Mohon tunggu...
Afif Fanani
Afif Fanani Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis sebagai ingatan

Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kajian Ekonomi Politik pada Platform Netflix Film "The Trial of Chicago 7"

2 Januari 2021   01:20 Diperbarui: 2 Januari 2021   01:34 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Trial of Chicago 7 (Foto: Netflix) 

Distribusi film merupakan kajian yang menarik. Film bukan hanya tentang produksi, namun juga berkaitan dengan distribusi dan eksebisi. Platform Netflix mendapatkan hak dalam mendistribusikan film 'The Trial of Chicago 7' yang sebelumnya akan rilis di bioskop melalui Paramount Pictures. 

Film yang tayang di Netflix 'The Trial of Chicago 7' mengisahkan drama sejarah tentang aksi protes damai yang berubah rusuh di acara Konvensi Nasional Partai Demokrat pada 1968. 

Menariknya film 'The Trial of Chicago 7' ini ditayangkan bertepatan dengan aksi demonstrasi yang terjadi di Indonesia pada bulan Oktober 2020 kemarin. Hal ini memperlihatkan bahwa industri film  ̶  atau usaha di bidang perfilman  ̶  tidak mungkin terlepas dari konteks ekonomi politik di sekitarnya.

Film ‘The Trial of Chicago 7’ dirilis pada tanggal 16 Oktober 2020 oleh Platform Netflix. Apakah film ini menjadi suatu masalah pada distribusi dan eksebisinya? Tidak, malah sebaliknya  ̶  ini menjadi suatu hal yang menarik. Kenapa? 

Lantaran hal ini disebabkan karena film 'The Trial of Chicago 7’ yang disuguhkan pada kita terasa dekat dengan aktivisme ataupun isu politik yang terjadi akhir-akhir ini di berbagai negara. Meskipun secara konten, konsep, maupun konteks film ini mengisahkan tentang aktivisme anti perang Vietnam.

Membahas mengenai film. Film 'The Trial of Chicago 7' yang berdurasi seratus dua puluh Sembilan menit ini merupakan garapan dari Aaron Sorkin sebagai penulis skenario sekaligus sutradara. 

Film ini dikemas dengan menarik, menghibur, juga dengan satire yang kocak dan gemas. Diangkat dari kisah nyata para tujuh aktivis anti perang Vietnam. Aksi protes yang berlangsung damai berubah menjadi rusuh tersebut membuat para tujuh aktivis diduga sebagai dalang dan kemudian di bawa ke pengadilan. 

Di film ini kita juga diperlihatkan berbagai elemen masyarakat yang tergabung dalam aksi protes damai, bagaimana polisi menyamar dan menyusup tergabung dalam aksi demonstrasi, pengadilan yang dimanipulasi, serta aksi provokosi yang bertolak belakang dari apa yang diharapkan kelompok aktivis anti perang Vietnam.

Pemilihan akhir cerita film yang endingnya bikin sedih dan menyayat hati. Mengingatkan kita bahwa di balik perang, ada ribuan nyawa yang gugur dan terkadang hal itu hanya dilihat sebagai angka yang tak berarti. Meskipun kalah di pengadilan para tujuh aktivis tersebut sudah melakukan hal yang mereka anggap benar dan semua orang di pengadilan pun mengikuti para tujuh aktivis unuk berdiri dan memberikan hormat kepada mereka yang gugur di medan perang.

Terlepas dari film tersebut, hal serupa seperti aksi demonstrasi tersebut juga terjadi di beberapa negara. Di Indonesia sendiri untuk aksi demontrasi yang berlangsung damai pun juga berubah menjadi rusuh. 

Tidak hanya itu, ada juga polisi yang menyamar sebagai demonstran, juga aksi-aksi provokasi. Aksi demontrasi itu juga terjadi diberbagai negara seperti Negara Belarus, kerusuhan terjadi akibat sengketa pemilu yang dimenangkan oleh Alexander Lukashenko secara kontroversial.

