Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dikenal memiliki potensi desa wisata yang sarat dengan nilai-nilai kearifan dan budaya lokal setempat. Salah satu desa wisata yang ada di NTT adalah desa wisata Tebara di Sumba Barat yang termasuk ke dalam salah satu dari 75 desa wisata yang terpilih dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.
Desa Wisata Tebara di Sumba Barat merupakan destinasi yang kaya akan keindahan alam, budaya, dan tradisi yang menarik wisatawan dari berbagai penjuru. Sebagai bagian dari analisis risiko yang dilakukan terhadap desa wisata ini, berbagai atraksi wisata menjadi fokus utama untuk memastikan pengalaman yang aman dan memuaskan bagi setiap pengunjung
Berikut beberapa daya tarik Desa Tebara serta strategi manajemen risikonya yang dapat dipahami dan dipelajari:
1. Desa Wisata Tebara memiliki pemandangan alamnya yang menakjubkan.
Desa ini terletak di tengah-tengah keindahan pegunungan dan perbukitan, memberikan pengunjung kesempatan untuk menikmati panorama alam yang menakjubkan. Puncak-puncak hijau yang melambangkan keberlanjutan lingkungan dan hamparan sawah yang subur menciptakan suasana damai dan menenangkan. Meskipun pemandangan ini memukau, analisis risiko harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti cuaca ekstrem, tanah longsor, atau gempa bumi yang mungkin mempengaruhi keamanan pengunjung.
2. Desa Wisata Tebara menawarkan pengalaman budaya yang kaya.
Pengunjung dapat mengikuti tur ke rumah-rumah tradisional yang memperlihatkan gaya arsitektur khas Sumba Barat. Analisis risiko harus memperhitungkan keamanan struktural dan potensi kerusakan bangunan yang dapat membahayakan pengunjung. Acara budaya, seperti pertunjukan tari dan musik tradisional, juga menjadi bagian integral dari pengalaman ini. Pengelola harus memastikan bahwa infrastruktur dan fasilitas pendukung aman, dan penonton mendapatkan informasi dan arahan yang jelas untuk menghindari kerumunan dan risiko lainnya.
3. Desa Wisata Tebara terkenal dengan kerajinan tangan lokalnya.
Pengunjung dapat menyaksikan proses pembuatan tenun ikat dan kerajinan tradisional lainnya. Meskipun atraksi ini memberikan pengalaman mendalam tentang budaya lokal, analisis risiko harus mempertimbangkan aspek kesehatan dan keselamatan kerja bagi para pengrajin dan pengunjung. Penggunaan bahan kimia atau alat-alat berat harus diawasi dengan ketat, dan panduan keamanan harus disediakan.
4. Desa Wisata Tebara menyimpan segudang petualangan alam.
Pengunjung dapat menikmati trekking ke hutan atau sungai, berkemah di alam terbuka, atau menikmati aktivitas air seperti rafting. Analisis risiko harus memperhitungkan pelatihan petualangan yang cukup bagi pemandu wisata, peralatan yang terawat dengan baik, dan pemahaman yang jelas tentang kondisi lingkungan. Faktor cuaca dan medis juga harus diperhitungkan untuk memastikan keselamatan pengunjung selama petualangan.
5. Desa Wisata Tebara menawarkan program ekowisata yang mendukung keberlanjutan lingkungan.
Analisis risiko dalam konteks ini harus mencakup dampak dari aktivitas ekowisata terhadap ekosistem lokal dan bagaimana pengelolaan limbah, perlindungan flora dan fauna, serta edukasi lingkungan diterapkan untuk meminimalkan risiko negatif.
Dari tulisan di atas tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebuah destinasi wisata yang baik tentu harus dilengkapi dengan strategi pengelolaan risiko juga. Hal ini dilakukan melalui pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko secara efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H