Waktu itu angin cukup kencang berhembus dan juga hanya saya yang melewati jembatan, sehingga ada sensasi goyangan yang cukup membuat saya senang. Perlu dicatat bahwa jembatan penghubung tersebut sudah saya buktikan aman. In syaa Allah.
Di Cemoro Pitu saya hanya berputar-putar menikmati suasana, tentunya tidak lupa dengan tujuan utama saya yaitu bersyukur atas nikmat-Nya. Saya lihat ada beberapa orang yang sedang memancing di bibir "pantai" Cemoro Pitu.Â
Pintu masuk Cemoro Pitu yang masih sederhana.
Jalan setapak di Kawasan Cemoro Pitu.
Suasana teduh di Cemoro Pitu.
Beberapa orang yang sedang menikmati kegiatan memancing di Cemoro Pitu.
Ada tempat yang bisa digunakan untuk melepas lelah.
Puas berkeliling, saya pulang. Tetapi sebelum pulang saya sempatkan untuk bercengkerama dengan penduduk sekitar. Diantaranya dengan Pak Tris yang waktu itu sedang membersihkan Kawasan Cemoro Pitu, lalu dengan Mas Har sang penjaga jembatan dan Ibu Juremi yang sedang beristirahat sehabis berkeliling dengan perahu. Banyak hal yang saya tanyakan, salah satunya tentang asal-usul nama Cemoro Pitu. Pak Tris dan Bu Juremi bergantian bercerita tentang asal-usulnya.
Nama Cemoro Pitu diberikan karena di tengah "pulau" terdapat 7 buah pohon Cemara. Awalnya terdapat 10 pohon, sayangnya 3 pohon telah tumbang dan saat ini hanya ada 6, karena 1 pohon terbakar. Ketika saya tanyakan kepada beliau-beliau siapa yang membakar, diperkirakan pelakunya adalah orang yang tak bertanggung jawab. Sangat disayangkan.
p-20180111-115624-5a74a44916835f0e515dc6b2.jpg
Setelah cukup bercengkerama saya pamit dan melanjutkan perjalanan pulang. Sempat saya mengambil beberapa foto untuk dokumentasi.
Secara keseluruhan menurut saya Kawasan Cemoro Pitu memiliki potensi wisata yang bagus. Suasana di sini saya rasa cocok untuk camping, pesta barbequedan lain sebagainya. Tentunya jangan lupa untuk membawa peralatan dan hal-hal yang dibutuhkan dari rumah. Dan yang terpenting jangan lupa untuk membersihkan lokasi setelah kita pergunakan untuk menjaga kelestarian alamnya. Sekian.
Dari kanan; Pak Tris, Mas Har serta Bu Juremi.
Tabik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya