Video ini seakan menjadi suara mewakili netizen Indonesia, terutama bagi mereka yang sehari-hari menggantungkan mobilitas pada KRL. Wacana tarif KRL berbasis NIK ini, yang direncanakan akan diterapkan pada tahun 2025, membuat para pengguna KRL dari berbagai golongan merasakan ketidakpastian dan kekhawatiran.
Keberadaan video viral ini menyoroti bagaimana masyarakat merespons isu tarif KRL dengan penuh perhatian dan reaksi yang beragam. Sebagai cerminan dari opini publik, video ini memicu diskusi yang lebih luas mengenai implikasi dari kebijakan baru ini, serta bagaimana hal tersebut akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari pengguna setia KRL.
Sebagai bagian dari pembahasan ini, mari kita telaah lebih dalam reaksi netizen terhadap wacana tarif KRL berbasis NIK dan bagaimana video TikTok ini memicu gelombang respons di media sosial. Berikut beberapa cuitan dari netizen mengenai permasalahan wacara tarif KRL berbasi NIK.Â
1. Jangan dong....
Kenaikan tarif KRL yang baru-baru ini diberlakukan telah memicu gelombang protes dari para pengguna, terutama mahasiswa. Salah satu pengguna dengan akun @yellow_3to3 mencurahkan kekesalannya di media sosial. Tentunya para mahasiswa merasa kenaikan tarif ini akan semakin memberatkan pengeluaran mereka sehari-hari, terutama bagi mereka yang tinggal jauh dari kampus dan mengandalkan KRL sebagai transportasi utama. Mereka khawatir kenaikan tarif akan mengurangi daya beli dan berdampak pada kondisi ekonomi keluarga.
2. Katanya dipermudah? Ini sulit banget...
Â
3. Naik Rubicon Bareng Mingyu jadi solusinya.
Salah satu komentar yang memicu gelak tawa berasal dari seorang pengguna yang tampaknya sudah frustrasi sebelum kebijakan tarif KRL berbasis NIK dijelaskan lebih lanjut. Pengguna ini menulis, "Terus gue harus naik apa elah. Emang bener naik Rubicon bareng Mingyu." Komentar ini menunjukkan betapa lelahnya ia dengan kondisi saat ini, di mana antrian panjang, berdiri lama, dan kepanasan menjadi hal biasa, ditambah dengan kebijakan mendadak yang dianggap memberatkan. Dengan nada bercanda, pengguna ini mencerminkan rasa putus asa yang dirasakan banyak orang yang merasa perlu mencari alternatif transportasi yang mungkin dianggapnya lebih pasti.