Negara Thailand, rakyat berunjuk rasa akibat dari rasa frustasi karena kediktatoran kerajaan. Negara Kirgizstan, rakyat berunjuk rasa akibat hasil pemilu. Negara Mesir, rakyat berunjuk rasa menuntut Presiden Abdel Fattah El untuk mundur. 

Di Hongkong, rakyat melakukan aksi unjuk rasa penolakan RUU ekstradisi. Dan Amerika, aksi unjuk rasa menuntut keadilan atas kematian George Floyd. Dari apa yang kita lihat, film 'The Trial of Chicago 7' ini kemudian menjadikan suatu cerminan budaya bangsa juga sebagai media representasi sebuah kondisi tatanan sosial suatu bangsa.

Dengan demikian, sebuah pemahaman industri perfilman pada distribusi dan eksebisi film tentunya tidak bisa dipisahkan dari isu ekonomi politik global. Hal tersebut dikarenakan kelangsungan industri film mutlak berada dalam alur dan arus ekonomi global sebagai basis infrastruktur, sehingga dinamika ekonomi global turut memberi pengaruh terhadap kelangsungan industri film tersebut. 

Dinamika industri film juga terkait dengan atmosfer politik khususnya dalam hal kecenderungan-kecenderungan global dan kebijakan regulasi ekonomi yang mempengaruhinya serta kebebasan berekspresi yang menjadi latar industri film tersebut dijalankan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Kukuh Yudha Karnanta dalam artikel yang berjudul Ekonomi Politik Film Dokumenter Indonesia Dependensi Industri Film Dokumenter Indonesia kepada Lembaga Donor Asing yang dimuat dalam Jurnal Lakon Vol. 1 No. 1 tahun 2012 menyebutkan bahwa dalam konteks kajian media, Vincent Mosco mendefinisikan ekonomi politik sebagai studi mengenai relasi-relasi sosial khususnya relasi-relasi kekuasaan yang terkait secara mutualistik dalam menyusun proses ekonomi: produksi, distribusi, dan konsumsi atas sumber daya, Mosco menyebut ekonomi politik merupakan pendekatan vital dalam kajian media yang bersifat komprehensif yang melingkupi studi mengenai kontrol kekuasaan (kebijakan), produksi media, dan kehidupan sosio-kultural di mana media tersebut diedarkan.

Sedangkan menurut Dola Perdini Putri, Reni Nuraeni, Maylanny Christin, Mohamad Syahriar Sugandi dalam artikel berjudul Industri Film Indonesia Sebagai Bagian Dari Industri Kreatif Indonesia yang dimuat dalam Jurnal Liski Vol. 3. No. 1 tahun 2017 menyebutkan bahwa industri film sebagai bagian dari industri kreatif dalam memproduksi, mendistribusi dan mengeksebisi dimana film itu selain sebagai komoditas ekonomi maupun politik juga berfungsi sebagai sarana penerangan, hiburan, dan pendidikan yang edukatif. Karena film sendiri merupakan budaya yang punya nilai ekonomi dan memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi.

Industri perfilman tentunya tidak terlepas dari wacana mengenai ekonomi politik global yang dipahami mengusung agenda kapitalisme global. Lantaran isu politik yang terjadi di Indonesia juga diberbagai banyak negara kini sedang memanas. 

Pembahasan mengenai industri perfilman ini juga bisa kita lihat dari ekonomi global, karena entitas bisnis yang sangat penting dalam pengelolaan rantai pasokan produksi film.

Hal ini menjadi sangat menarik, sebagaimana kita pahami bahwa isu politik yang terjadi dibanyak negara juga di Indonesia. Sebuah Industri perfilman media Platform Netflix terkait distribusi dan eksebisi menjadikan film 'The Trial of Chicago 7' ini sebuah momentum. 

Menjadikan film tersebut sarana penerangan, hiburan, pendidikan yang edukatif untuk mengambil sikap atas isu politik yang terjadi juga sebagai potensi keuntungan dalam nilai ekomoni. 

Apalagi khususnya di Negara Indonesia menjadi potensi pasar yang memiliki jumlah penduduk di atas 200 juta, tak luput juga dari kondisi politik Indonesia yang kian hari kian memanas tersebut.

Afif Fanani, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun