Mohon tunggu...
Aurellia Nisa Nurmalasari
Aurellia Nisa Nurmalasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa SV IPB

Hallo!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tradisi Samenan Dapat Menjadi Ajang Kreativitas Masyarakat di Desa Kadudampit

16 Maret 2023   08:25 Diperbarui: 16 Maret 2023   08:31 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sukabumi, 16 Maret 2023.  Desa Kadudampit, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi memiliki sebuah kegiatan tahunan yang biasa diselenggarakan oleh warganya. 

Salah satu kegiatan tradisional yang diadakan pada pertengahan tahun oleh warga Desa Kadudampit adalah samenan. Istilah samenan ini adalah berkumpul bersama semua guru, orang tua dan juga siswa-siswinya.

Tujuannya untuk merayakan kelulusan dan juga kenaikan kelas bagi lembaga madrasah ibtidaiyah dan sekolah dasar. Manfaat adanya karnaval ini untuk memeriahkan kegiatan siswa-siswi, daya tarik bersekolah di tempat tersebut, dan hiburan warga sekitar.

Kegiatan Samenan 

Kegiatan acara kelulusan sekolah agama lebih meriah dibandingkan dengan acara kelulusan sekolah dasar. Biasanya untuk sekolah agama sendiri selalu rutin mengadakan pawai atau karnaval ke jalan raya. Sedangkan, sekolah dasar jarang atau bahkan tidak melakukannya. 

Samenan agama yang diadakan di dalam sekolah ini meliputi tampilan nari, hafalan surat pendek atau tampilan pidato dari siswa-siswinya yang biasa disebut dengan ngaleseng.

Kegiatan kelulusan ini tidak hanya dimeriahkan di dalam sekolah saja, tetapi iring-iringan turun langsung ke jalan selama beberapa jam dan mengelilingi satu desa bersamaan dengan drumben atau marching band.

Pada barisan pertama biasanya diisi oleh kendaraan bermotor masyarakat setempat, untuk membantu membuka dan mengatur arah jalan. Selanjutnya, barisan kedua diisi dengan para siswa-siswi yang ikut turun berjalan kaki. Mereka yang menjadi perwakilan akan membawa peralatan seperti spanduk, bendera, dan juga tongkat informasi kelas. Untuk kelas 1 sampai kelas 4 tidak diwajibkan jalan kaki dan diperbolehkan menaiki kendaraan bermotor bersama orang tuanya. Lalu diikuti dengan drumben sebagai pengiring karnaval, pada barisan terakhir terdapat kerajinan besar yang sudah dibuat oleh warga setempat.

Perkembangan Samenan

Kegiatan pawai samenan sudah menjadi tradisi yang mengakar di masyarakat Sunda. Tradisi ini sudah berlangsung sekitar 15 tahun lamanya. Pada awal munculnya samenan, kegiatan ini tidak sampai turun ke jalan dan hanya sebagai pengembangan pendidikan agama seperti ngaleseng saja. 

Seiring dengan berjalannya waktu, samenan semakin berkembang dan akhirnya menyiapkan drumben untuk terjun ke jalan raya sebagai ajang memeriahkan acara kelulusan dan kenaikan kelas. Sampai saat ini, setiap sekolah agama yang mengadakan samenan tidak akan lepas dari drumben dan menjadi ciri khas akan adanya kegiatan tersebut.

Suara drum yang dipukul sangat keras dengan diiringi alunan musik dapat menarik masyarakat untuk menonton acara samenan di jalan. Erna Sasmita, (50 tahun), sebagai ketua RT 17 sekaligus warga di kampung Sungapan, Kecamatan Kadudampit, bercerita bahwa saat ini setiap RW mempunyai drumben nya masing-masing, minimal dua drumben. Sehingga, ketika mengadakan samenan tidak perlu menyewanya. Hal itu dapat mengurangi pengeluaran biaya.

Sebelum pawai atau karnaval tersebut berlangsung turun ke jalan, banyak warga di Desa Kadudampit yang ikut berpartisipasi dalam karnaval ini. Seperti ajang kreativitas warganya untuk berkreasi, mereka membuat sebuah kerajinan replika yang besar dan akan dipamerkan ketika kegiatan samenan tersebut mulai berlangsung. Kerajinan atau kesenian besar di dalam karnaval samenan, baru ada sekitar 10 tahun ke belakang ini.

Kerajinan besar itu dinamakan dengan "Badut" yang dapat dibongkar pasang sehingga tidak akan memakan tempat untuk menyimpannya. Kerajinan yang dibuat berupa replika bentuk hewan, kendaraan, karakter animasi, pahlawan, dan lain sebagainya.

Setiap RW di Desa Kadudampit memiliki kerajinan yang berbeda-beda, contohnya yaitu pada RW 04 mempunyai ciri khas dengan karakter cepot atau pandawa 5 yang tidak akan terlewat dan selalu ada pada saat karnaval berlangsung. Para warga membuat kerajinan tersebut bersama-sama sehingga dengan adanya karnaval ini dapat mempererat tali silaturahmi antar warga.

Sebelum ada kerajinan besar atau badut tersebut, sudah ada gotong royong hasil panen, tumpeng, miniatur rumah dan masjid yang diangkat menggunakan papan kayu untuk ajang suka cita.

 Adanya karnaval ini pun dapat menjadi ajang sebagai pelestarian budaya daerah. Caranya dengan membuat kerajinan tersebut dan dapat dipamerkan ketika karnaval berlangsung, contohnya kerajinan cepot tadi.

Pada urutan barisan pawai atau karnaval samenan ini, diisi dengan selang-seling antara drumben dan juga siswa-siswinya. Setelah itu, pada barisan paling belakang menampilkan sekelompok orang yang membawa kerajinan besar atau badut yang sudah dibuat oleh mereka. 

Seperti samenan yang diadakan di Kampung Sungapan, Kecamatan Kadudampit Rt 17 rw 04, menurut Erna Sasmita, (50 tahun), sebagai ketua Rt sekaligus warga di kampung tersebut, bercerita bahwa banyak warga yang turut menyambut karnaval ini, hampir 60% warga turun ke jalan dan sebagian hanya menonton saja. Karnaval turun ke jalan ini biasanya dimulai dari batas atas Desa Kadudampit sampai batas bawah Desa Kadudampit.

Hambatan Samenan

Sejak covid-19 datang ke Indonesia, banyak sekali hambatan yang dirasakan oleh warga Desa Kadudampit. Salah satunya yaitu tertundanya pawai atau karnaval samenan ini. 

Beberapa warga di Desa Kadudampit lebih tepatnya di Kampung Sungapan merasa kecewa karena tidak dapat merayakan kelulusan atau kenaikan kelas anak-anak nya berkat datangnya virus ini. 

Tetapi, tahun ini akan kembali diadakan lagi karena covid-19 sudah mulai mereda. Hambatan lain dari samenan ini adalah kemacetan di jalan raya.

"Hambatanya adalah macet. Terkadang ketika melakukan karnaval ini, kita dapat berseteru dengan angkutan umum dan dengan mobil besar juga soalnya susah untuk merapikan barisan orang yang mengikuti karnaval ini." Ungkap Erna Sasmita, selaku ketua RT 07 di Kampung Sungapan, Kecamatan Kadudampit, yang turut mengikuti kegiatan samenan tersebut.

Karnaval ini memang sangat ditunggu oleh warga Desa Kadudampit, namun karena banyaknya orang yang turut serta terjun ke jalan dapat mengakibatkan kemacetan yang panjang. Karena samenan tersebut dapat memakan sebagian besar badan jalan. 

Terkadang banyak orang yang marah dan protes berkat adanya karnaval ini. Walaupun seperti itu, setiap tahunnya semua orang pasti menunggu kegiatan pawai atau karnaval samenan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun