Mohon tunggu...
Auza Hamdi
Auza Hamdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Keuangan Negara STAN

Tax Enthusiast, Researcher

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nuklir adalah Maut, Lara Dunia di Langit Korea

15 September 2024   23:57 Diperbarui: 16 September 2024   01:59 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konflik nuklir dan geopolitik di semenanjung korea tersebut merupakan ancaman serius bagi perdamaian dunia. Peneliti dan Pengamat The Heritage Foundation, Burce Klingner, memaparkan bahwa peluncuran serangan nuklir oleh Korut berpotensi menimbulkan perang skala penuh oleh Korsel dan sekutunya. Ancaman tersebut tidak hanya pada kekuatan militer semata, tetapi juga memicu eskalasi dampak global yang lebih luas. Keterlibatan negara adikuasa berupa Cina, Rusia, dan AS memperkeruh risiko eskalasi tersebut. Ahli Sejarah, Margaret MacMillan, menyatakan bahwa konflik nuklir tidak hanya menyebabkan korban jiwa, tetapi juga merusak struktur sosial, menghancurkan ekosistem, dan menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan secara berkepanjangan sebab bahan senjata nuklir menimbulkan reaksi sesaat dan tidak dapat dikendalikan (Nurhadi, 2024).

Ancaman nuklir di kawasan Semenanjung Korea tidak dapat dianggap sebelah mata oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Meskipun secara geografis relatif jauh, Indonesia berpotensi terdampak jangkauan rudal balistik Korut berhulu ledak nuklir. Selain itu, terdapat setidaknya 812.000 Warga Negara Indonesia yang merupakan pekerja migran, pelajar, dan mahasiswa berada di Semenanjung Korea pada tahun 2022 s.d. 2023 menurut data Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Arus lalu lintas perdagangan internasional juga terhambat akibat konflik nuklir dan geopolitik tersebut sehingga mengancam ketercapaian Produk Domestik Bruto Indonesia, terutama dari sisi ekspor (Mada, 2024).

Gambar 3. Negara Destinasi Teratas Pekerja Migran Indonesia

Sumber: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dalam Mada (2024)
Sumber: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dalam Mada (2024)

Oleh karena itu, Indonesia berkepentingan untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea. Hal tersebut dapat ditempuh melalui peningkatan partisipasi politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif dalam rangka menyuarakan stabilitas global di berbagai forum internasional, seperti The Conference on Disarmament dan East Asia Summit. Indonesia dapat menggandeng The Association of Southeast Asian Nasions (ASEAN) untuk mempertegas sikapnya dalam mengecam percobaan maupun penggunaan sejata nuklir sekaligus mendorong Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone dalam rangka mematuhi UNSCR, terlebih ASEAN Summit akan dilaksanakan dalam waktu dekat, yakni 6 s.d. 11 Oktober 2024 di Laos. Indonesia juga dapat mempertimbangkan untuk menggandeng Rusia dan Tiongkok untuk bernegosiasi kepada Pemimpin Korut serta menggandeng AS untuk bernegosiasi kepada Pemimpin Korsel mengingat negara-negara tersebut memiliki kedekatan dan pengaruh yang signifikan. Indonesia bahkan dapat mengundang Pemimpin Korut maupun Korsel untuk mengadakan pertemuan yang menyinggung UNSCR, perjanjian damai, dan denuklirisasi.

Eskalasi ketegangan di Semenanjung Korea tersebut juga menunjukkan urgensi peninjauan kembali atas The Nuclear Non-Proliferation Treaty dalam rangka menyempurkan sistem multilateral terkait nonproliferasi nuklir. Penilaian kembali atas kebijakan strategis dan postur pertahanan Indonesia juga perlu untuk dilakukan. Hal senada disampaikan Center for Strategic and International Studies bahwa negara-negara di Asia Tenggara perlu memodernisasi sistem pertahanan. Modernisasi tersebut dapat ditempuh melalui peningkatan sistem pertahanan antirudal mengingat ancaman nuklir yang berasal dari ballistic missile jarak menengah maupun jauh memerlukan sistem pertahanan berteknologi tinggi, seperti Iron Dome, S-400 Missile System, atau Terminal High Altitude Area Defense (THAAD). Selain itu, The International Institute of Defence and Strategic Studies (2023) menyampaikan bahwa peningkatan kapabilitas pertahanan dan perlindungan sipil perlu dioptimalisasi di kawasan Asia Pasifik, tak terkecuali Indonesia, melalui pengembangan deteksi radiasi, sistem peringatan dini, fasilitas perlindungan sipil, serta pelatihan evakuasi dan penanganan darurat nuklir.

Indonesia juga perlu menguatkan kerjasama internasional, terutama di bidang militer, untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman nuklir tersebut. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui latihan militer gabungan seperti Garuda Shield dan Rim of the Pacific. Peningkatan anggaran pertahanan Indonesia menjadi suatu keharusan untuk mewujudkan pengembangan sistem pertahanan tersebut dengan tetap ketersediaan anggaran demi mewujudkan ketertiban dunia dan perdamaian abadi sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945.

DAFTAR PUSTAKA

BBC News Indonesia. (5 November 2022). Korea Utara: Rudal Apa Saja yang Dimiliki Kim Jong-Un?. Diakses tanggal 12 September 2024, dari https://www.bbc.com/indonesia/dunia-63511546

CNN Indonesia. (10 September 2024). Semenanjung Korea Panas, Korsel Mau ASEAN Cegah Ancaman Nuklir Korut. Diakses tanggal 12 September 2024, dari https://www.cnnindonesia.com/internasional/20240910205702-113-1143120/semenanjung-korea-panas-korsel-mau-asean-cegah-ancaman-nuklir-korut

Deutsche Welle. (27 Maret 2024). UN Calls for Probe into North Korea Missile Test. Diakses tanggal 11 September 2024, dari https://www.dw.com/en/north-korea-un-calls-for-investigation-into-missile-launch/a-57022123

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun