Sambil sohra mencari nomer telepon Basri di whassup miliknya, Â Samiang jinjit dan menatap layer HP sohra berharap anaknya akan mengangkat telepon. Saat Basri telah mengangkat telepon, samiang langsung megambil HP sohra " naaak". Dengan suara gemetar tergambar kerinduan kepada anaknya.
Setahun telah berlalu,  Basri menelfon Masnia saudara perempuannya. Dalam perbincangan yang cukup lama, Basri mengabarkan berita gembira. Hamsina istrinya telah dilarikan ke rumah sakit karna kehamilannya telah mencapai 9  bulan. Sampai disana Basri tak henti-henti berkabar kepadaa saudara dan tetangganya. Samiang yang mendengar kabar tersebut begitu tidak sabar menanti  kelahiran cucunya.
Tepat jam 13.00 WITA, orang-orang masih berkumpul dirumah masnia. Samiang memilih nginap dirumah anaknya yang jarak dengan rumahnya kurang lebih 300 M. demi mendengar kabar baik  dari anaknya yang berada di kejauhan.Â
Cuaca semakin dingin, orang-orang sudah mulai mengantuk, Sebagian telah pulang dan menunggu berita kelahiran bayi basri besok pagi saja. Saat suasana mulai hening, sebuah handpone bergetar diats bufet. " ngurami" bagaimana? Tanya masnia kepada Basri lewat telephone.Â
Basri tak berkutik beberapa menit, suaranya mulai terdengan  dengan suara isak, mengabarkan bahwa bayinya tidak  bisa diselamatkan. Masnia yang syok, enggan memberi tahu Samiang atas berita tersebut.Â
Masnia kemudian meraih ibunya, mengatakan dengan halus "mate anakna Basri amma'" anak Basri meninggal dunia Ibu. mereka berdua saling menatap, tak tahan menahan tangis.
Tak lama setelah istrinya melahirkan, Basri memutuskan untuk pulang kampung. Dia dan istrinya ingin memulihkan perasaan dengan bertemu keluarga.Â
Tiga hari sebelum pulang, Basri berkabar kepada orang tuanya yakni samiang. Samiang mengatakan agar pulangnya nanti saja,bukannya tidak ingin bertemu anaknya, namun samiang menganggap perekonomian anaknya belum pulih.Â
Namun Basri  menjelaskan kepada Samiang bahwa dia sangat butuh bertemu dengan keluuarga, pada akhirnya Samiang  mengiakan keiginan anaaknya tersebut.
Sesampai dikampung, Â Basri kemudian memperingati empat puluh hari kematian anaknya. Mengutang ke kakak iparnya untuk membeli kambing. memperingati hari kematian anggota keluarga adalah sebuah kewajiban Sebagian masyarakat Bantaeng.
Waktu itu musim kopi, Basri kesulitan mendapatkann biaya untuk pulang keperantauan. Dia memanfaatkan kesempataan untuk menjadi pengepul kopi. Hamsina istrinya menerima jasa peco' kopi. selama 2 bulan, Basri akhirnya punya biaya untuk kembali ke Malaysia. Â