Belajar tidak hanya dilakukaan saat disekolah saja, melainkan belajar dapat dilakukan kapanpun, dimanapun dan oleh siapa saja tanpa dibatasi usia. Selain pendidikan secara formal, banyak juga para orang dewasa yang tetap terus mencari ilmu pengetahuan dan keterampilan baru diberbagai bidang yang mereka minati.
Konsep belajar bagi orang dewasa disebut juga dengan andragogi, andragogi ini  merupakan ilmu yang pertama kali diperkenalkan oleh  Alexander Kapp, seorang filsuf Jerman pada tahun 1833, kemudian konsepnya dikembangkan lebih lanjut oleh Malcolm Knowles pada pertengahan abad ke-20 pada tahun 1970-an. Andragogi berbeda dengan pendekatan pedagogi yang lebih sering digunakan dalam pendidikan anak-anak dan remaja.
Prinsip dalam andragogi didasarkan pada pemahaman bahwa orang dewasa memiliki karakteristik dan kebutuhan belajar yang berbeda dibandingkan dengan anak-anak atau remaja. Konsep ini menekankan pada pendidikan dan pengembangan dewasa dengan memperhatikan karakteristik, kebutuhan, dan pengalaman mereka. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih lanjut mengenai andragogi dan bagaimana pentingnya pendekatan ini dalam memfasilitasi pembelajaran dewasa.
Memahami psikologi belajar orang dewasa menjadi kunci untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif bagi mereka. Pendekatan andragogi melibatkan pendekatan pembelajaran yang lebih mandiri dan berpusat pada orang dewasa. Dikarenakan orang dewasa cenderung memiliki tingkat otonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dan remaja, oleh karena itulah mereka ingin memiliki kontrol atas proses pembelajaran mereka sendiri dan memilih bagaimana cara mereka belajar.
Beberapa strategi yang sering digunakan dalam andragogi antara lain yaitu :
1. Diskusi kelompok
Merupakan sebuah proses yang interaktif didalam suatu kelompok orang untuk saling berbagi informasi, gagasan, dan pendapat mengenai suatu topik permasalahan tertentu.
2. Studi kasus
Studi kasus adalah suatu metode penelitian yang lebih mendalam, didalamnya menggunakan analisis mengenai suatu kejadian, situasi maupun fenomena tertentu.
3. Tugas proyek berbasis masalah
Yaitu kegiatan melakukan suatu tugas yang didalamnya melibatkan identifikasi masalah, melakukan analisis, dan mencari solusi untuk penyelesaian masalah nyata yang ada di dalam konteks proyek tersebut.
4. Pembelajaran berbasis pengalaman
Dimana orang dewasa melakukan sebuah pembelajaran dengan memperhatikan pengalaman-pengalaman yang pernah terjadi didalam hidupnya dan menjadikannya sebagai pembelajaran.
5. Refleksi diri
Pembelajaran ini berlandaskan refleksi diri yang dimana dalam pembelajarannya melibatkan proses berfikir kritis dan melakukan introspeksi diri. Diharapkan orang dewasa dapat belajar untuk mengenali, memahami, mengevaluasi dirinya.
Metode-metode di atas tadi dirancang untuk memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan orang dewasa, memfasilitasi diskusi dan pertukaran ide, serta mempromosikan pembelajaran yang relevan dan signifikan bagi mereka.
Salah satu dasar psikologi yang diterapkan dalam andragogi adalah pemahaman tentang motivasi belajar orang dewasa. Orang dewasa cenderung lebih menyukai sesuatu yang memiliki tujuan dan membangun. Orang dewasa memiliki pengalaman hidup yang lebih banyak, Pemahaman yang lebih dalam mengenai diri mereka sendiri, dan memiliki motivasi untuk tetap terus belajar pada masa dimana mereka sudah dewasa.
Sejalan dengan salah satu ceramah oleh Ustadz Abdul Somad, Lc.MA yang mengatakan bahwa "Waktu nabi umur 25 tahun, Khadijah berumur 40 tahun. 40 tahun dengan 25 tahun selisih usianya yaitu 15 tahun, dan ketika nabi diberikan wahyu pada saat ketika berusia 40 tahun. Maka berapakah usia Khadijah ?, 55 tahun kan, berarti Khadijah belajar agama islam ketika berusia 55 tahun. Jadi belajar islam diusia 55 tahun itu apa namanya, ya andragogi".
Dari potongan ceramah yang telah disampaikan oleh Uztadz Somad dapat kita ketahui bahwa ketika pada zaman nabi saja mereka banyak yang belajar dan memperdalam ilmu agamanya ketika berusia dewasa. Dari situlah dapat kita ambil kesimpulan bahwa proses belajar itu tidak dibatasi oleh usia, sekalipun sudah mencapai usia tua tetaplah terus belajar dan mencari ilmu.
Dalam proses belajarnya orang dewasa biasanya memiliki tujuan spesifik dan lebih memilih pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Mereka ingin tahu bagaimana pengetahuan dan keterampilan baru dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau karier mereka. Karena itu, pendekatan pembelajaran untuk orang dewasa harus mampu menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman nyata dan memberikan relevansi yang jelas.
Oleh karena itu, andragogi menekankan pada keterlibatan aktif peserta dewasa dalam proses pembelajaran mereka sendiri. Orang dewasa dianggap sebagai mitra dalam proses pembelajaran dan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam menentukan tujuan dan metode pembelajaran.
Dalam konteks andragogi, peran dari pendidik berubah menjadi fasilitator atau penggerak dalam proses pembelajaran. Fasilitator bertugas membantu memberikan lingkungan belajar yang mendukung dan mendorong peserta dewasa untuk mengambil inisiatif dalam mencari pengetahuan, menggali pengalaman, dan memecahkan suatu masalah. Fasilitator harus menghargai pengetahuan dan pengalaman yang dibawa oleh para peserta dewasa ke dalam proses pembelajaran, sehingga membangun hubungan yang saling menghormati antara peserta dewasa dan pendidik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H