bagi pribumi biasanya hak istimewa tersebut tidak diberikan, karena pemerintahan kolonial menginginkan anak jajahan tetap dalam kondisi kemiskinan dan kebodohan agar mereka menyadari sebagai orang yang berada dibawah penekanan dan dalam keadaan membutuhkan.
Pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda golongan pedagang ini, terdapat empat golongan yang berpengaruh terhadap budaya pasar termasuk pribumi, yaitu ;
1) kelompok kecil sebagai pedagang sandang yang relatif mewah, seperti berdagang batik, yang telah dikenal oleh bangsa-bangsa diluar Hindia-Belanda.
2) sekelompok pedagang desa yang semi profesional atau pedagang kota dengan modal yang relatif kecil.
3) segolongan pedagang yang sepenuhnya profesional yang bermula dari pedagang keliling dengan menjajakan kain, barang kelontong, barang dari kulit dan lain lain, biasanya berkaitan dengan orang China.
4) kelompok yang memang orang China yang menyediakan hampir seluruh kebutuhan hidup dan dilengkapi dengan barang-barang impor.
perkembangan selanjutnya dari keempat golongan pasar ini ditandai dengan mengkonsolidasikan ketiga golongan pasar yang disebutkan terdahulu dalam menghadapi kelompok China yang menjadi saingannya.
Baik dari segi modal usaha, tempat dan dari segi profesional.
pada akhirnya masyarakat Indonesia disaat itu tidak mempunyai jalan keluar lain kecuali mengikuti peraturan kolonial dan menjalani nya sehari-hari,
bisa dikatakan kualitas berperilaku, cara berpikir, dan gaya pandang masyarakat pada zaman kolonial terbilang rendah, yang mengakibatkan kemiskinan merajalela tetapi mereka menikmati itu karena mereka juga di sisi lain mengalami kebodohan sosial yang terjadi akibat pendidikan yang kurang,
kita sebagai pemuda dan pemudi Indonesia yang hebat pada zaman sekarang dengan segala fasilitas harus bisa berkembang pesat bahkan mengambil peranan untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang berdaulat serta bermartabat dihadapan bangsa maupun dunia,