Oktober bertandang..
Aku berharap penghujan datang
Menghapus memori bengis
Tanpa meniadakan memori yang manis
Jika Oktober berkunjung setelah September
Jutaan air hujan menetes,
Layaknya air mataku kala itu
Siapa lagi yang dapat melipur lara ini?
Hati ini remuk redam,
Tak mampu tertawa bersamanya lagi
Kusebut eyang, bunga dalam hidupku
Kuucap eyang yang melahirkan mentariku
Kenapa bunga harus layu hari itu?
Tujuh malam aku menggigil,
membeku dalam butanya malam
Melankolis hidupku,
air mata tak berhenti keluar
sebab angan kenang memori cendayan
bujuk lembut doaku,
diiringi suara gemetar ucapku,
dengan mata membengkak, ku berdoa
inginku agar tuhan membuatnya dapat bersuara di samping telinga,
menyisir rambut di gandeng dengan mendongeng
Karena ku tahu,
tanpanya, mentari lupa bersinar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H