Mohon tunggu...
Avi Tiara Oki Herawati
Avi Tiara Oki Herawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang Mencari Kesibukan

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030123

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosmed Itu Toxic tapi Candu

25 Mei 2022   22:57 Diperbarui: 25 Mei 2022   23:08 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Banyak dari kalian pasti pernah mikir bahwa sosmed itu toxic, bahkan banyak dari kalian yang mungkin udah pernah instal Instagram, Twitter, dan lain sebagainya terus kalian sekarang enggak pakai lagi dan pakainya ya udah pakai YouTube aja.

Well bisa dibilang kayak gitu ya sosmed toxic karena ya itu tempat orang buat segala hal dan yang di pos itu kadang-kadang enggak make sense contohnya misal flaxing lah gitu kan atau mungkin tiba-tiba teman kalian dapat duit banyak terus misalnya ngasih ke siapa ke siapa gitu ya atau mungkin mantan kalian posting dapat pacar baru gitu, 

yang ternyata masih fwb atau postingan sahabat kalian yang mungkin menang lomba internasional, atau konferensi gitu meskipun di belakangnya enggak tahu ya konferensinya bagus atau enggak tapi yang jelas postingan-postingan kayak gitu dan juga sosmed over all gitu bikin kita seringkali mikir gitu kok hidup kita kayak gini ya dan akhirnya bikin kita jadi ngerasa down ya kan 

sampai suatu hari gua nemuin tweet yang menarik sih jadi ada yang bilang gini jadi remaja di daerah sosmed itu Pierre pressure-nya gede banget, lihatin Instagram pada pakai outfit, mahal lihat Twitter umur segini udah harus begini, lihat YouTube masih muda udah pada kaya raya, enggak cuma itu baru-baru ini saya juga nemuin sebuah tweet yang pada dasarnya adalah tweet yang heran gitu.

"Sekarang itu sahabatan itu dinilai dari posting instastory kita kan sahabatan kenapa sih lo nggak pernah publish persahabatan kita di medsos" nah rasanya sebuah peristiwa atau kejadian itu belum sah aja sih kalau misalnya kita belum post ke sosmed bahkan ada temen saya ya yang dia mau ngeposmed dia mikir dulu sejam 2 jam untuk mengubah caption padahal mungkin dikit yang baca juga dan ini belum ngomongin banyak sisi lain dari media sosial.

Sangat apresiasi karena disampaikan secara sopan intinya banyaklah dark of sosmed yang lewat sosmed orang kaya bebas gitu mau ngetik apaan aja tanpa peduli perasaan orang lain. Dan ini juga mungkin yang bikin beberapa dari kalian punya concern kalau mau ngepost sesuatu bakal dibully nggak ya bakal di body shaming nggak ya bakal di cancel nggak ya kita mau bikin project ini jadi enggak ya takutnya kita salah.

Nah, segala fenomena yang bikin kita bertanya-tanya ada apa sih dengan salah kenapa sih sosmed bisa toxic sekarang kok dulu enggak kenapa sih bisa ngaruh kehidupan kita apakah memang benar toksik dan harus dijauhin ya sebenarnya jawabannya enggak sih ya jawabannya sih enggak.

Menurut seorang neuro ekonomis interaksi yang kita bangun di sosmed itu bikin otak kita memproduksi hormon oksitoksin jadi ngaruh otak kita directly nah oktoksin ini sebenarnya bakal kita keluarin kalau kita lagi jatuh cinta lagi disayang atau lagi pelukan sama orang intinya ketika kita lagi berinteraksi sama orang lain. 

Berdasarkan penelitian yang dilakuin interaksi sama orang lain di Twitter itu ningkatin hormon oksitoksin sebanyak 13% dan itu gede dan peningkatan yang sama terjadi di otak kita ketika kita lagi nikah nah ketika kita ngelakuin hal-hal di sosmed

 entah bales chat teman, reply, comment di Twitter, nulis curhatan kalian, yang banyak banget gitu dari kemarin-kemarin atau bahkan lihat video lucu di tik tok otak kita itu menganggap kalau interaksi yang kita lakuin itu real gitu serupa dengan interaksi kita terhadap orang-orang yang kita peduliin di dunia nyata. 

Nah, ketika hormon ini meningkat kalian bakal ngerasain perasaan positif kayak misalnya empati, love, cinta dan interaksi yang dibangun juga bikin kadar stres kita menurun, nah sebagai makhluk sosial kita memang butuh yang namanya koneksi dari interaksi dan sesuai basic relationship juga jadi kebutuhan di level 1. 

Karena gini kalau kalian enggak punya temen, kalau keluarga lupa ya kalian enggak bakal bisa naik ke level. Sosmed itu lekat banget sama kehidupan kita, kita pengen terus main-in, kita memang pengin membuktikan diri kita di sana dan memang kita juga butuh bisa jadi di zaman sekarang kayak kalau kita enggak punya sosmed sama sekali gitu ya 

Yang bisa jadi kalian harus ada kerja bisa jadi kalian, harus ada ke temannya ngasih mungkin buat yang enggak setuju bisa komen nah mungkin ini juga yang bikin kita menganggap apa yang terjadi di dunia sosial sama dengan apa yang terjadi di dunia nyata ini sempat dibahas sama Eno bening.

Jawabannya bukan dari si oksitoksi tadi perasaan-perasaan tadi datang dari simply karena kita sering ngebanding-bandingin diri kita sama orang lain atau bahasa saintifiknya adalah social comparison. 

Nah sosmed ini jadi ruang yang sangat bagus buat kita ngelakuin perbandingan tadi karena orang-orang bebas posting apapun, jadi kalian punya akses buat melihat kehidupan orang lain, sehingga rasa cemas yang kita dapetin ketika kita ngebanding-bandingin itu bisa jelasin sama perkataan Alfred Adler dia bilang manusia itu pada dasarnya adalah makhluk yang selalu punya rasa inferiority to be human is to have inferiority feelings, 

nah rasa inferior atau rasa bahwa ya kita tuh lebih rendah daripada orang gitulah adalah rasa yang bikin kita bisa kena mental dan kena pressure ketika kita melihat pencapaian-pencapaian orang untuk menutupi rasa interior yang kita punya kita akhirnya berusaha buat apa buat ngikutin trend buat nampilin yang terbaik dan ya self presentation lah istilahnya gitu 

padahal kalau kita perhatiin hampir semua orang itu ngerasain hal ini termasuk orang yang kalian kagumin bahkan yang menjalin role model gitu di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun