4. Kata siapa gak tepat sasaran?
Selain TikTok, media sosial X juga dipenuhi dengan komentar dari netizen yang menolak rancangan kebijakan ini. Salah satunya dari akun @JukiHoki yang memberikan komentar sarkastik, menyatakan bahwa penggunaan KRL selama ini sudah dianggap cukup efektif dan tepat sasaran. Komentar ini menunjukkan ketidakpuasan beberapa pengguna terhadap kebijakan baru tersebut.
5. Sistem nya bagaimana ya nanti?
Ada juga yang menanyakan bagaimana sistem kerja dari pelaksanaan tarif KRL berbasis NIK akan diterapkan, seperti yang diungkapkan oleh pengguna media sosial X dengan nama @zekigaki. Dalam komentarnya, ia mengajukan pertanyaan retoris yang menantang pemikiran pemerintah, "Subsidi yang tepat menurut mereka itu seperti apa?" Pertanyaan ini mencerminkan keraguan mendalam mengenai efektivitas dan keadilan dari kebijakan subsidi baru ini. Dengan nada yang kritis, @zekigaki mengundang diskusi tentang bagaimana kebijakan ini akan memenuhi kebutuhan berbagai lapisan masyarakat dan apa kriteria yang dianggap sebagai subsidi yang "tepat" oleh pemerintah.
Kenaikan tarif KRL berbasis NIK bukan hanya tentang penyesuaian harga, tetapi juga soal kepercayaan dan kenyamanan pengguna terhadap layanan transportasi umum. Di tengah keresahan yang meluas, harapan terbesar adalah agar kebijakan ini dipikirkan matang-matang, demi memastikan bahwa setiap penumpang tetap merasa dihargai dan dilayani dengan baik. Bagaimanapun, transportasi adalah urat nadi kehidupan kota, dan seharusnya menjadi solusi, bukan beban tambahan bagi masyarakat. Bagaimana pendapat kalian tentang rencana kebijakan ini? Apakah kalian setuju atau memiliki alternatif solusi lain?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H