Mohon tunggu...
Avid Nurmeida
Avid Nurmeida Mohon Tunggu... -

Spirit of LIfe to Future its beautiful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Paradoks Kota Dibalik Slogan Semarang Setara

17 Mei 2012   03:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:11 1985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan


Semarang ialah Ibukota dari provinsi Jawa Tengah. Yang  memiliki slogan luar biasa, yaitu “Semarang setara”.  Menurut Walikota Semarang Bapak Soemarmo, yang dimaksud setara adalah sudah saatnya sebanding, sama dengan kota-kota besar lainnya yang ada di Indonesia. (http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/07/26/118102/Semarang-Setara-Dicanangkan. Diunduh pada tanggal 25 November 2011 pukul 06.30 WIB).

Namun slogan tersebut hanya menjadi sebuah masalah paradoks kota, tanpa adanya realisasi yang konkrit dari pihak Pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan masih rendahnya sarana dan prasarana serta tingginya disparitas kesejahteraan sosial antar wilayah di Kota Semarang.

Salah satu wilayah yang mengalami hal demikian adalah Desa Pucung RT 02/X, Srondol Kulon, Banyumanik. Salah satu Kelurahan yang memiliki batas administrasi di Sebelah Utara yaitu Kelurahan Tinjomoyo, di Sebelah Timur ada Kelurahan Sumurboto dan Srondol Wetan, di Sebalah Selatan dengan Kelurahan Banyumanik dan di Sebelah Barat ada Kelurahan Sekaran dan Patemon. Dimana sampai saat ini kondisi sarana dan prasarana serta tingkat kesejahteraan sosial masyarakatnya masih sangat memperhatinkan. Oleh karena itu timbul beberapa pertanyaan kritis sebagai berikut :

1.Bagaimana implementasi slogan “semarang setara” khususnya di Kelurahan Srondol Kulon Semarang?.

2.Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya kesejahteraan sosial di Kelurahan Srondol Kulon Semarang?.

3.Rekomendasi apa yang tepat dalam mengoptimalkan slogan “semarang setara” dan revitalisasi kesejahteraan sosial khususnya di Kelurahan Srondol Kulon Semarang?.

PEMBAHASAN

A.Implementasi slogan “semarang setara” di Kelurahan Srondol Kulon Semarang

Slogan “semarang setara” telah menjadi jargon andalan Pemerintah Kota Semarang sampai dekade ini. Namun apakah implementasi slogan tersebut dijalankan dengan konsisten oleh Pemerintah? Apakah Kelurahan Srondol Kulon Semarang telah merasakan dampak dari slogan tersebut ? jawabannya adalah tidak.

Hal ini dikarenakan masih rendahnya tingkat sarana dan prasarana yang diterima oleh Kelurahan Srondol Kulon, terutama pada Dusun Pucung Tengah dan Pucung Kidul RT. 02 RW 10.

Salah satu bentuk rendahnya sarana dan prasarana di Dusun tersebut adalah buruknya akses jalan menuju dusun tersebut. Hal ini tidak sebanding dengan besarnya potensi alam yang dimiliki oleh Dusun tersebut.

Potensi alam ini adalah adanya sumber air yang telah dimanfaatkan oleh seluruh warga Kelurahan Srondol Kulon dan wilayah/kelurahan lainnya, terutama yang berada di sekitar Kelurahan Srondol Kulon.

Salah satu bentuk inkonsistensi implementasi slogan “semarang setara” lainnya di Kelurahan Srondol Kulon adalah buruknya pelayanan/pemasangan instalasi listrik terutama di Dusun Pucung Tengah dan Pucung Kidul RT. 02 RW. 10.

