Kesehatan menurut WHO adalah keadaan sempurna baik fisik, mental maupun social, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/ cacat. Kesehatan dapat dipromosikan melalui berbagai aktivitas.Â
Salah satunya adalah aktivitas promosi kesehatan dimana aktivitas promosi kesehatan merupakan bagian dari pemerintah melaluli Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Promosi kesehatan menurut WHO adalah proses mengupayakan masyarakat untuk mengendalikan kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan mereka.Â
Promosi kesehatan membantu pemerintah dalam menginformasikan pengetahuan kesehatan dengan suatu kebijakan dalam melakasanakan kegiatannya. upaya kesehatan dalam bentuk promosi kesehatan sangat penting karena dalam hal ini bukan hanya meningkatkan pengetahuan di bidang kesehatan saja melainkan juga dalam hal perilaku di lingkungnnya baik fisik non fisik, social budaya, ekonomi dan poltik. (Nurmala, et al., 2018)
Upaya pemerintah dalam melakukan promosi kesehatan adalah pembuatan kebijakan dan juga peraturan perundang undangan. Implementasi dari pembuatan kebijakan tersebut seperti pemberdayaan masyarakat dengan mengedukasi atau peningkatan pengetahuan dengan beberapa upaya promosi kesehatan.Â
Penggunaan media sebagai alat bantu seperti dengan media cetak contohnya brosur, leaflet dan poster, kedua adalah media elektronik seperti televisi, hp, radio, dll.Â
Selajutnya adalah media luar ruangan seperti reklame dan spanduk, yang terakhir adalah media social dimana saat ini sangat mudah dalam penyebaran suatu informasi, contoh dari bidang promosi dari media social yaitu melalui facebook, Instagram, twitter, whatshapp dsb.
Media cetak merupakan salah satu media dalam upaya promosi kesehatan yang banyak digunakan. Di tempat umum seperti pasar, caf, mall, taman, merupakan tempat yang banyak di gunakan sebagai sasaran melakukan promosi kesehatan. Contohnya seperti  tempat yang telah kami observasi yaitu salah satu mall di Malang  yang bernama Malang Town Square (MATOS) pada area food court.Â
Pada area tersebut terdapat upaya dalam mempromosikan kesehatan, salah satunya pada tempat mencuci tangan atau westafel. Di dinding  westafel food court tersebut terdapat poster yang bertuliskan "jangan lupa cuci tangan yang bersih, minimal 20 detik" tujuannya agar pengunjung dapat mencuci tangan memakai sabun dengan baik dan benar.Â
Penempelan poster tersebut strategis karena jika seseorang mencuci tangan secara tidak langsung mereka akan meghadap ke poster tersebut lalu membacanya. Â Ukuran poster tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil sehingga pas jika seseorang itu langsung membacanya karena jarak antara dinding dan westafel sangat dekat.
Kata - kata yang digunakan dalam poster tersebut mudah dipahami dan tidak meggunakan kalimat yang bertele tele. Selain itu, poster tersebut cocok ditempatkan pada area food court karena pengunjung sering menggunakan westafel pada sebelum dan sesudah makan. Untuk menjaga kenyamanan para pengunjung food court terdapat pula poster larangan merokok.
Jika di analisis, poster langkah mencuci tangan tersebut juga terbukti efektif karena telah menggunakan warna yang menarik dan tulisan yang mudah di pahami, sehingga siapa saja terbukti bisa melihat dan mengimplementasikan langkah- langkah mencuci tangan yang berada di media promosi kesehatan tersebut.
Selain itu, media poster juga dapat menjadi sasaran Pendidikan, Menurut Notoatmodjo (2012), kelebihan poster dibandingkan dengan alat lain adalah awet, menjangkau banyak orang, harganya tidak mahal, tidak memerlukan listrik, dapat dibawa kemana-mana, dan dapat meningkatkan persepsi masyarakat terhadap keindahan, memudahkan pemahaman dan meningkatkan semangat.
Tidak hanya terdapat langkah -- langkah mencuci tangan dengan baik dengan benar, poster tersebut juga terdapat pesan motivasi "karena kesehatan kita yang utama" yang berarti tubuh yang sehat merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena dengan tubuh yang sehat seseorang bisa melakukan aktifitas sehari -- hari dengan mudah.Â
Namun perlu di ketahui poster tersebut masih ada kekurangannya, yaitu mengenai salah satu prinsip pada panduan CTPS (cuci tangan pakai sabun) yaitu tertulis minimal mencuci tangan pakai sabun selama 40 -- 60 detik , namun di poster tersebut hanya tertulis 20 detik, sehingga perlu di perbaiki agar sesuai dengan yang dianjurkan. (Kementeria, 2020)
Jika dibandingkan media promosi kesehatan lainnya, media poster juga memiliki kekurangan, seperti sasaran yang menerima cukup terbatas, karena media poster hanya bisa dibaca dan dilihat, terkadang media poster juga mudah rusak karena terkadang hanya di taruh begitu saja.
Kesimpulannya, promosi kesehatan mampu mengendalikan kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan . proses pengupayaan promosi kesehatan salah satunya dapat menggunakan media poster.    Media poster sangat banyak digunakan sebagai media promosi kesehatan , seperti yang berada di Malang Town Square (MATOS) pada area food court. Di dinding  westafel food court tersebut terdapat poster yang bertuliskan "jangan lupa cuci tangan yang bersih, minimal 20 detik" tujuannya agar pengunjung dapat mencuci tangan memakai sabun dengan baik dan benar.
Kelebihan dari poster mencuci tangan sebagai media promosi kesehatan di food court matos tersebut adalah dapat di gunakan sebagai sasaran Pendidikan, tidak mahal ,tidak menggunakan listrik,  serta dapat meningkatkan pemahaman dan semangat belajar. Tidak hanya itu, poster tersebut juga terdapat kalimat motivasi yang bermakna " yang berarti tubuh yang sehat adalah hal yang terpenting". Kekurangan dari poster mencuci tangan yaitu perlu penyesuaiaan yang dianjurkan pada  panduan CTPS (cuci tangan pakai sabun).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H