"Lantas apa peranku dalam cerita ini? Aku hanya saksi hidup."(pdf hal.133)
"Aku tersenyum lebar, lantas menekan pedal gas, meluncur menuju rumah panggung itu. Menjadi saksi urusan ini. Mungkin pula jika mereka mengijinkan, menuliskan kembali kisahkisah masa kecil mereka yang indah."(pdf hal.133)
Kutipan di atas menunjukkan sudut pandang penulis dalam menjelaskan tokoh utama tetapi dia pernah menjelaskan sedikit akan dirinya dalam cerita Bidadari-Bidadari Surga bagian akhir-akhir. Tere menjadi sosok serba tahu atas semua yang dilakukan tokoh di novelnya dan menceritakannnya dalam novel. Pemilihan sudut pandang orang ketiga ini juga membuat beliau lebih leluasa dalam menyampaikan perasaan masing-masing tokoh.
Novel Bidadari-Bidadari Surga ini banyak sekali memberikan pembelajaran kepada sang pembaca. Nilai moral seperti kedisiplinan, kerja keras, kesabaran, dan kemandirian, semua itu telah di contohkan oleh sang tokoh utama, Kak Laisa. Selain itu, dalam novel ini juga masih memperhatikan benar akan nilai budaya yang ada. Hal itu dibuktikan oleh tokoh Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta bahwa melangkahi seorang kakak itu sebenarnya tidak boleh. Namun, karena sang kakak sendiri yang memaksa dan telah ikhlas maka akhirnya mereka tidak melakukan nilai budaya yang ada. Kemudian, dalam novel ini sang penulis juga memberikan gambaran akan nilai agama. Tere Liye menggambarkan para tokohnya tidak pernah lupa akan kewajiban yang ada dalam agama mereka seperti, selalu melakukan sholat tepat waktu, mengaji,dan lainnya.
Tere Liye, penulis dari novel Bidadari-Bidadari Surga ini tumbuh dewasa di pedalaman Sumatra. Beliau memiliki kehidupan sederhana dengan orang tuanya yang bekerja sebagai seorang petani. Oleh karena itu, dalam penyajian novel ini, beliau tahu benar akan kehidupan di desa dan tahu benar akan sistem perkebunan dan pertanian. Tanpa kita sadari, tempat yang di pilih oleh penulis pun tidak jauh-jauh dari daerah asalnya contohnya seperti, Lembah Lahambay yang berada di Sumatera. Kesederhanaan yang ada pada diri penulis pun berpengaruh besar dalam penyampaian cerita novel ini. Beliau menggunakan kata-kata yang padat namun ringan sehingga seorang pembaca akan merasa terlibat langsung dalam cerita.
Demikian pembahasan saya tentang novel Bidadari-Bidadari Surga, semoga kita sebagai manusia selalu mengingat akan perjuangan orang-orang sekitar kita untuk kita. Tak lupa, semoga kita juga bisa memiliki hati seindah Bidadari Surga seperti halnya yang dicontohkan tokoh Laisa. Terimakasih. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H