yang mengerikan.

Nisa, yang berdiri di dekat Roby, tiba-tiba merasakan sentuhan dingin di pundaknya. Dia berbalik dan melihat wanita itu di sampingnya, wajahnya begitu dekat hingga Nisa bisa merasakan napas dinginnya. Dengan satu jeritan terakhir, Nisa pingsan dan jatuh ke lantai.

Roby, Dika, dan Toni hanya bisa melihat dengan ketakutan saat wanita itu menghilang bersama Nisa. Mereka mencoba membangunkannya, namun Nisa tetap tidak sadar.

"Kita harus keluar dari sini sekarang!" kata Roby dengan suara gemetar.

Mereka bertiga akhirnya menemukan sebuah jendela kecil di sudut gudang. Dengan susah payah, mereka berhasil membukanya dan melarikan diri keluar dari rumah tua itu.

Saat mereka tiba di luar, mereka langsung menuju ke rumah kepala desa untuk meminta bantuan. Kepala desa, yang mendengar cerita mereka, hanya mengangguk dengan serius.

"Kalian beruntung bisa keluar hidup-hidup," katanya. "Banyak yang masuk ke rumah itu dan tidak pernah kembali."

Malam itu, mereka tidak bisa tidur. Bayangan wanita itu terus menghantui pikiran mereka. Mereka tahu, meskipun mereka berhasil keluar, rumah tua itu masih menyimpan banyak misteri yang belum terungkap.

Dan di dalam rumah tua itu, suara langkah kaki masih terdengar, menunggu korban berikutnya yang berani masuk ke dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun