Mohon tunggu...
Avi Tiara Oki Herawati
Avi Tiara Oki Herawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang Mencari Kesibukan

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030123

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosmed Itu Toxic tapi Candu

25 Mei 2022   22:57 Diperbarui: 25 Mei 2022   23:08 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, ketika hormon ini meningkat kalian bakal ngerasain perasaan positif kayak misalnya empati, love, cinta dan interaksi yang dibangun juga bikin kadar stres kita menurun, nah sebagai makhluk sosial kita memang butuh yang namanya koneksi dari interaksi dan sesuai basic relationship juga jadi kebutuhan di level 1. 

Karena gini kalau kalian enggak punya temen, kalau keluarga lupa ya kalian enggak bakal bisa naik ke level. Sosmed itu lekat banget sama kehidupan kita, kita pengen terus main-in, kita memang pengin membuktikan diri kita di sana dan memang kita juga butuh bisa jadi di zaman sekarang kayak kalau kita enggak punya sosmed sama sekali gitu ya 

Yang bisa jadi kalian harus ada kerja bisa jadi kalian, harus ada ke temannya ngasih mungkin buat yang enggak setuju bisa komen nah mungkin ini juga yang bikin kita menganggap apa yang terjadi di dunia sosial sama dengan apa yang terjadi di dunia nyata ini sempat dibahas sama Eno bening.

Jawabannya bukan dari si oksitoksi tadi perasaan-perasaan tadi datang dari simply karena kita sering ngebanding-bandingin diri kita sama orang lain atau bahasa saintifiknya adalah social comparison. 

Nah sosmed ini jadi ruang yang sangat bagus buat kita ngelakuin perbandingan tadi karena orang-orang bebas posting apapun, jadi kalian punya akses buat melihat kehidupan orang lain, sehingga rasa cemas yang kita dapetin ketika kita ngebanding-bandingin itu bisa jelasin sama perkataan Alfred Adler dia bilang manusia itu pada dasarnya adalah makhluk yang selalu punya rasa inferiority to be human is to have inferiority feelings, 

nah rasa inferior atau rasa bahwa ya kita tuh lebih rendah daripada orang gitulah adalah rasa yang bikin kita bisa kena mental dan kena pressure ketika kita melihat pencapaian-pencapaian orang untuk menutupi rasa interior yang kita punya kita akhirnya berusaha buat apa buat ngikutin trend buat nampilin yang terbaik dan ya self presentation lah istilahnya gitu 

padahal kalau kita perhatiin hampir semua orang itu ngerasain hal ini termasuk orang yang kalian kagumin bahkan yang menjalin role model gitu di media sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun