Mohon tunggu...
Dokter Avis
Dokter Avis Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Anak

Saya dr. Hafiidhaturrahmah namun biasa disapa Avis, dokter umum dari FK Univ Jenderal Soedirman, dokter anak dari Univ Gadjah Mada. Awardee Beasiswa LPDP-PPDS Angkatan 1. Saat ini bekerja di RS Harapan Ibu Purbalingga. Monggo main di blog saya www.dokteravis.net

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Gaya "Berlari di Udara" Remaja Bromo

24 April 2013   19:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:40 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_256778" align="aligncenter" width="300" caption="Menikmati langit biru Bromo"] [/caption]

Bromo, siapa yang tidak mengenal gunung super indah ini. Selama bertugas di Desa Tosari yang berlokasi tepat di kaki Gunung Bromo, hampir setiap bulannya pintu rumah dinas saya terbuka menerima kunjungan dari beragam macam kawan. Ada yang sebelumnya tidak pernah bertemu dan  hanya terkoneksi lantaran dunia maya bahkan kompasiana. Serunya, selalu ada persahabatan dan cerita baru muncul setelah menjamu tamu.

Walau sudah lama tinggal di Bromo, tetap saja saya sendiri harus mematuhi standar keamanan dengan menggunakan jip jika menuju ke kawasan Bromo. Namun terkadang saya beruntung jika diundang kegiatan keagamaan dan bersamaan dengan Pak Camat maka dapat menumpaki non jip. Karena aturan itulah harga jip yang ditawarkan pun juga sama, menggunakan standar. Jika hanya ingin melihat Penanjakan saja baik Penanjakan Satu atau Dua hingga kawah Bromo maka hanya perlu merogoh kantong Rp. 300.000 untuk satu jip (dapat diisi enam orang, jika lebih maka perorangnya mendapat finalti bayar 25 ribu perorang). Namun jika ingin menikmati keindahan padang Savana atau biasa disebut bukit teletubbis maka anda dapat merogoh kantong lebih dalam lagi, Rp. 450.000. Aturan tersebut ditetapkan karena terlalu penuh jumlah penumpang di dalam jip dapat membahayakan keselamatan.

Saya acap kali diketuk malam-malam hanya karena kecelakaan yang dapat dicegah. Menuju Bromo hanya dengan sepeda motor dan tanpa persiapan mengenali medan, atau hingga yang terparah sebuah jip terguling di tingkungan. Berutung sekawanan mahasiswa asal Bandung yang berada di jip tersebut semuanya selamat walau harus dirujuk ke rumah sakit besar lantaran patah tulang. Pernah juga saya diserbu puluhan pecinta motor cross karena ada satu kawan mereka yang terjatuh, terdiam cukup lama hingga mendapat bantuan di malam gelap dan patah tulang cukup parah. Bahkan jika tidak bermasalah dengan kendaraan dan menyebabkan patah tulang, saya sering mendapatkan pasien sesak napas (asma) kambuh lantaran dinginnya Bromo. Terkadang, saya jadi gemas sendiri dengan budaya masyarakat Indonesia yang menginginkan perjalanan murah meriah tanpa mempertimbangkan kondisi diri.

Lebih Kreatif di Bromo

Terlepas dari rawannya Bromo dilewati oleh orang yang belum mengenal medan hingga menyebabkan kecelakaan, Bromo ternyata dapat memunculkan kreativitas yang lama terpendam.  Buktinya adik-adik saya di komunitas Backpaker Indonesia ini dapat berpose unik dengan latar belakang padang savana. Berbagai gaya ini dapat anda contoh jika kembali mengunjungi Bromo dan jangan lupa kirim pesan supaya dapat saya jamu dengan kentang goreng khas Tengger.

Salam Tengger

Dr.Hafiidhaturrahmah

Pencerah Nusantara Tosari

[caption id="attachment_256780" align="aligncenter" width="300" caption="Bebaskan gayamu!"]

1366740209215370796
1366740209215370796
[/caption] [caption id="attachment_256782" align="aligncenter" width="300" caption="Gaya berjalan di udara"]
13667402891121098053
13667402891121098053
[/caption] [caption id="attachment_256786" align="aligncenter" width="300" caption="Anak muda yang tak pernah mati gaya"]
13667404831523554367
13667404831523554367
[/caption] [caption id="attachment_256787" align="aligncenter" width="300" caption="Kamehameha"]
1366741220957981765
1366741220957981765
[/caption] [caption id="attachment_256788" align="aligncenter" width="300" caption="Rasakan jurus tendanganku"]
13667412941419764047
13667412941419764047
[/caption] [caption id="attachment_256789" align="aligncenter" width="300" caption="Saatnya jumpalitan nih"]
1366741343662154294
1366741343662154294
[/caption] [caption id="attachment_256790" align="aligncenter" width="300" caption="Eh gaya jempalitan saya gagal"]
13667414401251800366
13667414401251800366
[/caption] [caption id="attachment_256791" align="aligncenter" width="300" caption="Nengok dulu duit receh saya jatuh ke kawah"]
1366741536749256938
1366741536749256938
[/caption] [caption id="attachment_256784" align="aligncenter" width="300" caption="Jurus tangan melayang"]
1366740375516121625
1366740375516121625
[/caption] [caption id="attachment_256776" align="aligncenter" width="300" caption="Gunung Batok saudara si Bromo"]
13667399991191989361
13667399991191989361
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun