Mohon tunggu...
avant safara
avant safara Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Suka membuat orang tertawa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kualitas Keguruan di Indonesia Tanggung Jawab Siapa?

25 Desember 2023   21:36 Diperbarui: 25 Desember 2023   22:20 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu parameter suatu negara dapat dikatakan maju atau masih berkembang, karena dengan pendidikanlah negara tersebut dapat membangun sumber daya manusia yang baik yang nantinya akan mengelola negara itu sendiri, secara etimologi (bahasa) kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu ducare, berarti "menuntun, mengarahkan, atau memimpin" dan awalan e, berarti "keluar". 

Secara definisi pendidikan menurut wikipedia sendiri adalah usaha dasar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, ilmu hidup, pengetehauan umum serta keterampilan yang diperlukan dirinya untuk masyarakat berlandaskan undang-undang, dari definisi tersebut kita bisa simpulkan bahwasanya pendidikan merupakan hal yang penting dan sangat krusial di dalam suatu individu dan juga bagi suatu negara, 

ada beberapa contoh suatu negara dapat dikatakan maju atau tidak nya dalam suatu pendidikan, salah satunya misal jika di negara X tersebut masih banyak orang yang membuang sampah sembarangan, hal itu merupakan bukan murni kesalahan dalam diri orang tersebut, bisa jadi karena gagalnya sistem pendidikan di negara X yang belum berhasil memberikan edukasi moral terhadap orang tersebut. Maka tidak heran jika negara-negara eropa lebih takut muridnya tidak bisa antre daripada tidak bisa matematika, namun sayang sekali pendidikan di negara indonesia masih buruk, banyak faktor yang bisa di sebutkan, namun faktor yang paling penting adalah karena sistem, karena sistem pendidikan di negara indonesia itu buruk maka berimbas pada guru-guru yang mempunyai sistem yang buruk. Mari kita bahas seberapa tinggi kualitas guru-guru indonesia yang menjalakan sistem yang dibuat oleh negara indonesia

Hal atau langkah pertama yang harus kita lakukan untuk memperbaiki diri adalah dengan sadar bahwa kita memang melakukan kesalahan, dari situlah segala jenis perbaikan bermula. Oleh karena itu kita harus mengakui juga bahwa faktanya kualitas guru-guru di indonesia memiliki kualitas yang tidak baik, banyak hal yang bisa diambil kesimpulan mengapa guru-guru di indonesia tidak memiliki kualitas yang baik. 

Pertama PISA (Progam for International Student Assessment) sering menyebut bahwa indonesia adalah negara dengan sistem negara terburuk di dunia, dan PISA selalu mengeluarkan laporan setiap 3 tahun sekali dan semuanya secara berkala indonesia tetap masuk di 10 besar (paling bawah), dari data yang PISA itu saja kita sudah bisa lihat bahwa indonesia memiliki sistem pendidikan yang kurang baik. 

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Itu bermula karena kualitas guru-guru di indonesia adalah kualitas guru yang paling rendah. "Hasil studi saya dan kolega menemukan bahwa hanya 12% guru sekolah dasar yang merasa menguasai materi pengajaran literasi membaca dan 21% yang menganggap dirinya menguasai materi pengajaran matematika" (Shintia Revina), selain itu uji kompetensi yang dilakukan oleh pemerintah menunjukan hasil yang mengarah pada kesimpulan yang sama yaitu bahwa uji kompetensi nilai guru-guru tidak lulus standart, atau tidak lewat dari batas skor yang ditentukan atau kalau di sekolah biasa disebut dengan kkm. Dengan banyaknya fakta yang seperti itu sudah sepantasnya kita mengakui guru di indonesia itu memiliki kualitas yang tidak baik. Lalu setelah kita tau tersebut makal muncul pertanyaan yaitu "solusinya apa?", karena solusinya apa maka hal kedua yang kita harus pahami ketika kita salah adalah kita menganalisis apa yang menyebabkan kita menjadi seperti itu. 

