Penyebaran ciri-ciri tersebut menyebar keseluruh hierarki masyarakat Jawa,
dari ciri-ciri ekspresi dan perilaku diatas menyatakan bahwa pengaruh kualitas cara berpikir, berbudaya masyarakat Indonesia pada saat itu berbeda-beda, sangat sedikit yang mempunyai kualitas, itu dikarenakan pribumi dibatasi dalam hal pendidikan yaitu bersekolah.
bisa kita liat priyayi dan pribumi dibedakan padahal mereka berdarah satu darah bangsa Indonesia,
Golongan Priyayi mengalami perkembangan, apalagi setelah putri-putri mereka mendapatkan sistem pendidikan Belanda , kehidupan Priyayi itu merupakan feodalisme semu yang dipelihara Belanda,
tetapi pengaruhnya ber angsur-angsur menurun setelah banyaknya bangsa Indonesia yang berpendidikan.
mereka tidak mau lagi menginginkan kekuasaan secara tradisional melainkan secara rasional berdasarkan kemampuan.
selain itu di bidang ekonomi pribumi juga di batasi bahkan sekedar berjualan/berdagang di negri ini di kelola oleh asing, untuk mendapatkan keuntungan di bidang ekonomi sangat sulit itu yang membuat pendapatan masyarakat pada zaman itu sangat miris,
karena mereka bukan hanya di bidang administrasi kolonial yang di bodohi dalam pekerjaan tetapi sampai sektor dagang pasar.
Di luar pedagang pribumi ada juga pedagang golongan Timur Asing (China, India, dan Arab) mereka ini sedikit sekali yang bekerja di lembaga-lembaga pemerintahan kolonial,
mereka umumnya pedagang dengan status dan hak istimewa, terutama kemudahan-kemudahan dalam menjalankan profesi, misalnya hak monopoli untuk mendatangkan barang-barang yang dibutuhkan orang Belanda dan masyarakat ,
hak mendirikan badan usaha berupa pabrik, jasa dan perdagangan.