Mohon tunggu...
Auza Hamdi
Auza Hamdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Keuangan Negara STAN

Tax Enthusiast, Researcher

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nuklir adalah Maut, Lara Dunia di Langit Korea

15 September 2024   23:57 Diperbarui: 16 September 2024   01:59 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Reuters dalam BBC News Indonesia (2024)

Belum hilang dari ingatan kita tentang betapa mengerikannya konflik gepolitik antara Israel dengan Palestina serta Rusia dengan Ukraina, kini kita dihadapkan pada eskalasi tensi di kawasan Asia Timur, terutama di semenanjung korea. Pengembangan senjata nuklir oleh Korea Utara (Korut) yang semakin masif menjadi pemicunya utamanya. Korean Central News Agency pada Jumat, 13 September 2024 memperlihatkan tak kurang dari 1.000 mesin pemutar untuk memproses pengayaan Uranium. 

Setiap tahunnya, mesin tersebut mampu memproduksi hingga 25 kilogram Uranium yang cukup untuk merakit satu hulu ledak bertenaga nuklir. Arms Control Association melaporkan bahwa Korut hingga Januari 2024 memiliki setidaknya 50 bahan fisil dan hulu ledak untuk 70 hingga 90 senjata nuklir, 280 s.d. 1.500 kilogram uranium yang diperkaya, serta 60 s.d. 80 kilogram plutonium (Dewi, 2024).

Gambar 1. Parade Militer yang Memperlihatkan Misil Korut

Sumber: Deutsche Welle (2024)
Sumber: Deutsche Welle (2024)

Tak berhenti sampai di situ, Korut juga secara aktif menguji kekuatan rudalnya dengan jangkauan yang semakin jauh. Pada Sabtu (10/10/2020), Korut meluncurkan Hwasong-17, rudal balistik dengan jangkauan lebih dari 15.000 km hingga mencapai seluruh daratan Amerika Serikat (AS). Selain itu, pada Jumat (26/3/2021), Korut meluncurkan tipe baru proyektil berpemandu taktis yang dilengkapi hulu ledak bertenaga nuklir bermuatan 2,5 ton dengan tenaga ledak 100 hingga 370 kiloton, enam kali lebih kuat dibandingkan bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 silam. 

Pengamat pertahanan dan geopolitik, Bruce W. Bennet, menyebut bahwa Korut telah mengembangkan rudal dengan Hypersonic Glide Vehicle, suatu rudal jarak menengah dengan kecepatan jauh melampaui kecepatan suara, akurasi yang tinggi, dan mampu menciptakan manuver yang lebih rendah untuk menghindari deteksi oleh radar. Bahkan, pada Rabu (26/6/2024), Korut berhasil meluncurkan rudal berhulu ledak ganda dengan Multiple Independently Targetable Re-Entry Vehicle yang membawa Intercontinental Ballistic Misslie. Analis Center for Nonproliferation Studies, James Martin, melaporkan bahwa Korut telah melakukan percobaan rudal sebanyak 33 kali pada tahun 2023 dan tak kurang dari 5 kali pada tahun 2024 (CNN Indonesia, 2024).

Gambar 2. Jangkauan Misil Korea Utara

Sumber: CSIS Missile Defense Project dan Japanese Ministry of Defense dalam BBC News Indonesia (2022)
Sumber: CSIS Missile Defense Project dan Japanese Ministry of Defense dalam BBC News Indonesia (2022)

Korut di bawah kepemimpinan Kim Jong Un meyakini bahwa keamanan negara dan posisi yang unggul dalam negosiasi politik hanya dapat tercapai melalui kekuatan senjata nuklir sehingga nuklir ditetapkan sebagai strategi inti agenda utama nasional. Punngye-ri sebagai tempat pengujian senjata nuklir juga tengah direnovasi berdasarkan hasil pencitraan satelit pada Senin (4/4/2024). Hal tersebut diperparah dengan adanya kerjasama strategis multisektor, termasuk sektor pertahanan, antara Korut dengan Rusia pada Rabu (19/6/2024) di Pyongyang yang salah satunya menyepakati dukungan jika salah satu pihak mengalami ancaman langsung dan potensi agresi bersenjata (Indonesia Defence, 2024).

