"Kita terjebak!" teriak Dika.
Suara langkah kaki dari lantai atas semakin keras, seolah-olah ada seseorang yang berlari mengejar mereka. Mereka mencoba mencari jalan keluar lain, namun semua jendela terkunci dan sulit dibuka.
Di tengah kepanikan, mereka mendengar suara lembut namun menyeramkan dari lantai atas. "Kalian tidak seharusnya berada di sini..."
Roby berbalik dan melihat bayangan wanita itu mendekati mereka dari tangga. Wanita itu melayang dengan cepat, wajahnya terlihat hancur dan penuh darah. Matanya kosong, menatap mereka dengan tajam.
"Lari!" teriak Roby, menarik tangan Nisa dan berlari menuju dapur. Di dapur, mereka menemukan sebuah pintu kecil yang menuju ke gudang bawah tanah. Tanpa berpikir panjang, mereka membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya.
Di dalam gudang, suasana lebih gelap dan pengap. Mereka mencoba menenangkan diri, namun suara langkah kaki wanita itu semakin mendekat. Roby melihat sebuah pintu lain di ujung gudang dan segera berlari ke arahnya. Namun, saat dia membuka pintu itu, dia hanya menemukan tembok bata.
"Kita terjebak..." bisik Toni dengan putus asa.
Wanita itu kini berada di pintu gudang, menatap mereka dengan senyum menyeramkan. "Kalian tidak akan pernah keluar dari sini," katanya dengan suara yang memecah keheningan.
Dalam kepanikan, Roby melihat ke sekeliling dan menemukan sebuah kapak tua. Dia mengangkat kapak itu dan bersiap melawan. Namun, sebelum dia bisa bergerak, wanita itu melayang ke arahnya dengan kecepatan yang mengerikan.
Nisa, yang berdiri di dekat Roby, tiba-tiba merasakan sentuhan dingin di pundaknya. Dia berbalik dan melihat wanita itu di sampingnya, wajahnya begitu dekat hingga Nisa bisa merasakan napas dinginnya. Dengan satu jeritan terakhir, Nisa pingsan dan jatuh ke lantai.
Roby, Dika, dan Toni hanya bisa melihat dengan ketakutan saat wanita itu menghilang bersama Nisa. Mereka mencoba membangunkannya, namun Nisa tetap tidak sadar.