Aku sih bersyukur banget ya, ga kebayang kalau waktu itu Tuhan kabulin doaku dan aku masih sama si AN sampai sekarang. Mungkin kehidupanku ga akan sebahagia hari ini. Dan hal-hal begini, hanya bisa di pahamin backwards. Artinya, km akan betul-betul paham makna sebenarnya itu nanti, belakangan. Jawabannya ga akan dikasih di depan. But, you'll thank later.
A : Iya juga sih.. lo ada benernya. Kadang hal yang begini-begini ga ada panduan bakunya, semua di balikin ke isi kepala lo sendiri. Macam Don Quixote in the desert of material world.
Gw ngerasa ya. Sebagai muslim, mungkin kita semua itu kehilangan pegangan banget sejak baginda Nabi Muhammad Saw meninggal. menurut gw sekarang, ngga ada lagi pedoman fisik buat kita yang sifatnya bisa kasih validasi firm dan bersifat dua arah. Kalau kitab fisik, ya ada Al-qur'an.
Tapi secara fisik di dunia, sang baginda Nabi Muhammad Saw udah ngga ada. Dia adalah satu-satunya makhluk yang terpilih untuk jadi penengah antara Tuhan dan Kita, luar biasa banget ga sih, sosok yang menjadi penghubung antara ciptaan dan sang pencipta.Â
Nabi muhammad gain respect dari Tuhan sih.. IÂ mean, dianggap kekasih, itu levelnya intimate banget untuk sebagai ciptaan ya. Kaya lo nyiptain satu ciptaan dan saking sempurnanya ciptaan itu, lo sampai jatuh cinta. Tapi disisi lain Nabi Muhammad juga memahami diri sebagai ciptaan, jadi tetap dia tau porsinya mengabdikan dirinya kepada Tuhan.
Sebagaimana nya Nabi Muhammad adalah sosok yang paling sempurna, tetap dia merasa merupakan bagian dari suatu ras, suatu kaum, tentu dia juga memikirkan nasib kaumnya di hadapan sang Chaos. Gw bisa relate, dengan keterbatasan pemahaman gw, mungkin makanya waktu Nabi meninggal, yang dia sampaikan itu cuma "umati, umati, umati', umatku umatku umatku. Mungkin karena Baginda Nabi Muhammad tau persis bahwa, saat dia meninggal ga ada lagi yang akan jadi penghubung fisik antara manusia dengan sang pencipta. Semua diserahkan kepada alam tafsir dan keterbatasan pemahaman manusia. kita cuma bisa baca pedoman kitab dengan beragam tafsiran manusia yang terbatas. ga ada lagi validasi fisiknya. Maksudnya kalau jaman Nabi Muhammad masih hidup, ada problematika atau kebingungan apa, bisa ditanyakan langsung kepada Nabi, dan kita akan langsung dapat jawaban yang paling firmed, benar dan tanpa ada keraguan lagi di dalamnya. Mungkin less easier. Meskipun dalam kondisi berperang misalnya, tapi minimal kita punya arti. Berjuang untuk sesuatu yang kita yakini benar adanya.
Itu sih kayanya yang bikin Nabi worried banget... Saat dia pergi, umatnya akan kehilangan pegangan. Tanggung jawabnya sebegitu besar ada di pundaknya. Gw ngga kenal secara langsung sih.., tapi gw tau pasti, Nabi Muhammad itu orang baik.. Baik banget. Semua dikasih buat umatnya.
On bigger perspektif menyadari dirinya adalah jembatan penghubung antara manusia sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai pencipta. Damn.. sulit banget pasti buat dia bahkan untuk sekedar punya me time. Btw, gw mau loh mimpi ketemu nabi Muhammad. Katanya, kalau lo mimpi ketemu dia, itu pasti emang dia. Karena ga ada satupun makhluk baik itu Setan, Djin dan lain sebagainya yang bisa menyerupai wajahnya meskipun dalam alam mimpi.
V : Iman itu kan berpegang pada sesuatu yang ngga bisa dipegang ngga menjamin kepastian, dan ngga memberi kejelasan. Kalau misalnya kamu disuruh lompat ke lubang, kamu berani lompat karena kamu tau dibawahnya ada trampolin atau safety net sih, itu namanya rasional, akal sehat. Kalau kamu tetap berani lompat meskipun kamu ngga tau didasar lubang itu ada apa. That’s Faith. Kalo menurut aku loh ya.
This is it, the ultimate test on human’s faith. Di kondisi hyperrealitas gini, dimana sumber pengetahuan ngga lagi tunggal, realitas juga ga lagi homolog. Bahwa berbagai unsur realitas, memiliki logikanya sendiri.. Semua bisa klaim diri yang paling bener, ga ada kebenaran absolut yang ada cuma tafsir yang disesuaikan dengan kebutuhan sang penafsir. Kita ga punya guru sejati. Pemuka agama, terkenal dikit, kalau ngga bisnis berbasis umat (ya jualan madu doa lah, aplikasi bayar syariah lah), nikah lagi, atau kalo engga jadi youtuber ya terjun ke politik. Kita kecebur dalam gelap dimana realitas buatan bisa terasa lebih nyata dari realitas yang sebenarnya. Somehow, aku percaya, ini akhir jaman sih beib.. Dan aku percaya, Tuhan pingin kita punya keimanan yang lebih baik lagi sih. Dan menurut aku, kamu harus buka diri kamu untuk diarahkan.Â
•