“Tak masuk akal. Sadarlah Sangkuriang. Aku ibumu. Sadarlah!”
Tanpa memperdulikan kebenaran yang disampaikan Dayang Sumbi, Sangkuriang tetap bersikeras ingin mempersunting Dayang Sumbi. Dengan penuh percaya diri ia berkata, “Sebutkan permintaanmu. Niscaya akan aku kabulkan apapun itu.”
Dayang Sumbi memikirkan hal-hal mustahil yang tak dapat dilakukan Sangkuriang. “Buatkan aku danau dengan perahu hanya dalam satu malam. Jika kau tak berhasil maka kita tidak akan menikah.”
Ambisi Sangkuriang membuatnya meminta bantuan kepada jin tanpa sepengetahuan Dayang Sumbi. Berita bahwa Sangkuriang hampir menyelesaikan syarat yang ia minta membuat Dayang Sumbi merasa takut. Ia lalu pergi ke gua yang terletak di bukit utara desa.
“Aku datang,” ucap Dayang Sumbi.
“Apa yang kau butuhkan?” Seorang nenek tua keluar dari dalam gua menggunakan tongkat dari batang pohon bidara.
“Jaka... ia ternyata Sangkuriang. Anakku, Sangkuriang. Tolong gagalkan usahanya. Ia hampir berhasil menyelesaikan permintaanku membuat danau dan perahu.”
“Sudah kukatakan. Ketamakanmu untuk memiliki kecantikan abadi dengan meminum darah saudaramu sendiri akan mencelakai dirimu.”
“Tolong bantu aku. Akan kulakukan apapun keinginanmu.”
“Pergi ke tempat lelaki itu berada sekarang dan bawa ini,” perintah nenek tua. Ia memberi Dayang Sumbi kantong kecil berwarna hijau lumut. “Kau harus berhasil menyebar kantong berisi bubuk ini ke dalam danau. Kau tak boleh tertangkap ada di sana olehnya.” Dayang Sumbi bergegas pergi meninggalkan gua dengan harapan Sangkuriang belum menyelesaikan persyaratan darinya.
Sungguh nasib malang, Sangkuriang menyadari kehadiran Dayang Sumbi ketika ia sedang menyebar bubuk. Air danau yang sudah terisi seketika kering seperti lautan pasir di gurun. Sangkuriang yang melihat itu marah karena merasa Dayang Sumbi mempermainkannya.