Korea Selatan (Korsel) selaku tetangga terdekat Korut tak tinggal diam. Berulang kali Korsel mengutuk tindakan kontroversial yang dilakukan oleh Korut tersebut dan menganggapnya sebagai suatu ancaman serius yang melanggar United Nations Security Council Resolution (UNSCR). Berbagai upaya dialog yang ditempuh Korsel hingga kini belum membuahkan hasil. Kebuntuan tersebut memicu persaingan senjata sehingga terbentuk kerjasama militer antara Korsel, Jepang, dan AS. 

Terpantau pada Rabu (5/6/2024), satu unit pesawat Rockwell B-1 Lancer milik AS dan dua unit pesawat F-15K Slam Eagle milik Korsel meluncurkan Joint Direct Attack Munition yang bermuatan amunisi aktif seberat 500 pon menyerang beberapa sasaran di Semenanjung Korea sebagai bentuk latihan militer gabungan yang dianggap Korut sebagai ancaman persiapan invasi (Muliawati, 2024). Tak hanya itu, India dan Pakistan melakukan uji coba rudal jelajah dan balistik serta Rusia dan Tiongkok mengadakan latihan perang bersama sebagai respons atas pengembangan senjata nuklir oleh Korut

Konflik nuklir dan geopolitik di semenanjung korea tersebut merupakan ancaman serius bagi perdamaian dunia. Peneliti dan Pengamat The Heritage Foundation, Burce Klingner, memaparkan bahwa peluncuran serangan nuklir oleh Korut berpotensi menimbulkan perang skala penuh oleh Korsel dan sekutunya. Ancaman tersebut tidak hanya pada kekuatan militer semata, tetapi juga memicu eskalasi dampak global yang lebih luas. Keterlibatan negara adikuasa berupa Cina, Rusia, dan AS memperkeruh risiko eskalasi tersebut. Ahli Sejarah, Margaret MacMillan, menyatakan bahwa konflik nuklir tidak hanya menyebabkan korban jiwa, tetapi juga merusak struktur sosial, menghancurkan ekosistem, dan menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan secara berkepanjangan sebab bahan senjata nuklir menimbulkan reaksi sesaat dan tidak dapat dikendalikan (Nurhadi, 2024).

Ancaman nuklir di kawasan Semenanjung Korea tidak dapat dianggap sebelah mata oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Meskipun secara geografis relatif jauh, Indonesia berpotensi terdampak jangkauan rudal balistik Korut berhulu ledak nuklir. Selain itu, terdapat setidaknya 812.000 Warga Negara Indonesia yang merupakan pekerja migran, pelajar, dan mahasiswa berada di Semenanjung Korea pada tahun 2022 s.d. 2023 menurut data Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Arus lalu lintas perdagangan internasional juga terhambat akibat konflik nuklir dan geopolitik tersebut sehingga mengancam ketercapaian Produk Domestik Bruto Indonesia, terutama dari sisi ekspor (Mada, 2024).

Gambar 3. Negara Destinasi Teratas Pekerja Migran Indonesia

Sumber: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dalam Mada (2024)
Sumber: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dalam Mada (2024)

Oleh karena itu, Indonesia berkepentingan untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea. Hal tersebut dapat ditempuh melalui peningkatan partisipasi politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif dalam rangka menyuarakan stabilitas global di berbagai forum internasional, seperti The Conference on Disarmament dan East Asia Summit. Indonesia dapat menggandeng The Association of Southeast Asian Nasions (ASEAN) untuk mempertegas sikapnya dalam mengecam percobaan maupun penggunaan sejata nuklir sekaligus mendorong Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone dalam rangka mematuhi UNSCR, terlebih ASEAN Summit akan dilaksanakan dalam waktu dekat, yakni 6 s.d. 11 Oktober 2024 di Laos. Indonesia juga dapat mempertimbangkan untuk menggandeng Rusia dan Tiongkok untuk bernegosiasi kepada Pemimpin Korut serta menggandeng AS untuk bernegosiasi kepada Pemimpin Korsel mengingat negara-negara tersebut memiliki kedekatan dan pengaruh yang signifikan. Indonesia bahkan dapat mengundang Pemimpin Korut maupun Korsel untuk mengadakan pertemuan yang menyinggung UNSCR, perjanjian damai, dan denuklirisasi.

