Penari Badong atau Pa’badong akan menggerakan seluruh anggota tubuhnya. Mulai dari maju-mundur hingga kedua lengan diayunkan serentak ke depan dan ke belakang.
Tari Ma’badong punya banyak makna, mulai dari gerakan hingga busana yang digunakan.
Dalam Tari Ma'badong terdapat gerakan mengaitkan jari kelingking antara penari lainnya. Maknanya saling berpegangan pundak untuk menunjukkan rasa persatuan dalam merasakan duka terhadap keluarga jenazah yang bersedih.
Sedangkan dalam busana umumnya menggunakan baju hitam dan putih, serta sarung hitam juga memiliki makna tersendiri yaitu memiliki arti kesedihan dan kesucian. Seiring perkembangan zaman orang toraja tidak hanya menggunakan baju hitam dan putih, kini mereka menggunakan busana berwarna merah, ungu, kuning, dan biru. Warna-warna tersebut melambangkan kemakmuran serta kejayaan.
Pesta kematian yang dilakukan dengan tarian Ma’badong dilakukan oleh orang keturunan bangsawan dan keluarga yang memiliki status sosial tinggi. Karena upacara Rambu Solo’ ini membutuhkan biaya yang relatif besar.
3. Aluk Todolo
Aluk Todolo merupakan agama asli suku Toraja yang hingga saat ini masih diyakini oleh sejumlah besar Masyarakat Toraja. Aluk Todolo ini salah satu agama tertua di Indonesia, yang dalam perkembangannya sebagian besar dipengaruhi oleh ajaran-ajaran hidup konfusius dan agama hindu. Â Nah Aluk Todolo ini juga merupakan suatu agama yang bersifat pantheisme yang dinamistik.
Aluk Todolo berasal dari dua kata dalam bahasa Toraja, yakni Aluk yang berarti aturan atau cara hidup, sementara Todolo yang berarti nenek moyang. Lalu jika digabungkan Aluk Todolo berarti agama para leluhur atau cara/aturan hidup para leluhur.
 Kepercayaan Aluk Todolo ini berasal pada dua ajaran yaitu Aluk Sanda Pitunna (Aluk 7777) yang diyakini oleh Masyarakat Toraja sebagai Aluk yang diturunkan dari langit bersama-sama dengan umat manusia kepercayaan ini berkembang hampir keseluruh masyarakat suku Toraja, dan Aluk Serba Seratus (Sanda Saratu’) datang kemudian tetapi hanya berkembang didaerah Tallu Lembangna.
Â