 Maka disini akan kita dibahas mengapa guru-guru di indonesia memiliki kualitas yang tidak baik. Yang pertama mulai dari hal yang mendasar atau fundamental, yaitu mentalitas. Mentalitas guru-guru di indonesia saya pikir itu kurang begitu baik, kenapa? Karena secara historis kita memiliki masalah besar atau kesenjangan besar disitu. 

Pada dasarnya rakyat indonesia menganggap guru itu adalah sesuatu yang sakral, suci, tinggi, bahkan pada masa hindu budha dan islam, guru itu statusnya lebih tinggi daripada raja (diatas raja-raja, bangawan-bangsawan), seperti contohnya pada masa raja kertajaya ada konflik antar pendeta (guru) dengan raja, pada saat itu rakyat langsung memihak pada siapapun yang memusuhi kertajaya, karena kertajaya disitu menganggap bahwa dirinya lebih suci lebih agung dari brahmana, guru-guru, dan pemuka agama. Ia meminta semua sujud padanya sebagai penghambaan, para guru menolak lalu terjadilah keributan. 

Prajurit dan rakyat kediri kini tak lagi taat patuh pada raja yang mengalihkan keberpihakanya pada tumapel. Lalu pada zaman islam status guru tidak berubah sama sekali, karena pada zaman islam ilmu itu ditinggikan, raja-raja memiliki guru, oleh karena itu kedudukan guru lebih tinggi daripada raja. 

Pada masa itu orang-orang berpikir dengan silogisme sederhana bahwa 1) guru adalah sumber ilmu pengetahuan. 2) ilmu pengetahuan adalah sumber kehidupan 3) karena itu guru menjadi sumber kehidupan. Maka dari itu wajar kalau guru itu sakral, tetapi disisi lain guru itu tidak menikmatti kehidupan dunia yang memadai layaknya raja, walaupun status guru secara spiritual lebih tinggi daripada raja, tetapi kekayaan mereka masih dibawah raja-raja tersebut, kejadian tersebut berlaku dari zaman hindu budha sampai dengan islam. Maka dari situlah muncul istilah "GURU PAHLAWAN TANPA TANDA JASA". Lalu saat ini (zaman modern) status guru berubah menjadi profesi, karena beralih menjadi profesi akhirnya memiliki kompetensi tertentu, gaji tertentu. 

Namun guru-guru di indonesia masih berada di dua ambang zaman, tidak bisa lompat keseluruhan di zaman sekarang, mereka ingin dihormati secara spiritual dan mereka ingin mendapatkan gaji secara profesional juga iya. Contohnya di beberapa sekolah saat siswa mau pulang ke rumah, semua siswa berbaris dan bernyanyi untuk guru, memuja muja guru dan lain sebagainya. Padahal guru yang dimaksud bukan guru (profesi) tersebut karena mereka sudah dibayar (kalau guru berstatus sakral maka mereka tidak dibayar karena berada dalam status yang tinggi). 

Jika guru sebagai (profesi) maka mereka baru boleh dibayar dengan layak kalau memenuhi standar kompetensinya. Namun yang terjadi di indonesia adalah guru ingin dihormati secara sakral disatu sisi mereka menuntut menaikan gaji setiap tahun. Masalahnya adalah jika disatu sisi guru merasa dirinya profesi tetapi disisi lain menganggap bahwa dirinya itu harus disanjung karena mereka memiliki citra sakral, maka yang terjadi banyak guru-guru dari golongan tua yang tetap mengotot walaupun salah biasanya beliau mengajar secara otoriter. "skor siswa di indonesia adalah yang terbawah di antara semua negara berkembang dan hal penentu yang menghasilkanya adalah kualitas guru yang memang buruk" (Fedina S.Sundaryani). 

