Sebenarnya saya sudah berniat baik dengan menunggu sejenak para petugas agar bisa membayar pajak sebagai contoh warga negara yang baik, namun apa daya petugas belum ada jadi saya lanjut saja melanglang buana sambil terkekeh bahagia tanpa kehilangan sepeserpun dana di dompet saya.
Setelah itu terdapat satu lagi jalan siratal mustakim yang membentang lurus di area ini sepanjang sekitar 2 kilometer yang lebih dikenal sebagai Jalan Lintas Selatan.Â
Jalur ini sering dijadikan salah satu spot foto kekinian dengan berpose di tengah-tengah jalan. Selain itu banyak juga orang-orang yang melakukan aktivitas olahraga di jalur ini seperti berlari dan bersepeda.Â
Di kiri-kanan terdapat pemandangan berbagai kebun dan ladang, termasuk kebun bunga, namun sayang ketika saya berkunjung kali itu kebun dan ladang sedang pada masa permulaan tani dan pemupukan lahan sehingga aroma yang kurang sedap tercium dari pupuk-pupuk yang digunakan.Â
Mungkin lain kali ketika singgah lagi ke tempat ini, alangkah baiknya pada saat masa tani tidak sedang mulai melainkan pada saat kebun dan ladang telah merekah sempurna dalam pesona hijaunya yang memukau.
Pertama kali masuk kita akan disambut dengan ikon bangunan berbentuk spiral setengah lingkaran dan bertuliskan Pantai Goa Cemara dengan diapit oleh dua patung penyu.Â
Adanya dua patung penyu ini menggambarkan konservasi pelestarian penyu yang rutin dilakukan di tempat ini. Di belakang ikon bangunan Goa Cemara juga terdapat area parkir yang cukup luas. Jadi bagi yang ingin membawa kendaraan dengan roda lebih dari dua tidak usah khawatir.Â
Awalnya yang literally saya kira gua, ternyata bermetamorfosa jadi pantai penuh pohon cemara. Alhasil salah tafsir saya di awal itu membuat saya ber"owalah" ketika sudah tahu wujud asli dari nama tersebut.