Dua keputusan tersebut melanggar kode etik dari seorang engineer. Keputusan pertama melanggar kode etik IEEE Code of Ethics dimana seorang engineer harus memiliki perilaku bertanggung jawab dan profesional. Membiarkan reaktor menjadi overheat merupakan sebuah perilaku yang lalai. Keputusan kedua melanggar kode etik NSPE Code of Ethics dimana seorang engineer harus mengutamakan keselamatan dan kesehatan publik. Penggunaan grafit dipilih karena materialnya yang murah. Keputusan ini menyebabakan ledakan dari reaktor tersebut. Karena reaktor yang panas mengeluarkan zat xenon yang reaktif terhadap grafit sehingga menyebabkan ledakan. Dampaknya adalah ledakan nuklir yang meracuni sebuah kota hingga bertahun-tahun lamanya.
Sebagai seorang engineer kita harus dapat mengikuti kode etik dan menjalankan etika profesi secara baik dan benar. Seorang engineer belum dapat dianggap sebagai engineer yang capable apabila mereka belum bisa mementingkan kepentingan masyarakat sebagai kepentingan nomor satu. Tidak peduli teori apa yang kita gunakan, atau kode etik apa yang kita ikuti, tujuan akhir yang harus kita tempuh adalah untuk melayani dan menjaga keselamatan masyarakat. Jika tujuan tersebut terpenuhi, barulah kita dapat dianggap sebagai engineer yang berhasil dan sukses.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H