Sebenarnya Pemerintah Kelurahan Srondol Kulon Semarang telah mengupayakan hadirnya pelayanan/pemasangan listrik menyeluruh di wilayah mereka. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah pembuatan usulan tertulis dalam bentuk proposal.  Isi Proposal tersebut adalah menekankan masih rendahnya sarana dan prasarana yang diterima Kelurahan Srondol Kulon Semarang. Dimana salah satu wilayahnya yaitu Dusun Pucung Tengah dan Pucung Kidul RT.02 RW.10 belum optimal menerima pelayanan/pemasangan instalasi listrik. Padahal Dusun tersebut hanya berjarak 5 km dari pusat Pemerintahan Kecamatan, 15 km dari pusat Pemerintahan Kota Administratif, 20 km jarak dari ibukota Semarang, 15 km jarak dari Ibukota Provinsi Jateng, dan 450 km jarak dari Ibukota Negara.

Aktor-aktor yang secara langsung terlibat dalam pengajuan proposal tersebut sebagai berikut :

a.Sekretaris Lurah Srondol Kulon.

b.Ketua RW 10 Kelurahan Srondol Kulon.

c.Ketua RT. 02 dan Ketua RT. 04 Kelurahan Srondol Kulon.

Alur pengajuan proposal tersbut adalah melalui Sekretaris Lurah Srondol KulonIbu Komara Yuniarmi dibantu oleh Bapak Sukiman sebagai ketua RT 02, Bapak Sukimin ketua RT 04 dan Bapak Ngasiman sebagi ketua RW X, untuk mengkoordinasi 45 KK di RT 02 dan 50 KK  di RT 04. Proposal tersebut telah diserahkan ke Pemerintah Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah sejak tahun 2009, tetapi belum ada respon dari Pemerintah  dengan alasan proposal yang diajukan  Kelurahan Srondol Kulon belum bisa di proses karena penyusunan anggaran di awal tahun telah ditetapkan, sehingga proposal bisa di proses/dianggarkan pada tahun berikutnya dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Pemerintah..

Penundaan realisasi/respon proposal dari Pemerintah tahun 2009 telah menimbulkan kegeraman dari warga Kelurahan Srondol Kulon, dan pada pucaknya muncul gerakan warga untuk melakukan demontrasi ke PLN. Oleh sebab itu Sekretaris Desa Ibu Mara mengajukan proposal kembali pada tahun 2010, dan akhirnya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan jawaban akan proposal tersebut..

B.Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya kesejahteraan sosial di Kelurahan Srondol Kulon

Menurut Sekretaris Lurah Srondol Kulon Ibu Mara, rendahnya kesejahteraan sosial di Kelurahan Srondol Kulon disebabkan beberapa faktor berikut ini :

1.Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat.

2.Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.

3.Minimnya fasilitas kesehatan.

Warga Dusun Pucung RT 02/X, Srondol Kulon, Banyumanik, Semarang adalah kategori rendah dalam kesejahteraan sosialnya. Hal ini dapat dilihat rendahnya penghasilan rata-rata tiap warganya. Dapat dilihat dalam tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1

Tingkat Penghasilan Penduduk RT 02/X,

Srondol Kulon, Banyumanik Tahun 2011

No

Jenis Pekerjaan

Frekuensi

%

1

Wiraswasta

7

5,6

2

Tidak bekerja

37

29,4

3

PNS

7

5,6

4

Buruh

40

31,7

5

Swasta

32

25,4

6

Petani

3

2,4

Total

126

100

Sumber: Data Monografi Kelurahan Srondol Kulon Tahun 2011.

Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat diketahui frekuensi mata pencaharian Dusun Pucung RT. 02 RW. X Kelurahan Srondol Kulon terbanyak adalah buruh (31,7%), terendah adalah petani (2,4%). Dengan demikian untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang memadai, dinilai sulit bila hanya mengandalkan mata pencaharian utama sebagai buruh.

Rendahnya kesejahteraan sosial di Dusun Pucung RT. 02 RW. X Kelurahan Srondol Kulon, Banyumanik Semarang ini juga disebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang dicapai masyarakatnya. Dapat diketahui melalui tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2

Tingkat Pendidikan di Dusun Pucung Kelurahan Srondol Kulon Tahun 2011

No

Pendidikan

Frekuensi

%

1

Belum Sekolah

20

11,4

2

Tidak sekolah

22

12,5

3

TK

4

2,3

4

SD

57

32,4

5

SMP

41

23,3

6

SMA

30

17,0

7

Perguruan tinggi

2

1,1

Total

176

100

Sumber: Data Monografi Kelurahan Srondol Kulon Tahun 2011.

Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat diketahui sebagian besar warga telah menempuh pendidikan dasar (SD), yaitu 57 oarang (32,4%) sedangkan warga yang berpendidikan tinggi sampai ke perguruan tinggi hanya 2 orang saja.

Yang menyebabkan rendahnya kesejahteraan sosial Kelurahan Srondol Kulon berikutnya adalah minimnya fasilitas kesehatan yang tersedia. Dapat diketahui melalui tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3

Fasilitas kesehatan di Kelurahan Srondol Kulon dalam tampilan keadaan bulan Juni Tahun 2011

No.

Jenis Pelayanan

Jumlah

1

Pos/ Klinik KB

Klinik KB

1 buah

Askeptor

0

2

Pos Yandu

11 buah

3

Puskesmas

1 buah

4

Jumlah dokter praktek

3 orang

5

RSU Pemerintah

0

6

RSU Swasta

0

7

Rumah Sakit Khusus

0

asilitasbulan Juni Tahun 2011, ah ini :dia. dapat cung RT. 02 RW. ang ini juga disebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang duhSumber: Kelurahan Srondol Kulon Banyumanik Semarang Tahun 2011.

Berdasarkan tabel 3 diatas, dapat diketahui terdapat 11 buah posyandu, 1 buah klinik KB, 1 buah Puskesmas, 3 orang dokter praktek. Namun menurut Sekretaris Lurah Srondol Kulon Ibu Mara jumlah tenaga dan fasilitas kesehatan tersebut belum menjangkau keseluruhan warganya.

C.Rekomendasi optimalisasi implementasi slogan “semarang setara” dan revitalisasi kesejahteraan sosial di Kelurahan Srondol Kulon, Banyumanik, Semarang

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam optimalisasi slogan “semarang setara” berikut ini :

1.Adanya road map yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Semarang dalam melakukan optimalisasi slogan “semarang setara”.

2.Adanya akselerasi yang dilakukan dalam segala bidang (ekonomi, sosial, budaya) guna mendukung kemajuan Kota Semarang dalam upaya pelaksanaan slogan “semarang setara” ini.

3.Konsistensi dari pihak Pemerintah akan sangat diharapkan dalam memberikan dampak yang signifikan terhadap pelaksanan slogan ini.

Sedangkan cara yang dapat ditempuh dalam revitalisasi kesejahteraan sosial di Kelurahan Srondol Kulon, Banyumanik, Semarang dapat dilakukan melalui 3 pendekatan. Pertama adalah filantrofi sosial yang mengandalkan pada sumbangan-sumbangan sosial, usaha-usaha sukarela dan organisasi-organisasi non-profit untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan, mengatasi masalah-masalah, dan menciptakan kesempatan-kesempatan bagi manusia. Kedua adalah pekerjaan sosial yang mengandalkan pekerja profesional untuk membantu mewujudkan tujuan-tujuan kesejahteraan melalui kerjasama dengan individu, kelompok, dan komunitas. Ketiga adalah administrasi sosial atau kebijakan sosial yang mengandalkan intervensi pemerintah melalui ragam pelayanan-pelayanan sosial berdasarkan undang-undang. Pendekatan yang keempat, belum begitu luas diadopsi, adalah pembangunan sosial. Perbedaan kunci antara pendekatan pembangunan sosial dengan pendekatan ketiga sebelumnya adalah usahanya untuk memadukan kebijakan-kebijakan dan program-program sosial secara langsung dengan suatu proses pembangunan ekonomi yang komprehensif (Midgley: 1995: 16).

Manurut Wahab (dalam Soetrisno R., 2001: 48) upaya penyejahteraan sosial untuk menjadi setara dengan kota-kota lain, dapat dicapai dengan strategi-strategi, sebagai berikut ini:

1.Strategi pertumbuhan (The Growth Strategy), berujuan untuk mencapai peningkatan yang cepat dalam nilai ekonomis.

2.Strategi kesejahteraan (The Welfare Strategy), bertujuan untuk memperbaiki taraf hidup atau kesejahteraan penduduk melalui program sosial berskala besar. Program dengan skala besar ini jarang sekali dirancang dari sudut kepentingan penduduk yang dilayani dan terlalu sedikit peluang yang tersedia bagi masyarakat setempat untuk ikut berpartisispasi dalam merancang isi dari progaram-program yang ada. Asumsi yang mendasari ini adalah bahwa orang miskin itu bodoh atau tidak mampu menentukan apa yang sesungguhnya mereka butuhkan.

3.Strategi yang tanggap kebutuhan (The responsive Strategy). Strategi ini bertujuan untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan yang telah dirumuskan sendiri oleh penduduk desa. Selain itu juga dimaksudkan untuk membantu memperlancar usaha-usaha mandiri yang dilakukan oleh penduduk pedesaan melalui pengadaan teknologgi serta sumber-sumber yang cocok untuk kebutuhan mereka, terutama yang tersedia di desa yang bersangkutan. Strategi ini sekalipun tujuannya baik, sukar sekali diterapkan oleh pemerintah negara sedang berkembang, mengingat betapa sulitnya untuk merespon kebutuhan masyarakat desa dalam skala nasional, yang tidak jarang melibatkan ribuan bahkan jutaan kelompok masyarakat.



Penutup

Tidak mudah  mengatasi masalah kesejahteraan sosial di masyarakat. Membutuhkan waktu yang lama untuk dapat merealisasikan  harapan banyak orang, khususnya rakyat yang masih rendah dalam penghasilan dan pendidikan. Karena rakyat kecil tidak mampu secara langsung menyalurkan aspirasi  kepada Pemerintah baik di Kabupaten/Kota,Provinsi bahkan Pemerintah Pusat. Melalui slogan “semarang setara” Pemerintah Kota Semarang memiliki tujuan untuk menyetarakan kotanya dengan kota besar lainnya di Indonesia. Namun secara riil implementasi slogan tersebut masih jauh dari harapan, oleh karena itu perlu dilakukan akselerasi, inovasi, revitalisasi dalam pelaksanaan program ini sehingga tujuan semula dari slogan “semarang setara” dapat tercapai dengan semestinya.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari buku :

Bank, World, Listrik Untuk Semua: alternatif Peningkatan Akses Di Indonesia, Jakarta, World Bank east-Asia and Pacific Region Energy & Mining unit dan Indonesia Country Program, 2005

Soetrisno, Pemberdayaan Masyarakat dan Upaya Pembebasan, Yogyakarta, Badan Kerja Sama Fakultas Filsafat, UGM, 2001

Sumber lain :

www.rendev.org/docs/.../RENDEV-D15-Indonesia-Bappenas.pdf. Diunduh pada tanggal 25 November 2011 pukul 06.00 WIB.

rocana.kemenperin.go.id/. Diunduh pada tanggal 25 November 2011 pukul 06.00 WIB.

http://semarangkota.go.id/cms/RPJMD%202011/BAB%205.pdf. Diunduh pada tanggal 25 November 2011 pukul 06.30 WIB.

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/07/26/118102/Semarang-Setara-Dicanangkan. Diunduh pada tanggal 25 November 2011 pukul 06.30 WIB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun