Saya bilang sama debu yang menghembus mata saya
Saya berteriak pada lampu jalan yang berkedip lemas
Lalu pada rumput berwarna coklat di tengah taman kota
Saya bilang pada mereka bahwa saya tak butuh wangi senja
Saya marah pada benak yang senantiasa kembara,
Lalu pada otak yang muak, juga pada tungkai yang perih
Semua lantang saya marahi dengan kata pedas membara
Saya bilang, saya tak butuh bunga-bunga yang marak di sudut hati
Saya mencaci pasangan yang sedang mesra bertukar kata
Saya menuding ke arah purnama bulat benderang, pada alunan gitar penuh goda
Saya bilang pada mereka bahwa saya tak butuh janji seia atau paras merona
Saya tak ingat berapa lama waktu terbuang menyembur amarah
Saya ingat terduduk bersandar di sebatang dahan berwarna pias
Dengan lubang menganga di dada, saya cuma bisa berseru kesal, Keparat! mudah sekali kau hilang tercuri!
Lalu hati saya yang penuh muslihat dan teka-teki itu menyahut:
"Pulanglah dengan dada kosong menganga.. Sebab saya memang ingin pergi bersamanya.."
Jakarta, Maret 2011
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI