Mohon tunggu...
Dokter Avis
Dokter Avis Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Anak

Saya dr. Hafiidhaturrahmah namun biasa disapa Avis, dokter umum dari FK Univ Jenderal Soedirman, dokter anak dari Univ Gadjah Mada. Awardee Beasiswa LPDP-PPDS Angkatan 1. Saat ini bekerja di RS Harapan Ibu Purbalingga. Monggo main di blog saya www.dokteravis.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Yuk Jelajahi Ranu Kumbolo bareng Bule Lima Negara

7 Februari 2014   06:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Bromo hingga Semeru Lama tidak menulis bukan berarti saya lupa bahwa saya masih punya rumah maya di sini. Sibuk dengan berbagai perkerjaan, yuk luangkan waktu sejenak untuk berwisata dan Bromo dapat menjadi salah satu alternatif menarik. Sudah sering ke Bromo dan ingin sesuatu yang berbeda? Nah...ulasan kali ini siapa tau bisa membuat anda sampai ke puncak Gunung Semeru. Eit...tenang saja...bagi anda yang tidak punya banyak waktu liburan, Ranu Kumbolo di lereng Semeru juga dapat menyegarkan mata loh. Lima Negara dalam Satu Perjalanan Berawal dari liburan serempak di Singapore, beberapa rekan kompasiana Felix yang bekerja disana dari berbagai profesi dan negara pun memutuskan tuk menjelajah Bromo hingga Semeru. Dan perjalanan menuju kesana pun kita mulai. Kali ini kita menggunakan guide Pak Keno, rekan dari kompasiana Felix dan juga Om Kusmanto. Persiapan pun dilakukan termasuk bekal air minum dan makanan. Karena beberapa ada yang sensitif mudah diare maka diputuskan menambah satu porter khusus membawa air botol kemasan. Kali ini higenitasnya dinaikkan walau tuk yang lokal tetap memakai air lokal yang dimasak sampai mendidih. Sementara keenam rekan saya  berasal dari lima negara yaitu Filipina, Jepang, Korea, German, dan Amerika (2 orang). Perjalanan terasa seru walau harus beberapa kali menyesuaikan irama jalan dengan langkah bule. Kebetulan mereka memang hobi naik gunung dan jalan-jalan.  Kalau mereka jalan karena memang ingin melihat Semeru maka berbeda dengan saya yang jalan karena memang ingin mengabadikan momen dan mengambil banyak foto terutama di Ranu Kumbolo. Bagi saya kembali ke Ranu Kumbolo dengan perlengkapan kamera tempur yang lebih adalah anugerah. Dua Rute Pendakian Setelah melewati Bromo dan masuk ke desa Ranu Pane kita mengambil jalur pendakian melalui Ayak-Ayak. Tuk pemula yang tidak didampingi porter, tidak terlalu saya sarankan tuk mengambil jalur ini di awal. Walaupun hanya seperti rangkaian garis lurus tapi ada beberapa belokan yang harus didampingi porter. Harga porter sendiri bervariasi antara 150 ribu untuk seharinya dan bisa lebih jika bawaan yang dibawa memang lebih. Jalur ini lebih menantang karena penuh dengan tanjakan dan turunan ekstrem. Terkadang, jalur ini dipakai jika ingin menghemat waktu tempuh yang hanya total tiga jam sudah sampai di Ranu Kumbolo. Namun terkadang terasa "tidak sampai-sampai" kala melewati jalur ini karena beratnya tanjakan. Ini yang pernah saya rasakan ketika pertama kalinya dulu melewati jalur Ayak-Ayak.  Berbeda jika melewati rute asli yang dibuat oleh TNBTS Ranu Kumbolo. Rute asli ini tergolong mudah dan biasanya memang dikombinasi dimana perginya melewatu rute Ayak-Ayak dan pulang melalui rute asli atau sebaliknya. Saya sarankan tuk mengkombinasi supaya bisa melihat keseluruhan jalan menuju Ranu Kumbolo dengan puas. Ranu Kumbolo Surganya Danau Ketika sampai di Ranu Kumbolo, kita harus mematuhi aturan yang ada antara lain dilarang berenang di danau karena beberapa kasus mati tenggelam banyak terjadi bagi yang melanggar dan nekad berenang.  Beberapa analisis muncul di kepala saya, boleh jadi karena kadar keasaman danau yang berbeda atau mungkin karena dasarnya tertutup sehingga tidak pernah diketahui kedalaman pastinya di danau. Namun yang unik dari Ranu Kumbolo adalah pohon yang tumbang dan seringkali dijadikan spot foto wajib di Ranu Kumbolo. Konon kata para porter, pohon itu sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, sejak para porter ini kecil dan kata kakek mereka pun sejak dulu pohon tumbang itu sudah ada. Artinya, betapa awetnya kayu dari pohon tersebut yang tidak hancur dimakan waktu padahal terendam air danau Ranu Kumbolo puluhan tahun lalu. Bagi saya, Ranu Kumbolo merupakan surganya danau. Perjalanan pulang pergi selama lebih kuang 8 jam (bisa kurang jika berjalan cepat dan tidak banyak berhenti mengambil foto) rasanya terbayar ketika melihat Ranu Kumbolo. Lebih mantap lagi ketika kita bisa bermalam dan keesokan paginya menangkap mentari muncul dari bukitnya. Luar biasa. Bagaimana kesan dari pada bule? Brian dari Amerika menuturkan jika dia ingin sekali membuat rumah di padang rumput raksasa "Oro-Oro Amba" dan kami tertawa membayangkan dia membutuhkan puluhan orang untuk mengangkut bahan bangunannya. "I really wanna back here someday" penutup Brian sembari kita melewati sekaligus menyampaikan perpisahan pada Ranu Kumbolo. Ranu Kumbolo tidak pernah membuat saya bosan. Dan untuk ukuran pejalan kaki yang tidak terlalu rajin, saya lebih suka menghabiskan waktu bercengkarama dan mengambil foto di Ranu Kumbolo daripada harus naik terus.Hehe... Salam Ranu Kumbolo dr.Hafiidhaturrahmah [caption id="attachment_294642" align="alignnone" width="800" caption="Pendakian dimulai"].[/caption] [caption id="attachment_294643" align="alignnone" width="530" caption="Semangat...terus berjalan "]

13817319341962334684
13817319341962334684
[/caption] [caption id="attachment_294645" align="alignnone" width="530" caption="Masih mendaki"]
13817322581290859642
13817322581290859642
[/caption] [caption id="attachment_294647" align="alignnone" width="800" caption="Giliran menanjak"]
13817324701870513724
13817324701870513724
[/caption] [caption id="attachment_294649" align="alignnone" width="800" caption="INdahnya Ranu sudah terlihat dari jauh"]
1381732643339524908
1381732643339524908
[/caption] [caption id="attachment_294650" align="alignnone" width="800" caption="Wow....gak pernah bosan"]
13817328221521755678
13817328221521755678
[/caption] [caption id="attachment_294653" align="alignnone" width="800" caption="Woow"]
13817329001906111437
13817329001906111437
[/caption] [caption id="attachment_294654" align="alignnone" width="800" caption="Dari atas"]
13817329482061082814
13817329482061082814
[/caption]
13817329791858750285
13817329791858750285
[caption id="attachment_294656" align="alignnone" width="800" caption="Ranu dilihat dari bukit savana"]
13817330101670199453
13817330101670199453
[/caption] [caption id="attachment_294657" align="alignnone" width="800" caption="Perlahan ranu mulai tampak"]
13817330421849439575
13817330421849439575
[/caption] [caption id="attachment_294658" align="alignnone" width="800" caption="Tampak dari atas"]
1381733082584913322
1381733082584913322
[/caption] [caption id="attachment_294659" align="alignnone" width="800" caption="DAn sampailah"]
13817331211049604311
13817331211049604311
[/caption] [caption id="attachment_294660" align="alignnone" width="800" caption="Beningnya ranu"]
13817331521896555100
13817331521896555100
[/caption] [caption id="attachment_294661" align="alignnone" width="530" caption="Berposeeee"]
1381733181414337301
1381733181414337301
[/caption] [caption id="attachment_294662" align="alignnone" width="530" caption="Bukit cinta...."]
13817332172014194330
13817332172014194330
[/caption] [caption id="attachment_294663" align="alignnone" width="530" caption="Mendaki bukit cinta dengan menoleh"]
13817332411775819952
13817332411775819952
[/caption] [caption id="attachment_294664" align="alignnone" width="800" caption="Selamat datang"]
1381733284249375655
1381733284249375655
[/caption] [caption id="attachment_294665" align="alignnone" width="800" caption="Prasasti "]
13817333171577262999
13817333171577262999
[/caption] [caption id="attachment_294666" align="alignnone" width="800" caption="Menenang yang sudah tiada"]
1381733355992025556
1381733355992025556
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun