Mohon tunggu...
Aviska
Aviska Mohon Tunggu... Editor - UIN Jakarta

Mencintai filsafat Love sains, sastra, and education khususnya pada anak inklusi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

6 Rayuan Saya Untuk Rocky Gerung Presiden Akal Sehat

1 Mei 2023   16:28 Diperbarui: 9 Juni 2024   22:52 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tangkapan Layar/Instagram @reckygerung.ofc

Surat cinta untuk Rocky Gerung presiden akal sehat yang sering membuat orang menggeleng-gelengkan kepala, mari kita simak kritik manis dan pujiannya. 

Surat cinta untuk Rocky Gerung presiden akal sehat membuat banyak orang flashback dengan suasana Yunani Kuno

Surat cinta untuk Rocky Gerung presiden akal sehat setidaknya bisa mengubah mata seseorang tentang sisi tersembunyi tokoh ini.

Filsuf Era Kini

Rocky Gerung selalu mengedepankan aspek kebebasan pers,ia cukup profesional karena secara vokal  menyuarakan responnya terhadap chaos posmodern. 

Kacamatanya memandang kebaikan (Agathon) yang ia anut memang sama seperti ciri dari watak Yunani yaitu melihat faedah. Keuntungan apa yang Rocky Gerung peroleh? Komitmen terjadi karena segala  tindakannya tentu ada nilai yang dicari. 

Komentar Terhadap Agama

 Justifikasi bahwa sosok ini mengesampingkan keyakinan,  jika keliru apakah  batinnya sama sekali tidak menginginkan ketuhanan?

Pemikirannya antimaenstrim,  jika kita sering miss komunikasi itu wajar sebab sosok ini gemarnya filsafat tidak dalam porsi tokoh agama. 

Saya hanya dapat berkomentar, bung ini berani.. 

Mimik Wajah Saat Berdiskusi

Ketenangan yang terpancar cukup jelas bahwa bukan karena legowo tapi akalnya sedang bekerja. Saking banyak buku yang dibaca, jadi sulit untuk tersinggung, karena memang sedang banyak berpikir. 

Ketika statement yang dilontarkan itu menggugah orang maka ia harus berfana, sedikit saja agresi, tidak profesional sebagai seorang sophies.

Gaya Bahasa

Hermeneutika dan Semiotika, ini mungkin tidak asing lagi yah

Filsafat tidak dapat dipisahkan dari kesusastraan yang ada khususnya pada induknya yaitu Yunani.

Rorty, tokohnya mengatakan kita ini telah lama meninggalkan filsafat yang epistemik..

Hermeneutika ala Rorty itu bukan lagi pada kita bisa menafsirkan tulisan, tapi sekarang ini khusus kepada orang lain paham konteks pembicaraan. 

Kritiknya, kata-kata yang terlalu dalam dan level tinggi itu menjadi pemicu disintegrasi personal bung.

Jadi kalau bung mau menyampaikan konteks yang ngena, sesekali bungkuslah dengan redaksi yang simple,  jujur saya ingin berkali-kali gagal mendalami. 

Sesekali Boleh Kok Sependapat

Terlalu ambisius atau obses terhadap suatu opini, membuat celah kesalahan sangat tampak

Heidegger juga katakan, semakin membahas hal-hal maka akan banyak kekeliruan yang terjadi...

Berpikir majemuk menurut mbah Sujiwo Tejo penting, jadi tidak apa-apa kita sependapat pada contoh kasus harusnya pengeroyokan suatu tokoh itu dibilang salah karena merupakan tindak kekerasan. 

Berlawanan di suatu hal bukan berarti semuanya dapat dianggap zonk, ada beberapa yang memang kita katakan iya, iya bukan karena kalah tapi iya juga bisa menambah kebijaksanaan.

Kekakuan Menjadi Fundamental

Bung Rocky sering menyampaikan sesuatu berulang, tapi gunakanlah fenomen yang lebih kaya, historisisme dengan nilai beragam.

Banyak yang berkomentar, "Mana solusinya?" Menurut saya sendiri, kami kehausan akan membandingkan sistem.

Bukan hanya soal histori atau biografi orang lain tetapi seperti peradaban yang sudah-sudah..

Bukan hanya momentum juga ya yang relasinya minim dari topik.

Seperti contoh saya katakan, manusia hancur karena konflik dan norma-norma yang hanya melulu tentang aturan

nah tentu harus ada image dan bukti sejarah yang menguatkan pendapat ini, bisa mengadaptasi dari Yunani yang gulung tikar.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun