Sosok yang dulunya sering duduk, meneduh di tepi jiwa
Sekarang, bayangannya saja trauma untuk menoleh
Lalu, hiduplah semua ilusiÂ
Bersemayam di pengganti yang baru
Standar tinggi tapi mengapa?
Mengapa rasanya memori mereka ulang air mata?
Wahai pembaca yang hatinya murni
Harusnya di dunia ini main-main saja
Seriusnya dengan tuhan
Hatinya terisi kasih sayang
Sebentar lagi, waktu termakanÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!