 Lalu yang ke dua apa yang membuat guru di indonesia kurang nampak profesional atau kurang baik kualitasnya, itu karena sistem recuitmen di negara indonesia yang salah, di mulai dari universitas atau perguruan tinggi, singkatnya yang mau menjadi guru atau memilih jurusan keguruan itu kebanyakan pilihan kedua bukan pertama. Itu menjadi masalah karena pertama sejatinya dia berminat menjadi guru, kemudian sejatinya adalah berarti dia tidak sampai secara intelektual untuk kejenjang yang dia inginkan sehingga dia masuk menjadi guru. "sistem di indonesialah yang membuat kita sulit menemukan guru yang memang passion di bidangnya, yang minat dan menyukai guru. Ini adalah salah satu yang membuat kompetensi guru di indonesia menjadi rendah" (Shintia Revina). 

Selain hal tersebut ada yang masuk ke jurusan keguruan namun bukan karena kehendaknya melainkan dari pihak orang tuanya yang menginginkan anaknya masuk di keguruan. "satu dari empat halyang membuat kompetensi guru rendah adalah rekrutmen guru yang tidak efektif. Karena masih banyak calon guru yang direkrut tidak melalui mekanisme yang professional, tidak mengikuti sistem rekrutmen yang dipersyaratkan" (Syarif Yunus). Dari permasalahan recuitmen tersebut bisa kita bayangkan bagaimana nanti jika individu tersebut benar benar menjadi guru. 

Lalu dari itu muncul pertanyaan baru, mengapa profesi guru peminatnya sedikit? Alasanya sangat sederhana yaitu karena gaji guru kecil, coba teman-teman cari di internet, "profesi dengan gaji tertinggi di indonesia" 10,20 bahkan 30 besar tidak ada kalimat guru didalamnya. Jadi dapat disimpulkan gaji guru itu kecil, beliau bertanggung jawab menata masa depan bangsa tetapi gajinya salah satu yang paling kecil. 

Dari sini seperti yang dibicarakan diawal bahwa tidak semuanya salah guru, namun guru juga termasuk korban dari sistem. Karena sistem tersebut kompetensi guru jadi tidak baik, kompetensi adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan suatu pekerjaan tersebut, biasannya dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, misalkan profesi masinis, kompetensinya apa? 

Ya menjalankan kereta sebagaimana kendaraan tersebut berjalan dan kompetensi tersebut benar benar khas, bahkan orang lain yang bukan masinis tidak boleh menjalankanya, dan sama halnya seperti menjadi dokter, pilot dan lain sebagainya. Bedahalnya jika menjadi guru, siapapun bisa menjadi guru, misal ada pernyataan dokter bisa menjadi guru namun guru tidak akan bisa menjadi dokter, karena kompetensinya rendah (semuanya bisa dan berhak menjadi guru) maka gajinya juga menjadi rendah, kalau pilot, dokter, masinis seperti itu terbatas karena kompetensinya tinggi. Selain itu guru juga lebih ditekankan untuk membuat administrasi dalam mengajarnya, mungkin sekolah diluar sana ada guru yang menjadi guru terbaik di sekolahnya hanya gara-gara beliau memenuhi administrasinya dengan lengkap. Banyak guru yang harus meninggalkan kompetensinya hanya karena dituntut untuk membuat adiministrasi mengajar. 

 Masalah tentang pendidikan di negara indonesia ini merupakan masalah yang sudah terjadi sejak dulu namun tidak segera membaik, banyak orang yang melakukan studi banding ke negara-negara luar yang "memiliki pendidikan lebih maju", namun hasilnya sama saja ketika mereka balik ke indonesia hal tersebut tidak diterapkan. Lihat contoh nyatanya seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa guru lebih di tuntut untuk membuat administrasi mengajar sebanyak 2 rim kertas dari pada bagaimana cara mengajar siswa siswinya lebih baik agar mereka senang belajar, maka dari itu kita sering atau bahkan teman-teman sendiri mengalami kejadian saat si guru tersebut tidak mengajar atau berhalangan mengajar makan murid itu tentunya akan lebih senang daripada jika gurunya mengajar dikelas, dari situ saja bisa kita liat bahwa banyak siswa siswi yang masih tidak suka kepada guru, entah dalam mengajarnya atau bagaimana. Semoga pemerintah kita segera memperbaiki sistem pendidikan kita agar lebih baik, dan kedepanya lebih mengutamakan edukasi moral diatas apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun