Mohon tunggu...
aurelia maharani
aurelia maharani Mohon Tunggu... Freelancer - Design Sosial Media Freelancer

Ketik aja nanti juga jadi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebijakan Tarif KRL Berdasarkan NIK Bikin Heboh, Media Sosial Dibanjiri Curhatan Pengguna KRL

31 Agustus 2024   12:01 Diperbarui: 31 Agustus 2024   12:24 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Kebijakan Tarif KRL Berdasarkan NIK Bikin Heboh, Media Sosial Dibanjiri Curhatan Pengguna KRL. Siapa sih yang nggak pernah naik KRL? Mulai dari mahasiswa yang sedang mengejar skripsi hingga pekerja kantoran yang berjibaku dengan kemacetan setiap hari, KRL sudah menjadi sahabat setia. Di tengah tingginya biaya hidup, rencana kenaikan tarif ini terasa seperti angin panas yang langsung menyulut reaksi keras dari para pengguna setia KRL. Banyak yang khawatir kenaikan ini akan menjadi pil pahit bagi mereka yang sudah terbiasa dengan biaya transportasi yang relatif terjangkau. Media sosial pun langsung dibanjiri berbagai curhatan dan protes, mulai dari keluhan, candaan, hingga kritik pedas.

Pendapat Pakar tentang Wacana Tarif KRL

Wacana pemberlakuan tarif KRL Commuter Line Jabodetabek berbasis NIK memicu polemik di kalangan pengguna. Banyak yang mempertanyakan, mengapa tarif harus dinaikkan sementara pelayanan KRL sendiri masih dinilai belum maksimal? 

Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menjelaskan bahwa meskipun ide ini memiliki tujuan yang baik, penerapannya saat ini tidaklah tepat. Menurutnya, kondisi armada KRL saat ini belum mendukung untuk memisahkan tarif antara pengguna yang mampu dan yang tidak mampu.

"Karena kondisi sekarang ini armadanya belum maksimal. Jadi, sebaiknya kebijakan ini diterapkan nanti saja setelah semuanya siap," jelas Djoko Setijowarno  seorang Pengamat transportasi, seperti dikutip oleh Antara, pada Jumat (30/8/2024).

Sementara itu, dilansir dari Kompas TV, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan bahwa wacana pemerintah untuk menerapkan skema subsidi KRL Jabodetabek berbasis NIK pada 2025 masih dalam tahap pembahasan. Menhub berjanji akan mengupayakan agar masyarakat tetap mendapatkan layanan terbaik. Namun, Budi belum memastikan apakah wacana tersebut akan benar-benar diimplementasikan, karena rencana ini awalnya muncul dalam dokumen Nota Keuangan RAPBN 2025.


Reaksi Netizen terhadap Wacana Tarif KRL

Di era digital ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Bagi banyak orang, media sosial bukan hanya tempat untuk berinteraksi dengan teman dan keluarga, tetapi juga menjadi ruang publik untuk menyuarakan pendapat, berbagi pengalaman, dan menyalurkan keluh kesah. Ketika ada isu yang menyentuh kehidupan banyak orang---seperti kenaikan tarif KRL, media sosial langsung menjadi wadah utama untuk mengekspresikan perasaan. Dalam hitungan menit, ribuan hingga jutaan orang bisa ikut terlibat dalam percakapan yang sama, mengungkapkan pandangan mereka melalui cuitan, status, meme, dan komentar.

Tiktok | Tangkapan Layar Akun Tiktok @adakodok
Tiktok | Tangkapan Layar Akun Tiktok @adakodok

Bermula dari video viral di TikTok milik @adakodok, yang memperlihatkan reaksi spontan terhadap wacana kenaikan tarif KRL berbasis NIK, perhatian netizen langsung terpikat. Dalam video tersebut, @adakodok mengekspresikan kegalauan dengan ungkapan, "Work is scary sampe lo tiba-tiba baca wacana penyesuaian tarif KRL berdasarkan NIK." Ungkapan ini ternyata resonan dengan banyak pengguna TikTok serta pencinta setia KRL yang merasa terkena dampak langsung dari rencana tersebut.

Video ini seakan menjadi suara mewakili netizen Indonesia, terutama bagi mereka yang sehari-hari menggantungkan mobilitas pada KRL. Wacana tarif KRL berbasis NIK ini, yang direncanakan akan diterapkan pada tahun 2025, membuat para pengguna KRL dari berbagai golongan merasakan ketidakpastian dan kekhawatiran.

Keberadaan video viral ini menyoroti bagaimana masyarakat merespons isu tarif KRL dengan penuh perhatian dan reaksi yang beragam. Sebagai cerminan dari opini publik, video ini memicu diskusi yang lebih luas mengenai implikasi dari kebijakan baru ini, serta bagaimana hal tersebut akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari pengguna setia KRL.

Sebagai bagian dari pembahasan ini, mari kita telaah lebih dalam reaksi netizen terhadap wacana tarif KRL berbasis NIK dan bagaimana video TikTok ini memicu gelombang respons di media sosial. Berikut beberapa cuitan dari netizen mengenai permasalahan wacara tarif KRL berbasi NIK. 

1. Jangan dong....

Tiktok | Tangkapan Layar Komentar Akun Tiktok @adakodok
Tiktok | Tangkapan Layar Komentar Akun Tiktok @adakodok

Kenaikan tarif KRL yang baru-baru ini diberlakukan telah memicu gelombang protes dari para pengguna, terutama mahasiswa. Salah satu pengguna dengan akun @yellow_3to3 mencurahkan kekesalannya di media sosial. Tentunya para mahasiswa merasa kenaikan tarif ini akan semakin memberatkan pengeluaran mereka sehari-hari, terutama bagi mereka yang tinggal jauh dari kampus dan mengandalkan KRL sebagai transportasi utama. Mereka khawatir kenaikan tarif akan mengurangi daya beli dan berdampak pada kondisi ekonomi keluarga.

2. Katanya dipermudah? Ini sulit banget...

 

Tiktok | Tangkapan Layar Komentar Akun Tiktok @adakodok
Tiktok | Tangkapan Layar Komentar Akun Tiktok @adakodok
Sudah bukan menjadi rahasi lagi di media sosial mengenai  keluhan bahwa transportasi umum seharusnya menjadi lebih mudah dan nyaman, bukan semakin rumit. Seperti halnya, pada pengguna dengan akun @donadd.s menyoroti hal ini dengan menulis, "Transum bukannya dipermudah, malah makin sulit." Keluhan ini mencerminkan rasa frustrasi yang dirasakan oleh banyak orang yang bergantung pada transportasi umum setiap hari. Mereka merasa bahwa layanan yang ada saat ini jauh dari memadai dan masih tertinggal dibandingkan dengan standar yang diterapkan di negara lain. Kondisi ini menambah beban pengguna yang sudah menghadapi berbagai tantangan dalam mobilitas sehari-hari, membuat mereka semakin tidak puas dengan pelayanan yang ada. 

3. Naik Rubicon Bareng Mingyu jadi solusinya.

Tiktok | Tangkapan Layar Komentar Akun Tiktok @adakodok
Tiktok | Tangkapan Layar Komentar Akun Tiktok @adakodok

Salah satu komentar yang memicu gelak tawa berasal dari seorang pengguna yang tampaknya sudah frustrasi sebelum kebijakan tarif KRL berbasis NIK dijelaskan lebih lanjut. Pengguna ini menulis, "Terus gue harus naik apa elah. Emang bener naik Rubicon bareng Mingyu." Komentar ini menunjukkan betapa lelahnya ia dengan kondisi saat ini, di mana antrian panjang, berdiri lama, dan kepanasan menjadi hal biasa, ditambah dengan kebijakan mendadak yang dianggap memberatkan. Dengan nada bercanda, pengguna ini mencerminkan rasa putus asa yang dirasakan banyak orang yang merasa perlu mencari alternatif transportasi yang mungkin dianggapnya lebih pasti.

4. Kata siapa gak tepat sasaran?

X | Tangkapan Layar Akun X @JukiHoki
X | Tangkapan Layar Akun X @JukiHoki

Selain TikTok, media sosial X juga dipenuhi dengan komentar dari netizen yang menolak rancangan kebijakan ini. Salah satunya dari akun @JukiHoki yang memberikan komentar sarkastik, menyatakan bahwa penggunaan KRL selama ini sudah dianggap cukup efektif dan tepat sasaran. Komentar ini menunjukkan ketidakpuasan beberapa pengguna terhadap kebijakan baru tersebut.

5. Sistem nya bagaimana ya nanti?

X | Tangkapan Layar Akun X @zekigaki
X | Tangkapan Layar Akun X @zekigaki

Ada juga yang menanyakan bagaimana sistem kerja dari pelaksanaan tarif KRL berbasis NIK akan diterapkan, seperti yang diungkapkan oleh pengguna media sosial X dengan nama @zekigaki. Dalam komentarnya, ia mengajukan pertanyaan retoris yang menantang pemikiran pemerintah, "Subsidi yang tepat menurut mereka itu seperti apa?" Pertanyaan ini mencerminkan keraguan mendalam mengenai efektivitas dan keadilan dari kebijakan subsidi baru ini. Dengan nada yang kritis, @zekigaki mengundang diskusi tentang bagaimana kebijakan ini akan memenuhi kebutuhan berbagai lapisan masyarakat dan apa kriteria yang dianggap sebagai subsidi yang "tepat" oleh pemerintah.

Kenaikan tarif KRL berbasis NIK bukan hanya tentang penyesuaian harga, tetapi juga soal kepercayaan dan kenyamanan pengguna terhadap layanan transportasi umum. Di tengah keresahan yang meluas, harapan terbesar adalah agar kebijakan ini dipikirkan matang-matang, demi memastikan bahwa setiap penumpang tetap merasa dihargai dan dilayani dengan baik. Bagaimanapun, transportasi adalah urat nadi kehidupan kota, dan seharusnya menjadi solusi, bukan beban tambahan bagi masyarakat. Bagaimana pendapat kalian tentang rencana kebijakan ini? Apakah kalian setuju atau memiliki alternatif solusi lain?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun