Antibodi monoklonal merupakan protein buatan laboratorium yang meniru sistem kekebalan tubuh dirancang untuk mengenali komponen spesifik virus ini—  spike protein atau biasa disebut protein lonjakan di kulit terluar yang berbentuk seperti mahkota dan memiliki peranan penting dalam bagaimana virus ini akan menginfeksi inangnya.Â
Dengan menargetkan spike protein, antibodi spesifik ini akan mengganggu kinerja virus untuk menempel dan masuk ke sel manusia sehingga memberi sistem kekebalan sampai dapat meningkatkan responsnya sendiri. Dengan kemampuannya tersebut, antibodi monoklonal ini semakin dikenal dengan efek terapeutik yang telah terbukti sebagai obat penyakit menular untuk sejumlah virus.
Antibodi monoklonal memiliki potensi yang besar dalam pengobatan COVID-19 karena kemiripan antara SARS-CoV-2 dan SARS-CoV. Pada SARS-CoV, antibodi monoklonal mampu memblokir aktivitas pada protein lonjakan, tepatnya di mana Receptor Binding Domain (RBD) berada sebagai tempat masuk virus sehingga berkemungkinan untuk netralisasi. (Jahanshahlu and Rezaei 2020)
Dengan prinsip yang sama, antibodi monoklonal pada pengobatan COVID-19 menargetkan protein lonjakan pada permukaan virus yang memediasi masuknya ke dalam sel inang. Pengikatan antibodi monoklonal pada bagian ini sangat fleksibel karena dapat meniru, memblokir, atau menyebabkan perubahan sehingga memberikan intervensi terapeutik yang efektif dengan pengobatan yang sangat spesifik. (Jahanshahlu and Rezaei 2020)
Penelitian pun dilakukan untuk membuktikan efektivitas antibodi monoklonal terhadap pengobatan COVID-19 menggunakan antibodi chimeric 47D11 H2L2 yang sepenuhnya merupakan imunoglobulin manusia.Â
Antibodi monoklonal jenis ini mampu mengikat protein dari SARS-CoV dan SARS-CoV-2 sehingga memiliki potensi dalam menghambat infeksi virus. Data juga menunjukan bahwa antibodi monoklonal tersebut mampu menetralkan SARS-CoV dan SARS-CoV-2 dengan mekanisme yang belum jelas diketahui. (Wang et al. 2020)Â
Dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut adalah laporan pertama tentang studi antibodi monoklonal manusia yang mampu menetralkan SARS-CoV-2.Â
Antibodi monoklonal jenis 47D11 ini mampu mengikat epitop pada protein lonjakan, tepatnya Receptor Binding Domain (RBD) yang memungkinkan virus untuk mengikat reseptor yang berbeda pada sel dari host yang berbeda sehingga menjelaskan kemampuannya untuk menetralkan SARS-CoV dan SARS-CoV-2 menggunakan mekanisme yang independen dari penghambatan pengikatan reseptor.Â
Antibodi ini membantu mengembangkan deteksi antigen dan uji serologis yang menargetkan SARS-CoV-2. Antibodi penetralisir ini dapat mengubah tingkat infeksi inang yang terjangkit dengan membantu membersihkan area yang terkontaminasi virus atau dengan melindungi inang yang terpapar virus namun tidak terinfeksi. (Wang et al. 2020)Â