Eskalasi ketegangan di Semenanjung Korea tersebut juga menunjukkan urgensi peninjauan kembali atas The Nuclear Non-Proliferation Treaty dalam rangka menyempurkan sistem multilateral terkait nonproliferasi nuklir. Penilaian kembali atas kebijakan strategis dan postur pertahanan Indonesia juga perlu untuk dilakukan. Hal senada disampaikan Center for Strategic and International Studies bahwa negara-negara di Asia Tenggara perlu memodernisasi sistem pertahanan. Modernisasi tersebut dapat ditempuh melalui peningkatan sistem pertahanan antirudal mengingat ancaman nuklir yang berasal dari ballistic missile jarak menengah maupun jauh memerlukan sistem pertahanan berteknologi tinggi, seperti Iron Dome, S-400 Missile System, atau Terminal High Altitude Area Defense (THAAD). Selain itu, The International Institute of Defence and Strategic Studies (2023) menyampaikan bahwa peningkatan kapabilitas pertahanan dan perlindungan sipil perlu dioptimalisasi di kawasan Asia Pasifik, tak terkecuali Indonesia, melalui pengembangan deteksi radiasi, sistem peringatan dini, fasilitas perlindungan sipil, serta pelatihan evakuasi dan penanganan darurat nuklir.

Indonesia juga perlu menguatkan kerjasama internasional, terutama di bidang militer, untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman nuklir tersebut. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui latihan militer gabungan seperti Garuda Shield dan Rim of the Pacific. Peningkatan anggaran pertahanan Indonesia menjadi suatu keharusan untuk mewujudkan pengembangan sistem pertahanan tersebut dengan tetap ketersediaan anggaran demi mewujudkan ketertiban dunia dan perdamaian abadi sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945.

DAFTAR PUSTAKA

BBC News Indonesia. (5 November 2022). Korea Utara: Rudal Apa Saja yang Dimiliki Kim Jong-Un?. Diakses tanggal 12 September 2024, dari https://www.bbc.com/indonesia/dunia-63511546

CNN Indonesia. (10 September 2024). Semenanjung Korea Panas, Korsel Mau ASEAN Cegah Ancaman Nuklir Korut. Diakses tanggal 12 September 2024, dari https://www.cnnindonesia.com/internasional/20240910205702-113-1143120/semenanjung-korea-panas-korsel-mau-asean-cegah-ancaman-nuklir-korut

Deutsche Welle. (27 Maret 2024). UN Calls for Probe into North Korea Missile Test. Diakses tanggal 11 September 2024, dari https://www.dw.com/en/north-korea-un-calls-for-investigation-into-missile-launch/a-57022123

Dewi, A. (14 September 2024). Menanti Taju ASEAN-RI saat Nuklir Korut Intai Semenanjung Korea. Diakses tanggal 15 September 2024, dari https://www.cnnindonesia.com/internasional/20240913203214-106-1144359/menanti-taji-asean-ri-saat-nuklir-korut-intai-semenanjung-korea/2

Indonesia Defense. (20 Juni 2024). Ini Poin Penting Perjanjian Strategis antara Rusia-Korut. Diakses pada 11 September 2024, dari https://indonesiadefense.com/ini-poin-penting-perjanjian-strategis-antara-rusia-korut/

Mada, K. (14 September 2024). Migran dan Ekspor Indonesia di Antara Krisis Nuklir Korea. Diakses tanggal 15 September 2024, dari https://www.kompas.id/baca/internasional/2024/09/13/migran-dan-ekspor-indonesia-di-antara-krisis-nuklir-korea?status=sukses_login&login=1726379099563&open_from=header_button&loc=header_button

Muliawati, F. D. (9 Juni 2024). Pesawat Nuklir AS Jatuhkan Amunisi Aktif di Semenanjung Korea, Perang?. Diakses pada 12 September 2024, dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20240609152719-4-545042/pesawat-nuklir-as-jatuhkan-amunisi-aktif-di-semenanjung-korea-perang

Nurhadi, M. (14 September 2024). Ancaman Nuklir Semenanjung Korea dan Peran Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Dunia. Diakses pada 15 September 2024, dari https://www.suara.com/bisnis/2024/09/14/093042/ancaman-nuklir-semenanjung-korea-dan-peran-indonesia-dalam-menjaga-stabilitas-dunia

The International Institute of Defence and Strategic Studies. (2023). Asia-Pasicif Regional Security Assessment: Key Developments and Trends. The International Institute of Defence and Strategic Studies.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun