Generasi Millenial atau Generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir pada sekitar tahun 1980 hingga 2000-an,generasi Millenial memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dengan generasi lainnya yaitu memiliki kepercayaan diri yang tinggi, melek atau terbuka tentang teknologi,berpikiran terbuka serta berorientasi pada pencapaian.
Oleh karena itu, generasi millenial adalah generasi yang cukup familier terhadap perkembangan teknologi. Namun tidak menutup kemungkinan adanya risiko yang menghadang generasi milenial jika terlalu fokus pada perkembangan teknologi tanpa memperdulikan pengelolaan keuangan yang benar.
 Saat ini investasi bukan hal yang tabu bagi kita terutama bagi generasi millenial, investasi merupakan cara yang bisa digunakan untuk menyimpan aset kekayaan atau yang lebih dikenal dengan menabung. Pada saat pandemi Covid-19 pertumbuhan investasi di Indonesia tercatat tinggi hal ini dapat dilihat dari banyaknya platform investasi saham yang dapat digunakan melalui smartphone,dan dibantu oleh generasi milenial yang membuat investasi ini menjadi tren sendiri dikalangan mereka.
 Secara umum investasi terbagi atas investasi riil dan investasi finansial. Investasi riil mencakup aset nyata seperti tanah, bangunan, mesin atau hal fisik lainnya.Â
Sementara investasi finansial dilakukan dalam pe nm rekonomian modern yang melibatkan kontrak--kontrak tertulis, seperti perdagangan saham, obligasi ataupun reksadana yang saat sekarang menjadi tren di kalangan millenial.
Menurut survei jumlah investor didominasi oleh generasi milenial yang berumur dibawah 30 tahun.Generasi milenial memilih investasi saham menjadi tren karena investasi dengan smartphone ini tentunya memberikan kemudahan dan sesuai dengan karateristik yang dimiliki seperti kepercayaan diri akan keputusan terhadap resiko investasi saham serta memiliki orientasi pada pencapaian.
Namun tidak menutup kemungkinan para generasi millenial mengalami terjadinya investasi bodong (bohong), yang menawarkan hasil imbal besar. hal ini banyak terjadi karena kurangnya literasi serta lebih mementingkan keuntungan daripada akibat dari investasi bodong. Dan berdasarkan survei OJK pada tahun 2016 literasi keuangan generasi milenial masih rendah di bawah 35%, dan saat ini generasi milenial masih dinilai rentan menjadi korban investasi bodong.
Banyaknya waktu luang serta pengaruh sosial media yang dimiliki oleh generasi millenial menjadikan mereka sadar akan pentingnya berinvestasi dan memiliki minat untuk belajar tentang investasi,hal ini menjadi tren bagi generasi milennial untuk mengenal lebih jauh tentang investasi.
 Alasan lain yang menjadikan generasi milenial berminat tentang investasi adalah banyaknya Influencer Indonesia yang memperkenalkan dan mengajak para milenial untuk berinvestasi yang berdampak positif bagi millenial melalui berbagai jenis platform yang dapat diakses di smartphone.
Masing masing platform memberikan penawaran yang berbeda-beda contohnya seperti aplikasi ajaib yang dibawah naungan PT Takjub Teknologi Indonesia,Aplikasi ini adalah aplikasi investasi saham dan reksa dana yang menawarkan analisa teknikal dan fundamental yang telah disediakan berbeda dengan aplikasi bibit yang dibawah naungan PT Bibit Tumbuh Bersama yang menyediakan investasi dengan mode syariah untuk umat muslim dan untuk reksa dana bibit memiliki cara analisa yang lebih lengkap dan manajemen sorting reksa dana yang mudah dimengerti cocok untuk pemula.
 Investasi pada setiap platform tidak membutuhkan modal yang besar. Dengan hanya bermodalkan Rp 100.000 (seratus ribu rupiah) sudah dapat menjadi investor, sehingga bagi generasi millennial yang masih berstatus mahasiswa atau sudah berpenghasilan dibawah atau diatas UMR (Upah Minimum Regional) sudah dapat memulai berinvestasi.Dengan tawaran ini tentu saja para milenial berbondong-bondong untuk melakukan investasi.
 Menurut Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo "Total jumlah investor di pasar modal Indonesia sudah mencapai 5,89 juta investor hingga 6 agustus 2021,yang didominasi generasi milenial serta generasi Z sebesar 80 persen. Tren yang sama juga terlihat pada jumlah investor bertransaksi saham yang mengalami peningkatan hampir 200 ribu investor secara harian aktif investasi".
 Tren ini harus diimbangi dengan pengetahuan dan pemahaman terkait resiko investasi,karena umumnya generasi millenial ingin mendapatkan hasil yang cepat mereka juga membeli saham bukan karena analisis yang tepat tetapi hanya mengikuti tren dan langsung menerima informasi dari orang lain tanpa memikirkan terlebih dahulu.
Tidak dapat dipungkiri banyak beredar tawaran investasi yang sebenarnya adalah penipuan, atau yang disebut investasi bodong yaitu memberikan yang keuntungan besar tanpa adanya kegiatan usaha yang jelas. Uang yang disetor nasabah baru digunakan untuk membayar bonus atau pendapatan bunga bagi nasabah lama. Setiap nasabah baru harus mencari anggota baru untuk diajak bergabung.
Dari pembahasan diatas kesimpulan yang didapat adalah maraknya tren investasi memiliki dampak positif bagi generasi milenial namun juga memiliki dampak negatif.Â
Dampak positif yang dapat diambil adalah milenial sadar pentingnya investasi dan mengelola keuangan sejak dini yang memiliki dampak penting dimasa depan,sedangkan untuk dampak negatif milenial tergiur akan tawaran keuntungan yang besar dari investasi yang tidak jelas asal nya da tidak memiliki izin dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan)
 Penulis memberi saran sebelum memulai investasi sebaiknya para generasi milenial dapat memahami asal usul atau dasar investasi terlebih dahulu dan bagaimana proses investasi tersebut berjalan serta memiliki izin dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) agar kedepannya tidak tertipu oleh investasi bodong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H